NovelToon NovelToon
Satu Perempuan

Satu Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Satu wanita banyak pria
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nurcahyani Hayati

Bagaimana jadinya jika kamu menjadi anak tunggal perempuan di dalam keluarga yang memiliki 6 saudara laki-laki?
Yah, inilah yang dirasakan oleh Satu Putri Princes Permata Berharga. Namanya rumit, ya sama seperti perjuangan Abdul dan Marti yang menginginkan anak perempuan.

Ikuti kisah seru Satu Putri Princes Permata Berharga bersama dengan keenam saudara laki-lakinya yang memiliki karakter berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurcahyani Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Turun!

"Maaa, kost kaki saya mana?!! Ini kok cuman sebelah?"

Pranam melangkah mondar-mandir menelusuri seisi rumah sembari tangannya memegang sebelah kaos kaki sekolahnya.

"Di belakang rak sepatu mungkin. Mana tahu jatuh tuh kaos kaki pas kamu nyimpan kemarin," balas Marti yang kini tengah menyisir rambut Incces.

Pranam berlari kecil. Ia mengintip kebalik belakang rak sepatu dan benar saja ada sebelah kaos kakinya di sana. Ia meraih kaos kaki itu dan segera memakainya. cukup aneh tapi inilah fakta bahwa semua ibu di dunia ini selalu mengetahui dimana barang anaknya yang hilang.

Pranam menyalakan mesin motor metiknya yang sudah siap di pekarangan rumah. Membersihkan bagian depan motor dengan kain lap sembari menunggu Incces dan Pralim yang masih sibuk bersiap-siap.

"Incces! Abang Pralim! Ayo dong jangan lama-lama nanti telat!" teriaknya lalu berlari masuk ke dalam rumah. Ia bahkan lupa dengan tasnya sendiri.

Ia menghentikan langkahnya saat menemukan sosok Pralim yang tengah berdiri di depan cermin sambil menyisir rambutnya. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat memandangi dari ujung kaki sampai ujung rambut saudaranya itu.

"Udah! Nggak usah kebanyakan nyisir!"

Pralim menoleh sejenak lalu kembali menyisir rambutnya sembari memandangi wajahnya di pantulan cermin.

"Nanti lu tambah ganteng terus dikeroyok sama cewek-cewek. Mau lo?"

Gerakan tangan Pralim yang menyisir rambutnya itu terhenti. Ia diam beberapa saat lalu akhirnya mengacak-ngacak rambutnya sendiri hingga berantakan.

Melepas sisir yang sejak tadi ia pakai hingga tergantung di dinding. Marti sengaja mengikatnya dengan tali rafia takut sisir itu hilang lagi.

Marti berlari kecil sembari membawa helm pink serta jaket khusus untuk anak satu perempuannya. Memasang helm ke kepala Incces lalu memastikan sabuk pengamannya terpasang dengan baik.

"Kalau ada yang macam-macam sama Incces langsung ngadu ke Abang Pranam sama Abang Pralim ya nak."

Incces menganggukkan kepalanya. Ini adalah kalimat yang selalu Marti ucapkan setiap paginya. Marti menyuruhnya untuk mengadu pada kedua abangnya itu padahal teman-teman satu sekolahnya tidak ada yang tahu jika mereka bersaudara.

"Tenang aja, Incces!" sahut Pradu yang melangkah keluar sambil memegang pemotong kuku lalu duduk di kursi teras rumah.

"Nih, kalau misalnya ada yang macam-macam sama kamyyyu ngadu aja sama akyuu! Biar akyuu hajar satu-satu pakai jurus cipok."

"Biar ekyee cipok satu persatu cowok yang gangguin kamu," ujarnya lagi membuat semuanya tertawa.

Mereka berpamitan satu persatu lalu segera naik di atas motor. Marti mengikut seperti induk kucing yang mengikuti anaknya yang dibawa oleh orang dan orang itu adalah Pralim dan Pranam.

"Pranam, kalau bawa motor jangan balap-balap, ya! Adikmu harus sampai ke sekolah dengan selamat.

"Kalau sampai di sekolah jangan lupa pap ya!"

"Iyaa Ma," jawabnya membuat Marti tersenyum lalu tak berselang lama ia berlari kecil ke depan motor untuk memeriksa ban motor.

"Aman," jawab Marti sambil cengengesan.

Pranam menghela nafas. Maklum, Mamanya pasti tidak ingin jika suatu hal terjadi saat perjalanan menuju sekolah.

"Duitnya mana?"

"Lah kan udah tadi."

"Loh? Emang iya, yah?"

"Udah bang tadi," jawab Incces mengingatkan.

Pranam menepuk jidatnya. Kalau masalah uang ia selalu ingin double.

Motor itu melaju meninggalkan area pekarangan rumah. Marti masih berdiri di sana sambil menopang pinggang menatap kepergian anaknya yang perlahan hilang dari pandangan mata.

"Ma!"

Marti terkejut saat seseorang memanggilnya tapi ia lebih terkejut ketika ia mendapati Pratama yang berdiri di depannya sambil memegang piring berisi tiga butir telur yang sudah diberi bumbu.

"Astagfirullah, banyak amat kamu ambil. Ini tuh buat jualan."

"Pratama nggak ambil tapi telurnya terbang sendiri."

"Kamu pikir telurnya punya sayap apa bisa terbang sendiri? Ngawur kamu kalau ngomong. Sini telurnya!"

Kedua mata Pratama membulat saat tiga butir telur itu dipungut oleh Marti dari piringnya.

"Lah tapi kan Ma-"

Pratama berhenti bicara. Ia berbalik badan mendapati Pradu yang sedang memotong kuku kakinya di teras rumah.

"Punya telur nggak?"

Pradu melongo. Gerakan tangannya yang memotong kuku itu terhenti memilih menatap Pratama yang kini masih berdiri di depannya sambil memegang piring.

"Apa?"

"Punya telur nggak?"

"Nih, dalam celana."

...----------------...

"Stop! Stop!"

Motor itu berhenti mendadak tepat di depan tempat toko foto copy yang bersebelahan dengan sekolah yang sudah nampak ramai.

"Lah kenapa?"

Incces melangkah turun dari motor sementara kedua abangnya memandangi dengan bingung.

"Incces turun di sini aja."

"Lah kenapa?"

"Ya lagian Incces malu kalau harus sampai ke parkiran. Incces kan udah gede masa harus bonceng tiga sama Abang. Lagian mana ada perempuan bonceng tiga sama dua anak cowok," ocehnya

"Lah tapi ini bukan cowok biasa. Kita ini saudara kamu. Iya kan bang Pralim?"

Pranam menoleh mendapati Pralim yang kini hanya terdiam di balik kaca helm yang menutupi wajah tampan Pralim.

"Nggak ada gunanya gue nanya," kesalnya.

"Nggak ah, tetep aja. Lagian teman-teman Incces juga nggak bakalan percaya kalau kita itu saudara. Udah ya Incces mau masuk dulu."

"Eh tunggu-tunggu!" teriak Pranam lalu melangkah turun dari motor meninggalkan Pralim yang dengan cepat memegang stan motor. Hampir saja motor itu jatuh.

Pranam mengeluarkan ponsel dari saku celananya sementara Incess masih terdiam.

"Biasa," ujarnya mengingatkan lalu mengarahkan kamera ponselnya itu ke arah Incces yang langsung mengambil gaya.

____________________________

...Mama...

^^^^^^Send pic^^^^^^

^^^Lapor^^^

^^^Jam 06.55 ^^^

^^^Incces sudah tiba di sekolah dengan selamat tanpa ada luka lecet sedikitpun. Sehat walafiat ^^^

^^^Salam dari Pranam ^^^

__________________________

Pranam memasukan ponsel ke saku celananya setelah mengirimkan pesan kepada Marti. Ini sudah menjadi kewajiban bagi Pranam jika tidak maka Mamanya pasti akan marah besar.

"Yah udah Abang mau-"

Pranam menghentikan ujarannya ketika ia mendapati Incces sudah melangkah pergi jauh darinya. Ia menghela nafas panjang lalu tersenyum kecil. Adik perempuannya itu sudah besar sekarang. Senyum Pranam lenyap. Ia menepuk jidat, dia kan cuman beda satu tahun.

Pranam melangkah dengan santai ke arah motor tapi kali ini mimik wajahnya berubah menjadi kecut ketika menatap Pralim yang melepas helm dari kepalanya.

"Sok ganteng," umpatnya kesal.

"Sana lu turun!" pintanya sambil menarik Pralim yang memasang wajah bingung tetapi tubuhnya mengikuti perintah. Ia melangkah turun dari motor.

"Kenapa?"

Pranam memutar kunci motor membuat mesin motor itu menyala.

"Udah Abang jalan aja!"

"Tapi kan belum sampai."

"Yah elah, tuh depan! Deket juga. Takut, ya wajah Abang Pralim yang sok ganteng itu luntur."

Pralim terdiam. Belum sempat ia menjawab motor itu sudah dilajukan oleh Pranam meninggalkan Parlim yang masih terdiam di pinggir jalan.

Pranam menghentikan motor. Memarkirnya di area pekarangan sekolah. Area parkir khusus motor itu sudah cukup ramai. Ia melepas helm dan meletakkannya di jok motor.

"Aaaaa!!!"

Suara jeritan terdengar dari para gadis-gadis sekolah membuat semua orang menoleh termasuk juga dengan Pranam.

Kini dari kejauhan ia bisa melihat sosok Pralim yang dikerumuni oleh puluhan gadis-gadis sekolah. Sudut bibir Pranam terangkat, menatap tak suka.

"Sok ganteng," kesalnya lalu melangkah pergi meninggalkan area parkir.

Inilah alasan Pranam yang sengaja menurunkan Pralim di pinggir jalan. Cukup sahabat basketnya saja yang mengetahui jika dia dan Pralim bersaudara. Ia sangat tidak suka jika harus dibanding-bandingkan dengan Pralim.

Lebih baik tidak ada yang mengetahui jika mereka bersaudara.

1
balabulu
Thor knp nggak pernah up
balabulu
hayo loh Zen nanti kena amuk sama Abang praga
balabulu
ahahaha ada² aja kelakuan pradu 🤣
Salju
ah si Prapat di tangkap ahha
Salju
Praha keren banget aaaaa
Salju: praga
total 1 replies
balabulu
wah wah wah apa yah yang akan di lakukan pranam
balabulu
nggak sabar ni tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor upnya
balabulu
semangat yah Thor upnya
balabulu
ada² aja kelakuan praga
balabulu
semua keluarganya pada lucu² ahahah
Sena Safinia
kocak suka ........gimana klo ad cwok naksir incess .....ga sabar nunggu next
balabulu
lanjut Thor
balabulu
semngat thor punya
balabulu
aduh kapan yah semua anaknya kumpul duduk bareng
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
nggak sabar ni pengen tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
giginya kakak
balabulu
ahahahha 🤣, salah tangkap kamu pak 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!