NovelToon NovelToon
Suamiku Berubah

Suamiku Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: nula_w99p

Clarisa Duncan hidup sendirian setelah keluarganya hancur, ayahnya bunuh diri
sementara ibunya tak sadarkan diri.

Setelah empat tahun ia tersiksa, teman lamanya. Benjamin Hilton membantunya namun ia mengajukan sebuah syarat. Clarissa harus menjadi istri, istri kontrak Benjamin.

Waktu berlalu hingga tiba pengakhiran kontrak pernikahan tersebut tetapi suaminya, Benjamin malah kecelakaan yang menyebabkan dirinya kehilangan ingatannya.

Clarissa harus bertahan, ia berpura-pura menjadi istri sungguhan agar kondisi Benjamin tak memburuk.

Tetapi perasaannya malah semakin tumbuh besar, ia harus memilih antara cinta atau menyerah untuk balas budi jasa suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nula_w99p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

''Eee... Kalau pekerjaannya sudah selesai, bagaimana kalau kamu istirahat dulu, duduklah di sini.'' Clarissa melepaskan tangan yang melingkar di pinggangnya. Ia tak mau melakukan cium-an saat ini, dirinya masih belum siap.

Benjamin menurut saja saran dari istrinya, ia duduk di kursi di ruang kerja miliknya. Sementara istrinya mulai melangkah namun dia menghentikan hal yang akan di lakukan istrinya itu.

''Mau ke mana?'' Benjamin menggeser kursi hingga berdekatan dengan istrinya. ''Kamu tak suka berdekatan dengan ku?''

Padahal Clarissa hanya ingin berjalan menuju kursi awal yang dia duduki, ia berpikir untuk menjauh dari suaminya sebentar. Ia sedikit takut, Benjamin akan melakukan hal yang dia inginkan tadi.

''A-aku ingin duduk, jadi aku mau ke kursi itu. Kamu juga istirahat saja, kamu bisa tidur sebentar di sini. Lagipula sebagian pekerjaan sudah selesai kan!'' Clarissa dengan gugup menjawab pertanyaan dari lelaki yang sudah memegangi tangannya itu.

''Kenapa tidak bilang,'' Benjamin menarik tubuh Clarissa hingga terjatuh di atas pahanya. Ia tak lupa memeluk istrinya setelah itu. ''Aku bisa memberikan tubuhku untuk mu.'' Bisik Benjamin pada telinga Clarissa.

Clarissa menjadi sangat amat tegang, tubuhnya tak bisa dia gerakan karena dekapan suaminya yang begitu kuat.sekarang harus bagaimana?

''Ini tidak nyaman, maksudku kamu pasti tidak nyaman. Berat badan ku naik seminggu lalu, aku tak mau membuat kamu kesakitan.'' Clarissa memikirkan alasan yang bisa membuat Benjamin melepaskannya dan hanya kalimat itu yang sempat dia ingat.

''Hm,'' Benjamin mengangkat tubuh Clarissa dengan kekuatan pahanya. ''Lihat, aku bahkan bisa mengangkatnya walau tak menggunakan tangan ku.'' Tanpa kekuatan penuh pun dia bisa melakukannya, sebenarnya berapa berat badan istrinya ini? Apa Clarissa pikir Benjamin tak punya cukup kekuatan di tubuhnya.

Clarissa sungguh tak menduga Benjamin akan melakukan ini, rasanya malu sekali. Kenapa ia beralasan beratnya bertambah.

Clarissa kian menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, Ben sedari tadi melihatnya terus.

Benjamin tersenyum simpul melihat tindakan istrinya. ''Kenapa kamu begitu? Katanya kita sudah lama menikah tapi kamu masih malu-malu begini! Aku hanya menatapmu loh, bukan melahap mu''

Clarissa masi tak menunjukan wajahnya, ia tak mau Benjamin melihat pipi nya yang sekarang mungkin berwarna merah muda karena mendengar ucapan lelaki di hadapannya ini.

Namun ia mencoba tetap menjawab Benjamin. ''Itu karena kamu tidak mengingat apapun, makanya aku malu. Rasanya seperti baru menikah, aku-'' Clarissa tak melanjutkan ucapannya,ia kehabisan kata-kata untuk ia gunakan.

Benjamin malah tertawa kecil, ia mencoba menurunkan tangan yang menutupi wajah istrinya walau percobaan pertama gagal karena Clarissa tak mau mengalah. Ia tak mau Ben melihatnya sekarang tetapi untuk yang ke tiga kalinya, Ben berhasil melihat wajah tersipu istrinya. Tenaga Benjamin sangat kuat sampai Clarissa tak bisa lagi menahan lagi kedua tangan yang dia gunakan tadi untuk menutupi wajahnya.

Benjamin kembali tertawa, ia tersenyum lebar saat mendapati istrinya seperti memakai perona pipi yang sangat banyak.

''Tenang saja, aku tidak akan melahap mu.'' Benjamin kian mendekatkan bibirnya pada telinga Clarissa,sangat dekat bahkan mungkin bibirnya sudah menyentuh telinga kanan Clarissa. ''Tidak sekarang,'' bisik Ben yang membuat Clarissa merinding mendengarnya.

''Bos,'' Alan membuka pintu dan segera Clarissa berdiri. Ia seolah tertangkap basah sedang melakukan sesuatu yang buruk.

''Ma-ma-maaf Bos, tadi saya sudah mengetuk tapi Bos tidak menjawab. Saya kira Bos sedang tidur, biasannya saya juga sering langsung masuk kalau bos tidak menjawab. Soalnya Anda sendiri yang menyuruh saya untuk melakukannya. Intinya saya minta maaf karena sudah mengganggu waktu Pak Bos dan Bu Bos.'' Alan gelagapan menjawab, ia menjelaskan sedetail mungkin alasan yang bagus agar tak membuat dirinya di marahi. Walau kehilangan ingatan tapi Bos masih sama galaknya seperti dulu.

Benjamin berdecak kesal, seharusnya tadi ia mengunci pintunya. Padahal tinggal sedikit lagi.

***

Malam sudah tiba, mereka sudah pulang dari tempat yang sungguh sangat menyebalkan. Perusahaan yang membuat Clarissa maupun Ben kewalahan.

Clarissa kini sedang memasak untuk makan malam mereka berdua, malam ini dia akan menyiapkan udang saus mentega. Setahu Clarissa, Benjamin yang dulu sangat menyukai masakan ini.

Namun ia sangat tidak fokus setelah pulang dari kantor Ben, mereka juga tak mengobrol lagi setelah itu. Saat Benjamin di kantor, pekerjaan terus berdatangan.

''Keluarlah dari pikiranku,'' Clarissa bergumam sendiri. Ia tak mau terus memikirkan kejadian itu.

Sementara itu Benjamin masih berkutat di kamar mandi, dia selalu lama kalau masalah ini. Padahal keduanya mulai mandi di waktu yang sama tapi dia masih belum keluar.

''Sial, aku jadi tidak bisa tenang.'' Benjamin masih di tempat shower, air masih mengalir dari atas. Ia mencoba menenangkan diri namun masih belum berhasil juga.

Beberapa menit berlalu dan akhirnya Benjamin keluar dari kamar mandi itu, ia masih mengenakan jubah mandi berwarna biru tua.

Clarissa melihat kedatangan Ben dan langsung memalingkan wajah, ia mengernyit heran mengapa Benjamin kemari tanpa mengenakan pakaian. ''I-ini kan sudah malam, dingin sekali. Mengapa kamu kesini hanya pakai itu.''

''Ah aku terburu-buru kemari, aku bahkan lupa tidak mengenakan apapun.'' Bohong, terlihat sekali Benjamin tak panik atau memperlihatkan kebingungan karena tak sadar ke lantai bawah hanya pakai jubah mandi. Sekali lihat saja sudah ketahuan tapi karena lawan bicaranya adalah Clarissa, sudah pasti dia percaya.

''Ya sudah kamu ke kamar lagi, kenakan pakaian.'' Clarissa percaya dengan omongan suaminya, tentu saja.

''Hm karena sudah di sini, lebih baik aku ikut membantu saja lalu kita langsung makan bersama.'' Benjamin mendekatkan diri pada istrinya.

''Kamu tidak keberatan kan! Lagipula kamu sudah pernah melihat seluruh tubuhku. Kita sudah dua tahun menikah.'' Benjamin kembali melanjutkan ucapannya, ia sungguh seperti rubah. Sangat licik, bisa-bisanya punya rencana busuk seperti ini.

''Emmm...'' Clarissa bingung harus bagaimana, ia tidak tenang kalau begini. "Tidak apa-apa, aku tidak keberatan." Pada akhirnya Clarissa mengalah saja, kalau di lanjutkan takutnya Benjamin malah ingat sesuatu yang buruk tentang masa lalu pernikahan mereka.

Clarissa kembali fokus pada udang yang sedang ia masak, ia tak mau terlihat kaku dihadapan lelaki di sampingnya.

"Kenapa kamu melamun?" Benjamin sudah ada di dekat, sangat dekat dengan Clarissa.

"Tidak kok," Clarissa melangkah sedikit ke samping. Ia menjauh sedikit dari tubuh Ben. Sementara suaminya malah semakin mendekatkan lagi dirinya.

Benjamin berbisik pelan, "kamu takut?" Ia lalu mencium leher istrinya dan Clarissa mencoba menghentikan tindakan suaminya itu.

"Ben," Clarissa merasa geli dan mulai menjauh kembali dari Ben.

"Kenapa? Kamu tidak menyukaiku lagi?" Benjamin menatap Clarissa dengan sendu, ia mulai berakting lagi.

Jantung Clarissa berdetak sangat kencang, ia merasa Benjamin benar-benar akan melakukan hal itu. Ia harus segera memikirkan sebuah alasan agar Ben tak melakukannya, Clarissa tak siap sekarang. "Sebenarnya ini dari karena panduan Dokter, aku lupa karena terlalu fokus pada kesehatanmu. Dokter bilang kamu tidak boleh sampai merasa sakit di bagian kepala dan itu, k-kata lagi k-kita tidak boleh melakukan itu sebelum kamu di periksa kembali. Jadwal kamu berkonsultasi dengan Dokter kembali, setelah satu bulan keluar dari rumah sakit."

"Begitu ya!" Jadi Ricard mengatakan itu? Ada apa dengannya! Benjamin tak pernah memintanya untuk mengatakan hal seperti itu atau ini memang karena istrinya sendiri belum siap. Makanya dia berbohong!

To be continue...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!