Sinopsis:
Dulu, ia adalah seorang jenderal setia yang hidup dan mati di medan perang. Tak pernah terpikir olehnya, jiwanya akan terbangun dalam tubuh penguasa paling ditakuti — Kaisar Tiran, Ethan Lazarus Gilardio.
Kejam, tanpa belas kasihan, dan dibenci rakyatnya, sang Kaisar ditakdirkan untuk hancur. Namun kini, dengan hati seorang prajurit dan kebijaksanaan seorang panglima, ia harus menapaki jalan kekuasaan dan intrik sebagai pemimpin sebuah kekaisaran.
Namun tantangan terbesarnya bukanlah takhta itu sendiri, melainkan wanita yang duduk diam di sisinya — sang Permaisuri, istri yang lama diabaikan dan tak pernah dicintai.
Dihantui oleh dosa-dosa sang Kaisar dan digerakkan oleh kehormatannya sendiri, sang jenderal yang terlahir kembali bersumpah untuk melindunginya, merebut hatinya, dan menulis ulang takdir sang tiran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Paman Viin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.7
"Begini saja. Kau cari siapa yang tulisannya mendekati atau bahkan mirip dengan surat yang kau temui. Kau harus mencari tahu, ini pengkhianatan atau adu domba."
"Baik Yang Mulia. Aku mohon pamit undur diri."
Duke George keluar dari Aula Istana. Ethan sedikit memijat pelipisnya. Ia kira ia akan hidup dengan santai karena ia Kaisar. Namun nyatanya ia malah hidup lebih sulit.
Sementara itu, Marquis terlihat sedang memasuki wilayah Paviliun Melati. Tempat dimana Ibu Suri tinggal.
Ia langsung masuk dan melihat Ibu Suri. Wanita berambut hitam panjang dengan tatapan tajam dan raut wajah yang sulit dibaca orang biasa.
Dia merupakan wanita licik, ambisius dan akan menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai.
Ibu Suri terlihat sedang memberi makan ikan peliharaannya. Ia sedikit melirik ke arah Marquis Lotso lalu berbalik kembali.
"Apa yang membuatmu kemari?" Tanya Ibu Suri dengan datar.
"Salam, Yang Mulia Ibu Suri. Apa anda sudah mendengar Dekrit Kaisar yang disebarkan??"
"Ya. Aku mendengarnya. Nampaknya, gejolak baru akan muncul di Kekaisaran ini. Yang tadinya aku anggap seekor tikus nyatanya merupakan harimau buas." Jawab Ibu Suri.
"Apa yang akan anda lakukan kali ini, Yang Mulia?? Kaisar tak seperti Kaisar sebelumnya. Ia tak mudah ditekan apalagi dikendalikan." Ucap Marquis Lotso.
"Heh, apa otakmu semakin tumpul saat ini Kak Lotso?? Desak saja dia agar menerima Selir dari Dewan Kiri. Pria itu telah sedikit memerhatikan Permaisuri. Tak ada alasan lagi darinya untuk menolak menerima Selir." Sahut Ibu Suri.
"Satu-satunya musuh kita yang nyata adalah Ibu Suri Agung tua bangka itu dan Dewan Kanan. Kita tak bisa memusuhi Kaisar seperti itu apalagi pasukan bulan sabit sialan itu ada di sekitar kita dan entah siapa mereka." Lanjutnya.
"Maafkan aku tapi apa kepalamu sudah kosong, Yang Mulia?? Sebelum aku dan Dewan Kiri yang lain menekannya, mungkin kita semua sudah dipenggal."
"Kak Lotso, kita gunakan kesalahan Yang Mulia saja. Kemarilah..."
Marquis Lotso mendekatkan telinganya ke arah mulut dari Ibu Suri. Tak lama kemudian, tawa mereka berdua terdengar. Entah apa yang mereka rencanakan.
Mereka berdua pastinya merencanakan hal besar yang akan menguntungkan bagi mereka. Disisi lain, Luis masih terus mencari dalang pengintaian Ethan.
Pencariannya hampir buntu karena bukti seperti dihilangkan begitu saja tanpa ada jejaknya. Ia juga sudah mulai pusing karena ini menyangkut nyawanya sendiri.
"Komandan, kita sudah mencari ke seluruh penjuru ibukota. Tak ada yang bisa kita temukan." Ucap salah satu bawahan Luis.
"Ini aneh. Bukti yang mengarah ke para pejabat seperti hilang tanpa jejak." Pikir Luis
"Apa kita harus menggeledah rumah-rumah bangsawan??" Usul bawahannya.
"Ck, kita membutuhkan Dekrit Kaisar untuk melakukannya." Keluh Luis.
Menggeledah ataupun menangkap pejabat istana dan bangsawan yang lain haruslah menggunakan Dekrit perintah Kaisar.
Tanpa itu, kediaman mereka tak akan tersentuh hukum.
"Sepertinya kita harus meminta bantuan para bulan sabit. Namun sebenarnya siapa saja mereka??" Tanya Luis kebingungan karena informasi Pasukan Bulan Sabit hanya Ethan yang mengetahuinya tak ada lagi.
Pasukan Bulan Sabit memang akan 24 jam mengawasi pergerakan bangsawan dari luar ataupun dalam kediaman mereka.
Mereka semua menyamar dan tak akan menunjukkan dirinya. Karena itulah mengapa tak ada satupun orang yang mengetahui siapa mereka.