Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vanessa Anastasya.
Gracia kembali melanjutkan pekerjaannya dengan mengepel area lobby, sedangkan Ola melanjutkan pekerjaannya dengan membersihkan ruangan yang berada di lantai dua.
Usai mengepel beberapa bagian di area lobby, Gracia meletakkan tanda peringatan bahwa lantai tersebut masih basah. Setelahnya, Gracia pun lanjut mengepel bagian lainnya, masih di area lobby juga. Ketika sedang serius mengerjakan pekerjaannya tiba-tiba Gracia mendengar suara rintihan seseorang, seperti hampir terpeleset. Gracia sontak meletakkan peralatan pel ditangannya dan menghampiri wanita tersebut.
"Maaf Nona...." Gracia sudah terlihat cemas. Cemas wanita cantik itu akan memarahi dirinya. Walaupun sudah memberi tanda peringatan diarea lantai yang masih basah, biasanya orang kaya pasti akan tetap menyalahkan pekerja seperti dirinya dalam hal semacam ini.
"Saya yang seharusnya meminta maaf, karena tidak memperhatikan tanda peringatan yang sudah diletakkan di sini. Maaf mbak, saya tidak memperhatikan tanda peringatan ini tadi, soalnya saya sedang buru-buru!." Di luar ekspektasi Gracia, bukannya marah wanita cantik itu justru meminta maaf atas kecerobohannya, ditambah lagi wanita itu mengulas senyum manis di wajahnya.
"Sekali lagi maafkan kecerobohan saya yang mengakibatkan mbak harus kembali membersihkan lantainya." imbuh wanita itu dengan perasaan bersalah hingga Gracia pun sontak saja menggelengkan kepala.
"Tidak perlu meminta maaf Nona, ini sudah pekerjaan saya." balas Gracia tulus. Sudah cantik, baik, tidak semena-mena pula, setidaknya kalimat itu yang menjadi kesan pertama Gracia terhadap wanita itu.
Setelahnya, wanita itupun pamit pada Gracia. Kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu utama gedung hendak berlalu meninggalkan gedung tersebut. Gracia terus menatap punggung wanita cantik berpakaian semi formal tersebut hingga tak lagi terlihat oleh pandangannya. Dahulu ia pun pernah bermimpi menjadi wanita karir seperti itu, tapi sayangnya sekarang semua itu hanya tinggal mimpi yang harus di kubur Gracia dalam-dalam. Impian Gracia menjadi wanita karir terpaksa harus pupus ditengah jalan, kini ia tak lagi bisa melanjutkan kuliahnya karena terkendala biaya, dan sekarang ia pun harus menerima nasibnya yang hanya menjadi seorang petugas kebersihan. Terkadang jalan hidup memang tak selalu sesuai dengan keinginan dan harapan kita, tetapi Gracia percaya selagi kita ikhlas menjalaninya pasti akan ada hikmah dibalik ini semua. Tak ada manusia serta jalan hidup yang sempurna, pasti ada ujian dan cobaan selagi jiwa masih dikandung badan. Hanya ujiannya saja yang berbeda-beda, tinggal bagaimana cara kita dalam menghadapi dan menyikapinya.
*
Di tempat yang berbeda Rafa nampak kesal menanti kedatangan seseorang yang terpaksa harus ditemuinya karena permintaan dari Omanya. Jika bukan karena Oma yang memaksa bahkan mengancamnya, Rafa enggan membuang-buang waktunya seperti ini.
Setelah hampir karatan menanti, akhirnya yang dinanti nampak memasuki pintu utama restoran.
"Kau pikir aku ini pengangguran yang tidak punya kesibukan, sampai harus membuang-buang waktu menunggumu di sini?." Cetus Rafa ketika seseorang yang sejak tadi dinantikannya tiba di hadapannya.
"Maaf mas, tadi aku ada urusan sebentar." jujur seseorang yang tak lain adalah Vanessa Anastasya, gadis yang dijodohkan Oma dengan Rafa.
"Alasan...." Rafa yang biasanya selalu bersikap ramah pada siapapun, kini justru terlihat ketus.
"Terserah, mas mau percaya atau tidak, yang jelas aku sudah berkata jujur." Dengan sikap tenangnya, Gadis itu menarik kursi dihadapan Rafa kemudian menempatinya.
"Kalau bukan karena ancaman Oma, saya tidak akan membuang-buang waktu datang ke sini." Rafa menatap tajam gadis dihadapannya itu.
"Tidak jauh berbeda dengan mas Rafa, kalau bukan karena Oma, aku pun enggan datang ke sini." Rafa menautkan kedua alis tebalnya mendengar kalimat gadis itu, Rafa seperti tak terima.
"Apa sebenarnya niat dan tujuanmu sampai ngotot meminta Oma menjodohkan aku denganmu?." Nampaknya pertanyaan Rafa terdengar lucu ditelinga Vanessa, buktinya gadis itu langsung melebarkan senyum mendengarnya.
"Aku bukan gadis bodoh yang mengemis ingin dijodohkan dengan pria yang tidak mencintaiku, mas. Jika mas ingin tahu mengapa Oma ingin menjodohkan kita, sebaiknya mas tanya saja langsung pada Oma!." Kalau bukan karena menghargai Omanya Rafa yang telah berbaik hati merawat dan juga membesarkannya hingga sedewasa ini, Vanessa pun enggan dijodohkan dengan pria yang selama ini selalu saja bersikap dingin bahkan terkesan tak suka dengan keberadaannya di sisi Oma tersebut.
"Kalau begitu, kenapa kau tidak menolaknya saja?." Rafa masih terus menyudutkan gadis itu, seolah semua kesalahan ada ditangan Vanessa yang tidak menolak keinginan Omanya.
"Seandainya saja bisa, pasti sudah aku lakukan, mas. Sepertinya Oma memang bersikeras untuk menjodohkan kita." Vanessa hanya menyampaikan apa yang sebenarnya, bukan karena ingin sekali dinikahi oleh Rafa.
"Apa kau tidak takut menikah dengan pria yang mencintai wanita lain?."
"Jika takut akan hal itu, aku tidak mungkin memutuskan datang ke sini, mas. Bagiku keinginan Oma adalah yang utama, untuk perasaanku, termasuk rasa takut yang mas maksud tadi, tidak ada artinya bagiku jika di bandingkan dengan permintaan Oma." Dibesarkan oleh Omanya Rafa tentunya Vanessa tahu betul bagaimana kehidupan Rafa, termasuk jalinan asmara Rafa dengan gadis pujaan hatinya yang bernama Gra. Ya, Vanessa hanya tahu namanya tapi belum pernah sekalipun bertemu dengan sosoknya.
Untuk kali ini Rafa tertegun mendengar jawaban gadis itu, Vanessa Bahkan mengesampingkan perasaannya demi mewujudkan permintaan Omanya.
"Bagaimana jika setelah menikahi mu, aku tidak bisa memperlakukanmu layaknya seorang istri yang sesungguhnya? Dan Ingat, Sekalipun Gra telah mengakhiri hubungan kami, bukan berarti aku bisa menerimamu dalam kehidupanku." Wanita mana yang tidak sakit mendengar pria yang dijodohkan dengannya berkata demikian, tetapi Vanessa tetap berusaha tenang agar terlihat baik-baik saja dihadapan Rafa, ia tidak ingin terlihat semakin menyedihkan di mata pria itu.
"Saya tidak akan mempermasalahkan itu semua, selagi mas bisa bersikap baik terhadap saya dihadapan Oma." balas Vanessa.
"Sampai segitunya kau berterima kasih atas kebaikan Oma yang telah merawat dan membesarkan mu.... Aku harap kau tidak menyesali keputusanmu ini, Vanessa Anastasya." Rafa menarik sudut bibirnya ke samping. Di dalam hati dan pikirannya sudah terbesit bagaimana cara ia memperlakukan Gadis itu nantinya hingga pada akhirnya Vanessa tidak tahan dengan pernikahan mereka dan pada akhirnya meminta untuk berpisah.
"Baiklah, aku akan menyampaikan pada Oma untuk menerima perjodohan ini. Tapi kau juga harus ingat, jangan coba-coba mencampuri urusan pribadiku, dan aku pun tidak akan mencampuri urusan pribadimu!."
"Bagaimana, apa kau setuju?." imbuh Rafa dan Vanessa pun mengangguk tanpa beban, seolah syarat yang diajukan Rafa terasa mudah baginya.
Setelah merasa pembicaraan mereka telah mencapai kesepakatan, Vanessa pun pamit meninggalkan restoran, hendak kembali ke perusahaan tempatnya bekerja. Ya, Vanessa memilih bekerja di perusahaan milik orang lain ketimbang bergabung di perusahaan milik Oma yang dipimpin oleh Rafa. Meksipun telah memiliki perusahaan game yang dirintisnya dengan jerih payah sendiri, pria itu tetap mengurus perusahaan keluarga yang memerlukan dirinya, terlebih saat ini sang ayah masih dalam proses penyembuhan usai mengalami kecelakaan beberapa Minggu lalu.
Jangan lupa vote and ⭐⭐⭐⭐⭐ nya ya sayang-sayangku biar aku makin semangat up nya.
Rafa bukan gilang
ntar baru sadar langsung heboh ini...
🥰🥰🥰🥰🥰
jangan Gilang...ntar poligami jadinya 😭
benci berakhir cinta...