NovelToon NovelToon
Love Journey Story

Love Journey Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Geamul

Novel ini menceritakan kisah perjalanan cinta seorang perempuan yang bernama Syajia, nama panggilanya Jia.

Seorang perempuan yang sangat sederhana ini mampu menarik perhatian seorang laki-laki dari anak ketua yayasan di kampusnya dan seorang pemilik kafe tempat ia bekerja.

Tentu keduanya mempunyai cara tersendiri untuk bisa mendapatkan Jia. Namun Jia sudah terlanjur menaruh hatinya pada anak ketua yayasan itu.

Sayangnya perjalanan cinta tidak selalu lurus dan mulus. Banyak sekali lika-liku bahkan jalan yang sangat curam dalam kisah cinta Jia.

Apakah Jia mampu melewati Kisah Perjalanan Cinta nya? Dan siapakah yang akan mendapatkan Jia seutuhnya? Ikuti terus kisahnya di dalam novel ini yang mampu membawamu terjun kedalam Kisah Perjalanan Cinta Syajia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Geamul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjaga Perasaan

Al menarik Jia dan membawanya jauh-jauh dari Cantika. Al sangat mengakhawatirkan keadaannya, ia hanya bisa berharap Jia baik-baik saja. Di perjalanan menuju kelas, Al menyuruh Jia untuk duduk terlebih dahulu di depan perpustakaan.

“Lo gak apa-apa kan?” tanya Al khawatir.

Jia mengangguk, “Aku gak apa-apa kok, aku cuma kaget aja,” balas Jia.

“Kita ke kelas aja yuk!” sambung Jia, lalu ia berjalan mendahului Al. Dan Al bergegas mengikutinya.

Sesampainya di kelas, Jia langsung menghampiri Nana yang sedang memainkan ponselnya sehingga Nana merasa kaget saat Jia tiba-tiba berada di dekatnya dengan wajah yang di tekuk.

“Kamu kenapa Ji? mukanya kok di tekuk gitu,” Nana melirik wajah sahabatnya lalu kembali memainkan ponselnya.

“Tadi Cantika dorong aku,” lirih Jia.

“Hah, dorong kamu?” sahut Nana terkaget.

“Sstt! Jangan keras-keras, nanti kedengeran!” Jia membungkam mulut Nana.

“Ups sorry. Tapi kenapa cewek centil itu dorong kamu?” bisik Nana, ia pun menyimpan ponselnya lalu menggeserkan kursinya lebih dekat dengan Jia.

“Karena dia gak suka aku deket sama Al." Jia menundukan kepalanya.

“Ya ampun, tapi kamu gak apa-apa kan Jia?”

“Aku gak apa-apa kok, Cuma kaget aja.” Mereka pun terdiam sejenak.

“Apa aku jauhin Al aja ya?” sambung Jia putus asa.

“Jangan Ji, kamu jangan nyerah gitu aja dong!” sahut Nana.

Nana mencoba menyemangati Jia untuk tidak menyerah dengan perasaannya, Nana pun akan bertindak kalau sampai ada yang mengusik perasaaan sahabatnya. Ia akan senantiasa membantu Jia dengan berbagai cara agar sahabatnya tidak merasa sedih lagi.

Jia sangat beruntung sekali mempunyai sahabat yang selalu setia membantunya. Jia tak pernah membayangkan jika tidak ada Nana di hidupnya mungkin ia tidak akan sekuat ini untuk menjalani kehidupannya.

Nana adalah salah satu orang yang bisa membuat Jia bertahan sampai sekarang setelah keluarganya.

Beberapa menit kemudian dosen pun memasuki kelas dan sebentar lagi kelas akan segera dimulai. Nana kembali mengembalikan kursinya ke tempat asal dan mulai fokus untuk mengikuti kelas berikutnya.

Setelah seharian di dalam kelas, akhirnya jam pulang pun tiba. Jia mengikuti Nana menuju halte untuk menunggu angkutan umum.

“Lho Ji, kamu mau kemana? Kok gak pulang bareng Al?” tanya Nana heran.

“Mau ke tempat kerja. Gak ah, hari ini aku pengen naik angkutan umum,” balas Jia.

“Kamu menghindar dari Al?” tebak Nana.

“Enggak Na, aku cuma lagi buru-buru.”

“Awas ya kalau sampai ngehindar,” ancam Nana sembari menunjuk ke arah Jia.

“Iya-iya tenang aja Na. Eh, itu udah ada angkotnya aku duluan ya,” Jia melambaikan angkutan umum yang akan di tumpanginya.

"Aku duluan ya, assalamu’alaikum,” sambung Jia.

“Ya udah, hati-hati Ji, wa’alaikumsalam." Nana terus memperhatikan angkutan umum yang ditumpangi Jia sampai menghilang dari pandangannya.

Tak lama kemudian, terdengar deru sepeda motor menuju ke arah Nana dan semakin jelas terdengar di telinga Nana. Al pun menghentikan mesin motornya di hadapan Nana lalu membuka helmnya.

“Na, lo lihat Jia?” tanya Al.

“Udah pulang Al, barusan naik angkot,” sahut Nana sembari menunjuk ke arah jalan raya.

“Lho kok gak nungguin gue?”

“Tadi katanya lagi buru-buru.”

“Ya udah deh, gue duluan ya,” Al pun mengenakan helmnya kembali.

“Oke,” sahut Nana.

Al menyalakan kembali mesin motor lalu langsung menancapkan gasnya dengan cepat. Ia terlihat seperti terburu-buru. Karena Jia tidak memberitahunya bahwa Jia sudah pergi duluan ke tempat kerja.

Al pun menelusuri jalanan sembari melihat-lihat penumpang di dalam setiap angkutan umum, berharap menemukan orang yang di carinya. Tapi, sayangnya Al tidak bisa menemukan Jia.

Al bergegas menuju kafe untuk memastikan bahwa Jia sudah berada di kafe. Namun, saat Al sudah sampai di sebrang kafe. Kebetulan sekali ada angkutan umum yang berhenti di kafe, dan ternyata yang turun dari angkutan umum itu adalah Jia.

Sekarang, Al pun sudah merasa lega karena ia melihat Jia yang baik-baik saja dan selamat sampai tujuannya.

Lalu, Al pun mengodok saku celananya untuk mengambil ponsel. Ia membuka aplikasi whatsaapnya dan menuju kontak Jia, kemudian mengetikan pesan untuk Jia.

[Lo udah di kafe?”] isi pesan Al.

Saat Jia sedang bersiap-siap, ponselnya berbunyi. Ia mendapati pesan dari Al, lalu langsung membukanya.

[Iya, aku udah di kafe,] balas Jia.

[Kenapa gak nungguin gue?]

[Maaf ya, soalnya tadi aku buru-buru.]

[Oh, iya gakpapa kok.]

[Semangat ya kerjanya.] sambung pesan Al.

Pesannya pun berakhir di Al, Jia hanya melihatnya saja dan tidak menjawabnya karena ia harus segera ke meja kasir untuk bekerja.

Dari sebrang kafe, Al melihat Jia yang sudah mulai bekerja. Lalu, Al menyimpan kembali ponselnya dan meneruskan perjalan menuju rumah.

***

Di halte, Nana masih menunggu angkutan umum yang menuju rumahnya. Tapi sayangnya, dari tadi tak kunjung datang.

Dan dari arah kampus, terlihat Bima dengan motornya yang akan pulang melihat Nana sedang celingak-celinguk. Bima pun segera menghampiri Nana.

“Kamu belum pulang, Na?” Bima mengehentikan motornya di depan Nana.

“Eh, Bima. Aku lagi nunggu angkot Bim, tapi dari tadi belum ada juga,” sahut Nana.

“Hm...” Bima berdeham, “Ya udah, bareng aku aja!” sambung Bima mencoba mengajak Nana.

“Beneran Bim? Gak ngerepotin kan?” tanya Nana tak percaya.

“Iya, ayok! Takutnya nanti angkotnya gak dateng-dateng,” ajak Bima kembali memastikan Nana.

“Oke deh, makasih ya Bim,” Nana pun mulai menaiki motornya Bima.

Jujur, setelah sekian lama Nana baru merasakan kembali di bonceng oleh laki-laki. Sebelumnya ia pernah di bonceng oleh mantan pacarnya saat SMA, dan itupun untuk yang terakhir kalinya. Karena setelah itu, Nana tidak mau lagi untuk mempunyai pacar, sebab menurutnya itu hanya akan menyakiti hati saja.

Dan Nana memutuskan untuk tidak memikirkan tentang pasangan sampai ia menemukan orang yang benar-benar bisa menerima apa adanya dan orang yang benar-benar serius sehingga tidak akan pernah menyakitinya.

“Na, kita mampir ke pasar dulu ya bentar?” ucap Bima yang menoleh ke samping sehingga Nana bisa mendengar ucapannya.

“Oh, iya Bim boleh,” sahut Nana.

Mereka pun berhenti di sebuah pasar yang berada di dekat kampus. Bima langsung memarkirkan motornya, dan mereka mulai memasuki pasar yang cukup besar itu.

“Mau beli apa Bim?” tanya Nana yang mulai penasaran.

“Aku mau beli belanjaan rumah Ibuku,” jawab Bima sembari mencari-cari yang akan dia beli.

“Oh..” respon Nana yang merasa tidak percaya.

Nana tak menyangka, seorang laki-laki seperti Bima yang tampan dan cool mau meluangkan waktunya pergi ke pasar untuk membeli belanjaan rumah. Ia pun baru tahu kalau Bima sangat berbakti pada Ibunya.

“Kenapa emangnya?” ujar Bima yang tersenyum pada Nana yang sedang melamun.

“Hm? Eh, enggak kok Bim. Ya udah, aku bantuin ya!?" sahut Nana yang tersadar dari lamunannya.

Setelah selesai mengelilingi pasar untuk menemukan belanjaan Ibunya Bima. Mereka pun kembali ke parkiran motor untuk melanjutkan perjalanan pulang. sebelum sampai di parkiran, Nana mengangkat ucapannya lagi.

“Kayaknya, kamu sering ke pasar."

“Iya, satu minggu sekali aku suka pergi ke pasar buat beli keperluan rumah.”

“Aku kagum deh sama kamu,” ucapan Nana mampu menghentikan langkah Bima. Dan Nana pun menghentikan langkahnya juga dan mereka saling bertatapan selama beberapa detik.

“Ehm, maksud aku. Aku gak nyangka cowok kayak kamu suka pergi ke pasar,” sambung Nana cepat yang terlihat salah tingkah.

Mereka pun kembali berjalan menuju parkiran motor.

Tak lama kemudian, mereka telah sampai di rumah Nana. Dan Bima langsung pamit untuk pulang.

1
Aixaming
Aku gak pernah menyangka kalau membaca cerita bisa membuatku merasa sebahagia ini.
Ayu Geamul: terimakasih ya sudah membaca ceritaku🙌🏻
total 1 replies
Dianapunky
Cocok di hati nih.
Ayu Geamul: terimakasih kak 🥰 jangan lupa mampir lagi untuk baca bab selanjutnya 🤗☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!