NovelToon NovelToon
Behind The Executive Desk

Behind The Executive Desk

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:20.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rosee_

Ivana Joevanca, seorang wanita ceria dan penuh ide-ide licik, terpaksa menikah dengan Calix Theodore, seorang CEO tampan kaya raya namun sangat dingin dan kaku, karena tuntutan keluarga. Pernikahan ini awalnya penuh dengan ketidakcocokan dan pertengkaran lucu. Namun, di balik kekacauan dan kesalahpahaman, muncul percikan-percikan cinta yang tak terduga. Mereka harus belajar untuk saling memahami dan menghargai, sambil menghadapi berbagai tantangan dan komedi situasi yang menggelitik. Rahasia kecil dan intrik yang menguras emosi akan menambah bumbu cerita.

“Ayo bercerai. Aku … sudah terlalu lama menjadi bebanmu.”
Nada suara Ivy bergetar, namun matanya menatap penuh keteguhan. Tidak ada tangis, hanya kelelahan yang dalam.

Apa jadinya jika rumah tangga yang tak dibangun dengan cinta … perlahan jadi tempat pulang? Bagaimana jika pernikahan ini hanyalah panggung, dan mereka akhirnya lupa berpura-pura?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosee_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 - Di antara Dua Pria

Di ruang Ceo lantai atas Joevanca Group, Alec sedang duduk santai di kursi kulitnya, lengan digantungkan ke sandaran. Meski ruangan penuh dengan map proyek dan layar monitor, suasana jadi tidak terlalu kaku karena sikap pemiliknya yang jauh dari formal.

Di seberangnya, Ryuu Kairo duduk tegap dengan senyum tipis.

“Menarik sekali,” ucap Kairo tiba-tiba sambil menutup berkas di depannya. “Aku tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan adikmu di perusahaan Theodore Estates.”

Alec, yang semula tampak malas, langsung menoleh cepat. “Ivy?” alisnya terangkat tinggi. “Di sana? Serius, kau bertemu dia?”

“Ya.” Kairo mengangguk ringan, nada suaranya tetap terukur. “Dia tidak mengenaliku.”

Alec terkekeh, menepuk pelan meja kayu di depannya. “Hahaha, dasar Ivy. Ingatan jangka pendeknya soal masa kecil memang payah. Jangan tersinggung. Dia bahkan sering lupa janji sendiri, apalagi wajah teman lama.”

Kairo hanya tersenyum samar, tak menjawab langsung.

Alec lalu menyandarkan tubuhnya lagi. “Tapi aneh. Apa yang dia lakukan di kantor Calix? Ivy itu benci tempat formal, apalagi gedung tinggi yang penuh jas dan dasi.” Ia menghela napas pendek, lalu menambahkan dengan nada santai. “Jangan-jangan dia cuma main-main atau mungkin bosan di rumah.”

Kairo memiringkan kepala, menatap Alec dengan tatapan seakan menimbang. “Mungkin.” Ia tidak menambahkan penjelasan apa pun, tidak pula menyebut soal Ivy bekerja.

Alec menggeleng, tertawa kecil. “Dasar adikku itu… selalu saja bikin penasaran. Tapi ya sudah. Kalau dia ketemu kau, anggap saja kebetulan lucu. Siapa tahu nanti dia ingat masa kecil kalian.”

“Siapa tahu,” balas Kairo ringan, meski sorot matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar kebetulan.

Satu kesimpulan yang Kairo ambil, Alec belum mengetahui apa pun.

Alec menyilangkan tangan di dada, bahunya terangkat santai. “Ya, siapa tahu nanti dia ingat masa kecil kalian. Ivy itu cuma suka pura-pura cuek, padahal gampang tersentuh.”

Kairo hanya menatap permukaan meja sebentar sebelum kembali menatap Alec. Kali ini senyumnya tipis sekali, nyaris tidak terbaca. “Aku masih ingat waktu kau mengirim undangan pernikahannya.”

Suasana sempat hening sepersekian detik. Alec mengerjap, lalu tertawa kecil. “Oh, kau bilang tidak bisa datang karena pekerjaan. Yah, kami memang tidak bikin pesta besar-besaran, jadi mungkin terkesan sepi.”

Kairo tidak ikut tertawa. “Aku sempat berpikir untuk datang. Tapi …” Matanya meredup, nada suaranya lebih dalam. “Ada hal yang tidak bisa kulakukan. Melihatnya di sisi orang lain, apalagi sebagai pengantin … rasanya bukan sesuatu yang bisa kuterima dengan mudah.”

Alec menatapnya lebih serius kali ini, meski bibirnya masih menahan senyum samar. “Kau menyukai Ivy sejak dulu, ya?”

Kairo tidak menjawab langsung, hanya menghela napas tipis. “Aku pikir waktu akan menghapusnya. Tapi ternyata tidak. Dan sekarang, dia sudah menjadi istri orang lain. Mau bagaimana lagi? Aku hanya bisa menerima kenyataan.”

Alec mengangkat bahu, kembali ke sikap santainya. “Well, itu berarti kau sedikit terlambat, Kairo. Ivy memang keras kepala, tapi kalau sudah memilih … dia susah digoyahkan.”

Kairo menyandarkan tubuhnya ke kursi, tatapannya tenang tapi matanya berkilat samar. “Ya. Aku tahu. Tapi orang sekeras kepala Ivy juga … kadang masih bisa dibuat ragu.”

Alec menoleh cepat, menatapnya tajam sesaat. Lalu ia terkekeh lagi, seolah tidak mau memperpanjang keseriusan itu. “Hati-hati, Kairo. Ucapanmu terdengar seperti tantangan.”

“Anggap saja pengakuan,” jawab Kairo, kali ini dengan senyum yang kembali ramah, seolah kalimat sebelumnya tidak pernah keluar.

Kairo memutar gelas di tangannya, senyumnya samar tapi ada getir yang menyelip. “Jika dia tidak memintaku berjanji menikahinya, aku tidak akan merasa begini.” Ucapannya terdengar ringan, nyaris seperti candaan, tapi ada lapisan emosi yang jelas tak bisa disembunyikan.

Alec terbatuk kecil, hampir menyemburkan kopi yang baru diteguknya. “Tunggu, apa yang kau bilang barusan? Ivy pernah memintamu — menikahinya?”

Kairo menoleh, menatap Alec dengan mata tenang. “Ya. Kami masih anak-anak waktu itu. Dia yang memaksa aku berjanji, dan aku terlalu bodoh untuk menolaknya.”

Alec terdiam, lalu menyandarkan tubuh ke kursi sambil mengusap wajah. “Astaga, adikku itu. Bahkan sejak kecil pun dia sudah sempat bikin janji gila begitu.”

Kairo tersenyum tipis, kali ini lebih pahit daripada ramah. “Aku tahu itu cuma permainan anak-anak. Tapi sayangnya, tidak semua janji anak-anak bisa hilang begitu saja. Entahlah, ada yang terus membekas.”

Alec menatap Kairo lebih lama, ekspresinya campuran antara terkejut, geli, sekaligus waspada. “Kau serius soal ini, Kairo?”

“Serius bahwa aku mengingatnya, ya,” jawab Kairo datar. “Serius bahwa aku menyesal melewatkan kesempatan, juga ya. Tapi Ivy sekarang sudah menikah, jadi jangan khawatir, aku tidak akan merusak apa yang sudah ada.”

Namun tatapan di mata Kairo jelas menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar nostalgia.

Alec hanya terkekeh kecil, menyandarkan tubuhnya lebih santai di kursi. “Tidak heran. Ivy memang keras kepala dari kecil. Tapi jangan terlalu dipikirkan, Kairo. Itu cuma masa lalu.”

Kairo meneguk kopinya perlahan, ekspresinya tetap datar. “Mungkin, tapi masa lalu kadang lebih lengket dari yang kita kira.”

“Ya, tapi sekarang dia sudah menikah. Dan, percaya padaku, Calix bukan orang yang mudah diguncang. Dia keras, bahkan lebih keras dari Ivy.” Alec menimpali ringan, seolah sekadar memberi informasi. “Kalau kau benar-benar masih menyimpan sesuatu, jangan coba-coba main di area itu. Bisa berbahaya.”

Kairo mengangkat alis tipis. “Kau percaya dia pasangan yang tepat untuk Ivy?”

Alec hanya mengangkat bahu santai, senyumnya samar. “Aku bukan tipe kakak yang suka ikut campur terlalu jauh. Tapi kalau bicara bisnis, Calix orang yang sangat tepat. Fokus, logis, tahu apa yang dia mau. Itu alasan aku merekomendasikanmu bekerja sama dengan Theodore Estates. Aku pikir, dua orang seperti kalian bisa saling memperkuat.”

Kairo mengangguk pelan, menyandarkan tubuhnya sedikit ke belakang kursi. “Kerja sama ini memang terlihat menjanjikan. Calix punya visi besar, aku bisa melihat itu. Tapi ...” ia berhenti sejenak, menatap Alec dengan sorot mata lebih serius. “…entah kenapa, aku merasa dia juga sulit ditebak. Terlalu tenang, terlalu dingin. Aku tidak bisa membaca bagaimana dia memperlakukan Ivy.”

Alec menanggapi dengan senyum santai. “Itu karena kau hanya melihat dari luar. Calix bukan pria yang suka memamerkan apa pun, bahkan perasaannya. Tapi justru itu yang membuatnya menarik, bukan?”

Kairo terdiam sejenak, lalu mengangguk tipis, meski sorot matanya tetap menyimpan rasa penasaran yang belum reda.

Alec menegakkan duduknya, menepuk ringan berkas di meja. “Daripada kau terlalu serius soal adikku, lebih baik kita bahas hal yang lebih penting. Proyek Okinawa, misalnya.”

Kairo mengangkat alis tipis, lalu tersenyum samar. “Kau memang tidak pernah berubah. Selalu cepat mengalihkan topik.”

“Aku realistis.” Alec membalas enteng. “Kerja sama Theodore dengan Ryuu Group ini punya peluang besar. Okinawa bisa jadi model baru untuk resort budaya yang bernilai tinggi. Konsepnya bukan sekadar penginapan mewah, tapi pengalaman autentik. Calix bilang itu ide Ivy, kalau tidak salah.”

Kairo menatap Alec dengan sorot lebih dalam, seolah sedang mempertimbangkan sesuatu. “Menarik. Jadi ide itu memang datang darinya.”

“Ya.” Alec mengangguk tanpa banyak pikir. “Dia selalu punya sisi unik kalau bicara hal-hal semacam itu. Bukan hanya gaya hidup mewah, tapi juga bagaimana sesuatu bisa menyatu dengan cerita dan tradisi.”

Kairo menyandarkan diri ke kursi, jemarinya mengetuk pelan lengan sofa. “Kalau begitu, semakin masuk akal. Theodore butuh diferensiasi, dan Ryuu Group butuh mitra global untuk memperkuat branding budaya Jepang di pasar internasional. Okinawa adalah titik temu.”

“Persis,” Alec menimpali cepat. “Aku tahu Calix cukup keras kepala, tapi kalau dia sudah menyetujui konsep, dia pasti akan menjalankannya dengan total. Dan Ryuu Group tidak salah pilih ketika kau yang turun tangan.”

Senyum tipis muncul di wajah Kairo. “Hm, tampaknya aku harus berterima kasih pada Ivy juga. Sekalipun dia mungkin sudah lupa banyak hal, pengaruhnya masih terasa.”

Alec hanya terkekeh kecil, memilih tidak memperpanjang soal Ivy. “Yang jelas, kalau proyek ini sukses, semua pihak akan diuntungkan. Theodore dapat nama, Ryuu Group makin kuat di luar Jepang, dan aku bisa bilang rekomendasiku tidak sia-sia.”

Kairo menatap Alec lama, kemudian mengangguk. “Kalau begitu, kita pastikan Okinawa berjalan sempurna.”

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Fera Susanti
lanjutkn ivy
akun tiktok ; @author wilris
klo aku kurus, nanti suamiku bakal gendong aku kek calix ga ya😔
Ray Aza
itu krn cinta neng.. 😄
Trituwani
dingin dingin nyegeriinn ya vy si abang cal nya /Smile/
Trituwani
saking cintanya tuh bang cal ma ivy.. tdk mmberi ruang ama kucing garong diluar buat godain ivy ye bang /Applaud//Joyful/
Trituwani
masih blm lega ka /Sneer/nah yg ketemu ivy ma anak kembar kemarin siapa?!! /Doubt//Doubt/masih kepo blm tuntas teka tekinya 😂😁
syemangat ka ros /Kiss/
lz_rm
jangan2 Alec suka ke ivy
akun tiktok ; @author wilris: anda terlalu jauh, silahkan kembali😔
total 1 replies
Fera Susanti
jd ivy anak siapa?
Era Simatupang
membayangkan ekspresi Ivi pasti lucu 🤣🤣🤣🤣🤣
Fera Susanti
aaah pinisirin
MeiGo95
othor suka main tebak²an nihh🙇🤔
Trituwani
wahh teka teki baru lagi nih ka rose...
apa itu ibunya ivy?! "/Blush/apa mungkin alec ma ivy lain ibu ataukah ataukah ataukah?!! /Smirk/
jd inget eve kannn yg bocah kembar kayak emy ma lily
lanjut ka... /Kiss//Kiss/
akun tiktok ; @author wilris
btw ada yang mau mampir di novel baruku? baru bab 1 nih
ig: arosee23: semangat ya kakk❤
total 1 replies
Trituwani
sejutu ka, gwen ma alec punya buku sendiri, disini aja tp ka... klo di kbm q g bisa /Grievance/
Diajeng Ayu
bagussss
akun tiktok ; @author wilris
ini aga kejam sih kak, tapi klo gwen keguguran karena kecerobohan alec dan dia minta cerai. beh.. cocok tuh dijadiin novel lain
safaana
good job Gwen,jika saatnya sudah tiba di mna Alec udah ada rasa cinta untukmu di situ lah kamu harus hilangkan cinta untuk Alec,,biar tau rasa
Trituwani
laki laki mah ihhh klo belum ditinggalin aja mereka g akan sadar klo dah cinta...sakitlah gwen mencintai sendiri... bertepok pok ame ame ini mah
semangat ka ros/Kiss/
@febi_11
setuju banget thor 👍👍👍
WOelan WoeLin
next kak
up banyak-banyak
smangat 💪💪💪
ig: arosee23: makasi sayang
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!