Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Cerai
Sama seperti di kota kecil tempat Anna berada. Setelah melewati malam yang panjang dengan suasana berbeda, pagi kembali menyapa.
Entah mengapa, setelah kepergian Anna kemarin, suasana di rumah itu menjadi sangat berbeda. Rendra merasa, suasana hatinya tidak sebaik saat Anna masih berada di rumah itu.
"Aku mau cerai."
Tanpa basa basi, Ananta mengucapkan kalimat yang harusnya sudah ditunggu-tunggu Rendra sejak beberapa bulan yang lalu.
Rendra yang baru saja keluar dari ruang ganti, berhenti sejenak. Menatap gadis yang terlihat begitu berbeda. Kali ini, gadis yang ia nikahi karena paksaan sang ibu, jauh lebih tenang dari biasanya. Tidak ada keraguan di mata yang terlihat sendu itu.
Tanpa menjawab kalimat Ananta, Rendra melangkah menuju pintu kamar dan keluar dari sana. Ia tidak ingin menjadi korban amukan Mami. Jika gadis itu ingin bercerai, maka dia harus meminta izin sendiri pada Mami.
"Aku serius."
Ananta ikut melangkah keluar dari kamar utama.
"Mandi dulu sana. Kamu jorok banget sih jadi perempuan. Kamu lihat, ini sudah jam berapa. Ya ampun, Ananta! Sekalipun kamu cerai dari aku sekarang, enggak akan ada laki-laki yang mau nikahin gadis jorok seperti dirimu," jawab Rendra sambil mengangkat tangannya, menunjuk jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan agar dilihat dengan jelas oleh Ananta. Tak lupa pula ia menarik bagian lengan piyama panjang yang masih melekat ditubuh istrinya itu.
Ananta cemberut. Meski begitu, ia tetap melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri.
'Seharusnya kita tetap jadi saudara seperti dulu, Ananta.'
Rendra masih menatap pintu kamar tidur yang baru saja tertutup rapat sambil bergumam lirih di dalam hatinya.
Benar, sebelum pernikahan paksaan itu terjadi mereka menjalin hubungan persaudaraan yang sangat baik. Mereka tumbuh bersama sejak masih kecil. Namun, tak pernah terbesit di pikirannya untuk menikahi seorang Ananta.
Hingga, beberapa bulan lalu akhirnya perintah yang tidak bisa ia tolak keluar dari bibir Mami. Dengan hati yang sepenuhnya masih mencintai Melisa, Rendra terpaksa menikahi Ananta.
Dan setelah mengetahui, Ananta menyimpan perasaan lebih dari seorang adik terhadap kakak nya, Rendra akhirnya mulai menyakiti gadis kecil yang selalu disayangi maminya itu.
Dengan tetap menghadirkan Melisa di dalam pernikahan mereka, salah satu cara yang dilakukan Rendra untuk terus menyakiti Ananta.
Dan setelah drama kehidupan yang terlewati hampir satu tahun ini, keduanya akhirnya berada di titik ini. Kehadiran Anna yang tiba-tiba merubah semua kehidupan Rendra.
Entah kemana perginya perasaannya yang begitu menggebu untuk Melisa. Sejak kehadiran Anna, perasaan yang sudah begitu banyak menyakiti Ananta, mulai terasa samar.
Meski begitu, tidak ada yang bisa dia lakukan. Perasaannya masih begitu mengambang. Entah hanya karena sudah terbiasa dengan kehadiran Anna selama lima hari ini, ataukah memang Anna mulai mengisi hatinya dan membuat perasaan nya untuk Melisa mulai samar.
Tuhan benar-benar mampu membolak balik hari manusia.
Meja makan terasa sangat hangat. Ananta sudah duduk di salah satu kursi yang ada di sana dengan pakaian yang rapi. Gadis itu terlihat lebih ceria dari biasanya.
Wanita paruh baya yang juga selalu mendengarkan dengan antusias semua kalimat-kalimat menggemaskan dari Ananta, juga ada di sana. Senyum hangat, juga tatapan penuh kasih sayang, selalu tertuju pada gadis itu, sehingga membuat Ananta masih begitu ragu mengutarakan keinginannya pagi ini.
'Sepertinya aku mulai menikmati hidup dan mencintai diriku sendiri.'
Ananta bergumam di dalam hati. Setelah sekian purnama menjalani kehidupan penuh kekhawatiran akan ditinggalkan oleh Rendra, kali ini ia merasa jauh lebih baik.
Tidak ada lagi pikiran penuh kekhawatiran akan ditinggalkan oleh laki-laki yang memang sejak dulu tidak pernah memiliki perasaan lebih terhadap dirinya.
"Aku mau cerai, Mi."
Ananta memberanikan diri mengutarakan kalimat yang ia tahu paling dibenci oleh mami mertuanya itu. Ia tahu, Rendra tidak akan berani mengucapkan kalimat ini.
"Mami kan sudah bilang. Mami menyerahkan semua keputusan itu pada kalian. Mami akan menerima hasil apapun dari keputusan yang kalian ambil. Ayo ah, makan dulu."
Mami menepuk punggung tangan Ananta yang ada di atas meja makan.
Mereka memulai sarapan pagi itu dengan penuh kehangatan. Rendra pun kembali memperlakukan Ananta sama seperti sebelum keduanya menikah.
Tidak ada lagi tatapan sinis penuh kebencian. Laki-laki itu kembali bersikap seperti dulu. Mengerjai, dan membuat gadis yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu. Membuat Ananta cemberut dan kesal padanya.
Tidak ada lagi tatapan penuh kesedihan dari mata Ananta. Keduanya kembali bercanda seperti dulu, dan hal itu membuat suasana yang berbeda.
"Hari ini kamu ikut aku ke perusahaan. Urusan perceraian serahkan semuanya pada tim kuasa hukum perusahaan. Biar mereka yang akan mengurusnya."
Rendra membersihkan mulutnya menggunakan sapu tangan yang tersedia di sana.
Laki-laki itu menatap wajah mami yang masih terlihat tenang. Meski ia menyadari, mata tua wanita yang sudah melahirkannya itu, nampak begitu sedih.
Setelah berpamitan, Ananta mengikuti Rendra menuju mobil yang sudah disiapkan oleh petugas di depan rumah.
Dalam perjalanan menuju perusahaan, keduanya masih setia dengan keheningan. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Ananta yang terus memikirkan kakak kembarnya, sedangkan Rendra terus memikirkan wajah mami usai Ananta mengutarakan ingin bercerai darinya.
Ia tahu, wanita yang sudah melahirkannya itu begitu sedih. Ananta adalah gadis yang baik, tapi bukan sebagai istri. Ia tidak bisa menempatkan Ananta sebagai wanita yang ia cintai.
Deru mesin mobil terus terdengar. Meski ini masih sangat pagi, namun, padatnya lalu lintas Ibukota, sama sekali tidak bisa dihindari.
Sesekali, suara nafas panjang terdengar dari bibir Ananta. Gadis itu seakan tidak sabar lagi untuk memulai kehidupannya yang baru. Yah, kehidupan yang akan lebih mencintai dirinya sendiri dari pada orang lain. Ia akan pastikan, setelah ini, ia akan menjalani kehidupan yang jauh lebih bermakna untuk dirinya sendiri.