Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.
SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSARA 26
Gendhis meraung seraya memukul-mukul tubuh Yordan di kantor polisi. Seorang petugas menariknya dan Saka mengambil alih peran untuk menenangkan gadis itu dalam pelukan.
Sejak digelandang ke kantor polisi, Yordan sudah tidak berkata-kata, diam dengan raut datar seperti robot. Tindakan Gendhis bahkan tak berpengaruh apa pun pada dirinya yang seolah kebas.
Tampang itu terlihat lagi seperti saat dia kecil. Menatap orang di sekeliling seperti musuh yang harus dia singkirkan. Meski dalam diam, begitulah Yordan.
Kesembuhannya hanya ditunjukkan sempurna di hadapan orang tuanya saja, agar tidak terus dijejali pengobatan oleh psikiatri. Jiwanya tetap seorang Yordan yang sosiopat, cacat sosial.
Dan bagusnya, dia bukan aktor yang buruk. Orang tuanya kecolongan banyak.
Berupa voice record berisi pengakuan yang secara diam-diam direkam Saka saat pergelutan sekaligus debatnya dengan Yordan di gedung belum selesai itu, sudah diserahkan sebagai bukti. Selain dari kasus pencurian dan pembakaran motor Saka Aksara yang disaksikan langsung di TKP oleh Polisi.
Bukti lainnya adalah rekaman video dari Akmal Nugraha yang menunjukkan hari terjatuhnya Gege Wangsa dari ketinggian, juga melengkapi bagian.
Itu sudah cukup menguatkan, ditambah Liona mengatakan dia sangat mengenali sepatu putih bertali merah yang digunakan Yordan menendang tubuh Gege saat pembunuhan terjadi. Dia yang membelikannya sebagai hadiah birthday Yordan tahun lalu saat Gege Wangsa masih dalam keadaan sehat. Mereka bahkan merayakan bersama.
Kenangan yang sekaligus dijadikan modal untuk Yordan menghabisi nyawa Gege karena perlakuan Liona yang semakin manis terhadap anak adopsi itu.
Selain kasus pembunuhan Gege yang sesaat lagi akan dibuka kembali dan diganti status dari kasus bunuh diri menjadi kasus pembunuhan, Yordan juga terlapor sebagai pengedar psikotropika di kalangan pelajar dan anak kuliah.
Orang tuanya datang ke kantor polisi dengan wajah-wajah cemas bercampur segala perasaan buruk yang mengutuk semua kebaikan. Liona bersama mereka karena sudah sangat mengenal baik.
"Li ... aku balik duluan. Gendhis butuh ketenangan di luar tempat ini."
Liona mengangguk lemah, melepas Saka bersama Gendhis Wangi dalam gandengannya.
Walaupun sudah kenalan dan tahu jika Gendhis adiknya mendiang Gegeーadik cowok yang dulu pernah disukainya, wajah Liona tetap ada sirat cemburu. Hatinya sudah beralih haluan pada Saka Aksara, putra tunggal Aryani binti Yayan Suryana, secara cepat.
Masih cinta monyet, Saka masih milik bersamaーAuthor-nim.
...****************...
Aryani terkejut saat Saka membawa pulang seorang gadis. Namun paham saat Saka menceritakan jika gadis yang tak lain adalah Gendhis itu baru saja mengalami hal yang sulit dan tak bisa ditinggal di petak kontrakan kecilnya hanya sendiri. Keadaannya masih sangat buruk dan sangat butuh dukungan.
Itu tidak termasuk bagian Saka yang meringkus pelaku. Saka tidak ingin ibunya tahu dan membuat cemas jika dirinya ikut-ikutan dalam hal yang berbahaya.
Berbalik Aryani menjadi iba, dipeluknya Gendhis memberi penenangan dengan sapuan halus di punggung. Gadis itu lalu diajak masuk ke kamar Saka, diminta istirahat di sana. Saka keluar setelah Gendhis merebah dengan selimutnya.
Ibunya masih menunggu di ruang tengah, masih ingin mendengar lebih jelas cerita tentang gadis bernama lengkap Gendhis Wangi dan masa sulitnya.
Aryani mendengarkan serius bahkan sampai menitikkan air mata.
Namun semua berubah ketika Saka dengan ragu mengambil bagian penting dari cerita dengan tema berbeda.
Motornya!
Aryani belum sadar sedari pulang, Saka tidak membawa motor.
"Apa kamu bilang?!" Aryani langsung berdiri. Matanya melebar seperti mau terlepas.
Sementara Saka tidak berani mengangkat wajah.
"Maafin Saka, Ma."
Saka mengaku bahwa motornya raib dicuri lalu ditemukan sudah terbakar hangus.
"Gimana bisa kayak gitu, Sakaaa?!" erang Aryani, duduk kembali setelah berkacak pinggang. Menatap Saka dengan segala ketidakhabispikiran.
"Saka udah usaha kejar motornya, tapi gak berhasil."
"Tanggapan pihak sekolah gimana?!" tanya Aryani lagi, kacau.
"Mereka akan bantu cari besok. Tapi Saka malah dapet pesan chat anonim kalo motornya ada di sebuah tempat. Tapi pas Saka samperin ...." Sesaat Saka terdiam karena merasa ragu. ".... Motornya udah kebakar.”
Penjelasan Saka terdengar aneh di telinga Aryani hingga keningnya mengernyit tebal. "Saka ... apa kamu punya musuh di sekolah?" telisiknya mendalam.
Saka melengak ke wajah ibunya itu, diam sebentar, lalu menggeleng dengan sangat kaku. "Ng ... nggak kok, Ma."
Mata Aryani menyipit skeptis. "Yakin kamu? Kok Mama kayak lihat ada yang kamu umpetin."
Saka bingung bagaimana menjelaskan lagi. Aryani bukan orang yang gampang dibohongi apalagi oleh anak yang tidak biasa berbohong seperti dirinya.
"Logika aja, Sak!" sambung Aryani, mulai dengan segala asumsi dan wajah dipasang serius. "Orang kalo nyolong ya nyolong aja. Buat mereka jual lagi motornya atau dipake sendiri. Ini malah dibakar! Dibakar, Saka, dibakar!" Nadanya naik meninggi. "Apalagi kesimpulannya kalo bukan kamu yang ada masalah sama orang itu, orang yang nyolong!"
Kepala Saka rasanya mau meledak. Dia benar-benar bingung. Di satu sisi mamanya benar, dia memang ada masalah pribadi dengan Yordan, di sisi lain, dia tak ingin membuat sang mama cemas dengan semua yang terjadi padanya di sekolah, apa saja yang dia lakukan di luar pelajaran dan mengapa sampai terlibat keburukan sejauh ini. Ujungnya Aryani pasti akan memaksa pindah sekolah lagi.
Saka tak bisa dan tak ingin melakukannya. Sudah banyak teman yang dia sukai dan mereka membuat nyaman.
Pada akhir ....
"Maafin Saka, Ma. Saka janji akan irit uang saku. Saka akan tabung buat ganti motor yang Mama beliin. Bila perlu Saka akan cari kerja part time buat tambahan."
Aryani tercenung mendengar perkataan anak bujangnya itu, lalu menggeleng kaku dengan mata yang sudah berair. "Mama gak minta kamu kayak gitu, Saka," katanya dengan suara lemah. "Yang Mama mau kamu sekolah baik-baik. Jangan ada masalah sama temen-temen kamu atau siapa pun. Masalah yang ujungnya sefatal ini. Mama takut, Sak. Sekarang baru motor, gimana nanti diri kamu sendiri yang celaka?!"
Saka mendongak, menatap lekat pasang mata Aryani, perasaan bersalah menyeruak ke dalam dada hingga berdesir-desir terasa perih. Detik berikutnya dia beranjak, lalu bersimpuh di hadapan wanita yang telah melahirkannya itu. "Maafin, Saka, Ma, maafin Saka. Saka udah gagal jaga amanah Mama."
Bukan amanah perkara motor saja, tapi juga sisi dirinya yang mendadak jadi berandal, Saka menyesali keduanya.
Aryani merengkuh bahu anaknya di atas lahunan, mengecup dan mengusap kepala Saka dengan segenap rasa.
"Mama ini cuma punya kamu, Saka. Tolong jangan kenapa-napa. Mama rela susah payah, Mama rela lakuin apa pun asal kamu gak kesulitan dan terus ceria tanpa mikirin beban apa pun. Baik-baik, nurut apa yang Mama bilang, seenggaknya sampai nanti kamu bisa berdiri di atas kaki kamu sendiri."
Pundak Saka sudah bergetar. Segera dia naik lalu membenamkan diri memeluk Aryani dengan sangat erat. "Saka janji gak nyusahin Mama. Saka akan terus baik-baik aja. Maafin Saka, Ma."
Tidak ada kata lagi, suara Aryani terjegal di tenggorokan. Hanya anggukan pertanda maafnya sudah mengalir.
Ternyata drama itu disaksikan Gendhis di bilah dinding. Matanya ikut berair. Ada perasaan iri, kagum, hingga sakit yang bahkan dia sendiri tak bisa menjelaskan dari mana asalnya perasaan itu.
Sampai tatapan Saka menemukannya. "Dhis!"
sama-sama beresiko dan bermuara pada satu orang.. yordan..
🙏