NovelToon NovelToon
Daniel & Hana

Daniel & Hana

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Duda / Percintaan Konglomerat
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Arashka

Welcome to the sequel of You're Mine Brianna

Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30. Cemburu

Hana terbangun, ketika ia merasakan cahaya matahari yang menerobos masuk melewati kelopak matanya. Ia mengerjapkan kedua matanya sebelum manik mata itu terlihat dengan sempurna oleh Daniel. 

"Good morning.." sapa Daniel sambil tersenyum manis. Pria itu begitu lama menunggu Hana bangun, kini ia lega karena manik abu itu kembali terlihat olehnya. 

Hana terdiam menatap wajah Daniel, wanita itu meski sudah terbangun tapi kesadarannya masih berada di batas ambang. 

"Mengapa kau ada di sini?" Kalimat pertama yang diucapkan dengan sinis oleh Hana keluar dari mulutnya dengan suara yang masih terdengar sengau.

"Tentu saja aku ada di sini, menemani istriku tercinta." jawab Daniel masih santai. 

"Mengapa kau tidak menginap di rumah sakit saja? Bersama mantan istrimu." tutur Hana menyindir sang suami. Rupanya ia masih kesal. 

Daniel terdiam, ia sudah menebaknya bahwa hal ini akan terjadi. Tapi dengan santainya ia malah menciumi wajah Hana. Hana mendorong tubuh Daniel yang semakin mendekat, ia bahkan berusaha mengalihkan wajahnya. "Hentikan, Daniel." 

"Kau marah padaku?" 

"Tidak."

"Kau cemburu?" 

"Tidak."

"Ya. Kau marah dan cemburu." 

"Kau tidak jujur padaku, Daniel." jawab Hana.

"Maafkan aku, aku hanya ingin menyelesaikan masa laluku tanpa melibatkanmu." ucap Daniel dengan suara yang sangat lembut.

"Kalau begitu, biarkan aku juga menyelesaikan masa laluku tanpa melibatkanmu." 

"Tidak, kau tidak boleh!"

"Itu tidak adil!" 

"Oh baby, ini berbeda sayang. Aku harus melindungimu dari apapun." Daniel mengusap pelan pipi Hana menggunakan jarinya. 

Hana terdiam, rasanya ia terlalu lemah untuk berdebat di pagi hari. Seketika Hana teringat akan kejadian semalam, keningnya berkerut membentuk beberapa lipatan. "Semyon.."

"Semyon menculikmu dan Liam, tapi aku berhasil menyelamatkanmu dan putra kita." ucap Daniel menjelaskan secara singkat. 

Tanpa ia sadari, matanya bergerak menelisik memeriksa seluruh tubuh Daniel. 

"Jangan khawatir, aku tidak terluka sama sekali." 

"Aku tidak mengkhawatirkanmu." jawab Hana. 

Daniel terkekeh gemas, lalu mencium kembali bibir wanita itu.  

"Bagaimana dengan Liam?" tanya Hana.

"Liam masih tidur, aku sudah mengeceknya. Tak ada luka sedikitpun dan ia baik-baik saja." ucap Daniel menjawab kekhawatiran Hana sambil beranjak dari ranjang kemudian ia berjalan menuju kamar mandi. Ia ingin berendam untuk melemaskan otot-ototnya yang menegang sejak tadi malam. 

Hana pun ikut bangkit, ia memilih untuk pergi menuju kamar putranya dan melihat bagaimana kondisinya. Cukup lama ia berada di sana, memandangi wajah sang putra yang damai dalam tidurnya. Anak itu benar-benar pulas, seolah ia tak mengetahui apa yang terjadi semalam. 

CUP

Hana mengecup kening Liam kemudian ia kembali ke kamar. Saat berada di sana, ia tidak mendapati Daniel. Mungkin pria itu sudah pergi. Hana pun memilih untuk membersihkan diri dan setelah itu berniat untuk turun ke bawah. 

"Aiko, dimana suamiku?" tanya Hana kepada Aiko yang baru saja tiba dan hendak masuk ke dalam kamar Liam.

"Tuan berada di ruang baca, Nyonya." jawab Aiko.

Hana pun mengurungkan niatnya untuk ke bawah. Kakinya ia langkahkan menuju ruang baca. Dan benar saja, di sana ia melihat suaminya yang sedang mengambil satu buah koleksi minuman mahalnya. 

Hana berjalan mendekat, kemudian ia mengambil botol itu dan menarik tangan Daniel untuk duduk di atas sofa yang menghadap ke arah luar. Tak lupa Hana juga membuka jendela di sana lebar-lebar agar sirkulasi udara tidak terganggu. Setelah itu Hana membuka botol minuman dan menuangkannya ke dalam gelas kecil berbentuk bundar. Ia juga mengambil dua batang rokok dan menyalakannya. Rokok yang satu ia berikan kepada Daniel sedangkan yang satu lagi ia hisap sendiri. Daniel tersenyum lalu menerima pemberian rokok dari sang istri yang telah di hisap sebelumnya. 

 "Bagaimana dengan Semyon?" tanya Hana membuka pembicaraan. Asap nikotin membumbung tinggi ke udara lalu menguar begitu saja kelita melewati sebuah jendela.

Daniel terdiam, pikirannya kembali mengingat kejadian semalam. "Aku menembaknya tepat di kepala dan jantungnya." jawab Daniel setelah ia menenggak habis minumannya. Raut wajahnya berubah menjadi sedih.

Hana bisa merasakan bagaimana kesedihan dan kekecewaan itu menyelimuti diri Daniel. Ia paham betul bagaimana posisi seseorang saat di khianati dan di kecewakan setelah kita memberikan kepercayaan kita sepenuhnya. 

"Siapa lagi yang harus ku percaya kali ini, Hana?" tanya Daniel. 

Hana tidak menjawab, ia membiarkan semua keluh kesah Daniel diungkapkan padanya. Kali ini ia hanya akan menjadi pendengar yang baik untuk suaminya sembari menghisap nikotinnya. 

"Terasa sakit di sini, Hana." tunjuk Daniel pada dadanya. 

Hana menatap lekat mata Daniel, ia mematikan rokoknya dan membuangnya ke dalam asbak. Kemudian ia menarik tubuh kekar itu ke dalam pelukannya.

"Menangislah, kau boleh melakukannya saat bersamaku." ujar Hana.

Dan benar saja, sedetik setelah Hana mengucapkan itu satu tetes kristal bening meluncur di pipi Daniel. Tidak terlalu deras, hanya berupa tetesan saja. Tapi meski begitu Hana cukup merasakan punggung Daniel yg bergetar hebat. Tak ada lagi tangis, karena Daniel menahannya dengan begitu kuat. Hana menepuk pelan punggung yang biasa tegap dan gagah itu, berharap dengan cara yang ia lakukan bisa menyalurkan sedikit energinya. 

"Istirahatlah di kamar, aku akan bilang kepada Nikolai dan Gaston untuk sementara mengatur semua pekerjaanmu hari ini." 

Daniel mengurai pelukannya, kemudian ia mengangguk pelan. "Terimakasih, kau selalu bisa menenangkanku." ujar Daniel sembari memaksakan senyumnya. 

Hana menarik tangan Daniel dan membawanya kembali ke dalam kamar. Bagai kerbau yang di cucuk hidungnya, Daniel mengikuti kemana langkah Hana membawanya. Pria itu menaiki ranjang dan merebahkan tubuhnya. Hana membantu menyelimuti tubuh Daniel seperti seorang ibu yang sedang mengantar anaknya untuk tidur. 

"Aku akan membangunkanmu nanti." ucap Hana lalu ia mencium bibir Daniel. 

Hana pun keluar dari kamar dan kebetulan ia berpapasan dengan Nikolai dan Gaston. 

"Hana, dimana Daniel?" tanya Nikolai. 

"Biarkan dia istirahat untuk hari ini, Nikol. Semyon mati di tangannya, dan itu membuatnya sedikit terguncang." Jawab Hana. 

"Aku mengerti. Dari ribuan nyawa yang lenyap di tangannya, tentu kematian Semyon lah yang paling terasa menyakitkan." sahut Nikolai.

"Ya, dia orang kepercayaan keluarga Smirnov tapi sayang ia malah bertindak bodoh." ucap Gaston menyahuti. 

"Kalau begitu aku kembali saja." ujar Nikolai. 

"Heem, Daniel akan menghubungimu jika ia sudah membaik." 

*** 

Hana turun ke lantai bawah untuk membuat makan siang. Di sana juga sudah ada Liam ditemani oleh Aiko. Mansion itu terlihat sepi, karena semua pelayan sudah dipulangkan dan hendak di ganti dengan pelayan baru. 

"Nyonya, perlu bantuan?" tanya Aiko berjalan mendekat. 

"Tidak Aiko, ini hampir selesai. Kau temani Liam saja." sahut Hana dan di jawab dengan anggukkan oleh Aiko. 

Setelah selesai, Hana memberikan satu piring berisi makanan kepada Liam. "Sayang, makanlah. Setelah itu kau boleh bermain lagi." ucap Hana. 

"Mom, Aku tidak melihat Daddy sejak kemarin." ucap Liam dengan raut wajah sedihnya. 

"Daddy sedang berisitirahat di kamar, sayang. Nanti setelah Daddy bangun, kau boleh mengunjunginya." 

"Apakah Daddy sakit?"

"Tidak, Daddy hanya lelah. Pekerjaannya sangat banyak akhir-akhir ini." jawab Hana sembari mengusap pelan kepala Liam. 

"Aiko temani Liam makan."

"Baik Nyonya."

Hana membawa nampan berisi makanan dan berjalan ke lantai atas untuk membangunkan Daniel. Ia membuka pintu dan menemukan Daniel sudah bangun dan sedang berdiri hendak memakai pakaiannya. 

"Kau tampak sedikit lebih segar." sapa Hana meski sebenarnya ia masih bisa melihat gurat raut kesedihan di wajah suaminya.

Hana menaruh nampan tersebut di atas meja dan berjalan mendekat ke arah Daniel. Ia membantu suaminya mengenakan baju dan mengaitkan kancingnya. 

"Makanlah, aku sudah menyiapkannya." 

"Aku butuh pelukan lagi." sahut Daniel. 

"Kemarilah bayi besarku." ujar Hana sembari terkekeh pelan lalu memeluk tubuh pria jangkung itu. 

"Kau tahu, aku sangat menyayangimu." ungkap Daniel dan Hana mengangguk pelan. 

"Maaf jika karena aku, kau sampai membunuh Sem.."

"Ssstt, ini bukan kesalahanmu. Semua terjadi karena kesalahannya, karena pengkhianatannya yang ia lakukan padaku. Ia hanya menjadikanmu sebagai umpan." ujar Daniel tak setuju dengan perkataan Hana. 

"Ayo, temani aku makan." ucap Daniel. 

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!