Drasha, si gadis desa yang cantik dan planga-plongo tiba-tiba diklaim sebagai keturunan keluarga Alveroz yang hilang 15 tahun silam.
Kecuali Nyonya Besar Alveroz, tidak ada dari keluarga itu yang menerima Drasha. Bahkan dua orang yang katanya mama papa biologis Drasha lebih mengutamakan sang anak angkat.
Bagi mereka, Drasha adalah putri palsu yang hanya ingin memanfaatkan harta keluarga Alveroz. Sementara itu, sang anak angkat yang pandai mengambil hati keluarga, membuat posisi Drasha semakin terpojok.
Tanpa mereka tahu, planga-plongo itu hanyalah topeng Drasha, gadis itu juga bukan ingin memeras harta keluarga Alveroz. Tetapi, dia datang membawa dendam dalam hatinya selama bertahun-tahun.
Siapa Drasha sebenarnya? Apakah dia memang putri palsu atau justru putri asli keluarga Alveroz? Dendam apa yang dibawa oleh Drasha? Apakah dia akan berhasil membalaskan dendamnya itu?
Yuk temukan jawabannya di cerita Drasha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yita Alian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drasha Mengajukan Challenge CoC
Keesokan harinya, Drasha mengayuh pedal sepeda barunya menuju sekolah. Udara pagi sangat segar, angin lembut menerpa wajahnya.
Di sebuah persimpangan jalan, Drasha menghentikan sepedanya sebentar dan menepi ke sebuah area toko buku.
Dia menunggu Adriel.
Ya, pagi buta tadi, cowok itu mengirimkannya pesan menanyakan soal tugas. Drasha sampai heran kenapa cowok yang katanya suka bolos dan jarang mengumpulkan tugas itu tiba-tiba obsesi dengan tugas-tugasnya?
Drasha membalas Adriel dengan mengatakan kalau gadis itu sudah menyelesaikannya dan meminta Adriel untuk menemui Drasha di depan toko buku yang tak jauh dari sekolah.
Dan, di sinilah Drasha sekarang, berdiri di dekat sepedanya sambil mendekap buku-buku milik Adriel. Gadis itu kali ini membiarkan rambut hitamnya tergerai lurus dengan hiasan bando merah marun pemberian Rochelle. Dia mengenakan kemeja seragam berlapis vest rajut berwarna hitam. Tak lupa dasi yang bermotif senada dengan warna bandonya.
Tak berselang lama, sebuah motor trail hitam berhenti di depan sepeda mungil Drasha. Perbedaan dua kendaraan itu tampak sangat jelas, seperti kucing dan jerapah kalau berhadapan.
Selanjutnya, Drasha memperhatikan pengendara motor trail itu.
Meski wajahnya tertutup helm, dari tampilan cowok yang di atas motor, Drasha sudah bisa menebak kalau itu Adriel.
Cowok itu melepaskan helm lalu turun dari motor, menghampiri Drasha.
"Sepeda baru lo," sahut Adriel.
"Iya," Drasha tidak basa-basi langsung menyerahkan buku-buku di dekapannya pada sang pemilik. "Ini tugas kamu, semuanya sudah selesai."
Meski semalam Drasha sempat tidak enak badan karena alergi seafood, dia tetap mengerjakan tugas-tugasnya dan cowok itu.
Lagi-lagi Adriel memeriksanya lagi. Dia membuka lembaran-lembaran bukunya satu per satu.
"Oke." Adriel lalu menatap Drasha lekat-lekat. Tampilan gadis itu sedikit berbeda, biasanya dia menguncir rendah rambutnya, sekarang dia biarkan tergerai. Cowok itu jadi ingat waktu pertama kali melihat Drasha. Ya, Rambut gadis itu melambai-lambai tertiup angin sembari memainkan biola.
Drasha sedikit bingung ditatap seperti itu.
"Lo udah nentuin bakalan nantangin CoC ke siapa di kelas silver?" Adriel membuka obrolan lagi.
"Aku belum sempat cek semuanya."
"Lo ada niatan lawan gue nggak kalau lo udah berhasil masuk ke gold?" Adriel memasukkan buku-bukunya ke dalam tas hitamnya.
"Entahlah, liat nanti."
Drasha akhirnya mengajukan pertanyaan. "Bagaimana kamu dapetin semua informasi teman seangkatan kita itu?"
Adriel tersenyum. "Lo mulai kepo sama gue yah?"
Drasha mengernyit. Kenapa sih dengan cowok ini?
"Aku cuma mau tahu aja… di sekolah website Roos rame jadi perbincangan, aku denger beberapa siswa jadi member di sana. Apa kamu member website misterius itu juga?" tanya Drasha blak-blakan.
"Lo tahu soal website itu artinya lo juga member, yah."
"Jadi kamu dapat informasi soal teman seangkatan kita dari sana? Kamu bayar hacker?"
"Maybe."
Adriel mengeluarkan hapenya dan login ke akunnya di website Roos. Dia lalu menyodorkan benda pipih hitamnya ke Drasha.
"Ketik username lo!"
"Untuk apa?"
"Nggak usah banyak nanya, kali aja nanti WA gue bermasalah, ya gue bisa hubungi lo lewat Roos," Adriel berdeham, "…bahas soal tugas gue pastinya."
Cowok itu semakin menyodorkan hapenya. "Nih, cepet ketik, gue mau ke sekolah, ada challenge main basket."
Drasha menghela napas pelan lalu segera mengetik usernamenya. Mawar08.
"Sudah." Drasha mengembalikan hape cowok itu.
Selanjutnya, Adriel menekan follow pada akun Drasha itu, lalu kembali memasang helm dan naik ke motor trailnya sebelum akhirnya melaju, menjauh.
Sementara itu, Drasha sejenak menatap username Adriel di layar hapenya. Natsuki.
Gadis itu menaruh hapenya dan naik ke sepeda lalu mengayuh kendaraan barunya itu menuju sekolah.
***
Setibanya di sekolah, Drasha memarkirkan sepedanya tak jauh dari gedung kelas. Sebelum ke kelas dia meluangkan waktunya untuk memeriksa lagi file informasi teman seangkatannya.
Setelah itu, dia lanjut berjalan.
Drasha melewati halaman sambil menenteng case biolanya dan langkah gadis itu berhenti di hadapan layar LED besar, tempat segala informasi terkait sekolah.
Di sana informasi mengenai special camp anak platinum terpampang. Ada sejumlah CEO ternama, public figure serta deretan sponsor yang akan menghadiri acara privat itu.
Yang menarik perhatian Drasha adalah … gambar Narendra Alveroz.
Pria yang ditunggu-tunggu Drasha akan menghadiri acara itu.
Dia mengepalkan tinju, menatap informasi tersebut.
"Sebelum special camp itu dimulai, aku harus masuk ke kelas platinum," gumam Drasha, rahangnya mengetat kuat, matanya tajam menusuk seperti hewan buas yang ingin menerkam mangsa.
"Drasha!"
Suara yang sudah dikenali Drasha membuat gadis itu langsung mengatur wajah.
Dia mengembangkan senyum manis lalu menoleh pada Rachelle.
"Selamat pagi, Rachelle," sapa Drasha.
"Good morning… eh, kamu ngapain di sini?" tanya Rachelle penasaran.
"Aku liatin informasi soal special camp anak platinum."
"Oh iyaa, special camp yang datengin CEO-CEO dan para sponsor itu ya."
"Hmm, aku berniat ikutan camp itu, Rachelle."
Rachelle meraih satu tangan Drasha, mengangkat dan menggenggamnya lembut. "Semangat, Drasha, aku yakin kamu pasti bisa, walaupun kamu lebih dulu masuk platinum daripada aku, aku bakalan support kamu."
"Terima kasih, Rachelle."
"Kamu udah punya calon yang mau kamu tantang di CoC" tanya Rachelle.
Drasha mengangguk mantap. "Iya, aku sudah pilih siapa yang bakalan aku tantang dan gak bakalan nolak."
"Who?" Rachelle penasaran setengah mati.
Kedua gadis cantik itu berjalan berdampingan sekarang.
"Peringkat satu kelas silver tahun kedua, Jimmy."
Rachelle menganga tak percaya. "Are you fucking serious, Drasha?"
"I am," jawab Drasha singkat tapi padat tanpa menye-menye.
Tunggu, ini bukan seperti Drasha yang biasanya. Bukan gadis planga-plongo yang Rachelle kenal. Jawabannya sangat mantap seperti saat Rachelle yakin melesatkan anak panah menancap ke targetnya.
Rachelle kaget, tapi dia langsung tersenyum. Drasha ini memang something.
Gadis imut itu mendekat. "Setahu aku, minggu ini, Jimmy itu belum pernah menolak challenge, jadi dia masih punya chance nolak tantangan kamu."
"Seorang peringkat satu kelas silver ditantang oleh anak kelas bronze pasti bakalan malu kalau nolak, Rachelle."
"Iya juga, yah." Rachelle manggut-manggut. "Boleh juga ide kamu, Drasha."
Drasha mengeluarkan hapenya dan mengusap layar. Setelah itu dia berkutat dengan benda pipihnya. Dia masuk ke website sekolah bagian Clash of Class.
"Kamu mau ajuin challenge sekarang?" Rachelle melihat layar hape Drasha. Dia tidak bisa diam karena penasaran setengah mati.
"Iya."
Drasha memilih nama Jimmy Kenevan dan menekan tombol CHALLENGE.
Drasha menoleh pada Rachelle. "Aku ke kelas dulu Rachelle."
"Sure..." kata Rachelle, sedikit masih tidak percaya dengan apa yang barusan Drasha lakukan.
***
Saat jam istirahat tiba, Drasha berdiri di depan ruangan Bronze 2 Class 2, gadis itu tampak menunggu seseorang. Ya, korban bully Adriel yang pernah Drasha saksikan langsung.
Cowok berkacamata yang ditunggu akhirnya keluar kelasnya. Tapi, ketika melihat Drasha, dia menghindar dengan mempercepat langkah.
"Bukan aku yang bully dia, tapi kenapa dia selalu kayak menghindar dari aku?" gumam Drasha. Gadis itu mengikutinya.