Belva Kalea harus menelan kekecewaan saat mengetahui calon suaminya berselingkuh dengan saudara tirinya tepat di hari pernikahannya. Bukan hanya itu saja, Glory diketahui tengah mengandung benih Gema Kanaga, calon suaminya.
Di sisi lain, seorang pengusaha berhati dingin bernama Rigel Alaska, harus menelan pil pahit saat mengetahui istrinya kembali mengkhianatinya. Disakiti berulang kali, membuat Rigel bertekad untuk membalas rasa sakit hatinya.
Seperti kebetulan yang sempurna, pertemuan tak sengaja nya dengan Belva membuat Rigel menjadikan Belva sebagai alat balas dendam nya. Karena ternyata Belva adalah keponakan kesayangan Roland, selingkuhan istrinya sekaligus musuhnya.
Akankah Rigel berhasil menjalankan misi balas dendam nya?
Ataukah justru cinta hadir di tengah-tengah rencananya?
Mampukah Belva keluar dari jebakan cinta yang sengaja Rigel ciptakan?
Ataukah justru akan semakin terluka saat mengetahui fakta yang selama ini Rigel sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1
"Saya terima nikah dan kawinnya Belva Kalea Gefanda---"
"Stop! Pernikahan ini tidak boleh dilanjutkan."
Semua mata tertuju pada sosok wanita yang baru saja berhasil menghentikan acara akad pernikahan. Dengan langkah tegapnya, wanita itu berjalan menghampiri kedua mempelai.
"Maksud Kamu apa, Kak?" Belva menatap datar wanita yang kini berdiri angkuh di hadapannya.
"Kamu tidak boleh menikah dengan Gema," ucap wanita yang dipanggil Kakak itu dengan seringai tipis di bibirnya. "Karena aku sedang mengandung anaknya." Ucapnya lagi sambil menunjuk Gema, calon suami Belva.
Deg
Tatapan Belva kini mengarah pada Gema Kanaga, calon suaminya. Matanya menatap dalam cinta pertamanya itu dengan penuh pertanyaan. Namun lidahnya kelu untuk sekedar meminta penjelasan. Diamnya Gema seolah mengiyakan apa yang terjadi saat ini.
"Apa benar itu, Kak?" Setelah hening beberapa saat, Belva memberanikan diri untuk membuka suaranya. Dengan suara yang bergetar wanita itu meminta penjelasan pada calon suaminya.
"Maafkan aku, Hon."
Satu kalimat yang berhasil membuat Belva menitikkan air matanya.
"Jahat Kamu, Kak!" Air mata yang sejak tadi Belva tahan, kini luruh menganak sungai. Dengan napas yang memburu wanita cantik itu terisak dengan pilu.
Hancur hati Belva, mengetahui pengkhianatan calon suaminya tepat di hari pernikahannya. Cinta pertamanya, orang yang paling Belva percayai selama ini ternyata mengkhianatinya.
Menjalin hubungan selama 5 tahun tidaklah menjamin kesetiaan. Nyatanya seorang pria tetaplah kalah dengan godaan hawa nafsunya sendiri.
Belva dan Gema menjalin hubungan sejak SMA. Keduanya adalah pasangan paling serasi, tak jarang semua siswa dibuat iri oleh keromantisan pasangan itu, tak terkecuali Glory. Glory adalah kakak tiri Belva yang selama ini diam-diam menaruh rasa pada Gema.
Jarak tak membuat hubungan keduanya merenggang, walaupun kala itu Belva harus kuliah di luar negeri atas tuntutan Daddynya. Gema tetap setia sampai hari ini tiba, keduanya hendak melangsungkan pernikahan.
"Aku khilaf, Hon. Tolong maafkan aku!" Gema menggenggam erat tangan Belva, matanya menatap penuh sesal pada wanita yang sangat dicintainya itu.
"Khilaf Kamu bilang? Sampai Dia mengandung, Kamu bilang khilaf?" Belva berteriak histeris dengan air mata yang terus membasahi pipinya. "Sejak kapan kalian mengkhianatiku?" Walaupun hatinya sesak, namun Belva ingin mengetahui sejak kapan mereka mengkhianatinya.
"2 bulan lalu," lirih Gema. "Tapi aku tidak sengaja melakukannya. Aku dijebak, Hon. Bahkan, aku tidak yakin Dia mengandung anakku." Gema menatap Glory dengan tatapan tajamnya.
Sementara itu Glory mengepalkan erat tangannya, wanita itu tidak terima karena merasa Gema telah merendahkan harga dirinya.
"Oke, kalau Kamu bilang malam itu Kamu dijebak. Tapi, apa Kamu lupa dengan malam-malam selanjutnya, Gema?" Glory tersenyum smirk menatap wajah Gema yang kini berubah pucat. "Kamu ketagihan dengan tubuhku, bahkan hampir setiap malam Kamu memintaku untuk melayani mu. Dan Kamu seenaknya bilang, anak ini bukan anakmu?" Teriak Glory dengan lantang.
Dengan tak tahu malunya Glory membeberkan semua yang terjadi antara dirinya dan Gema. Glory bahkan sudah tidak memperdulikan tatapan semua orang yang menatapnya jijik. Yang ada dalam pikirannya hanyalah mendapatkan Gema bagaimana pun caranya.
"Cukup! Aku bilang cukup."
Belva meraung, namun air matanya kini mulai mengering. Entah sudah sehancur apa hatinya saat ini, untuk menangis pun rasanya Belva sudah tidak mampu lagi.
Ditambah lagi ucapan lantang Glory membuat lukanya semakin bernanah. Saudara tirinya itu seolah sengaja menaburkan garam diatas lukanya.
"Sayang...!" Gefanda memeluk tubuh putri kesayangannya. Air matanya luruh ikut merasakan penderitaan sang putri tercinta. "Jangan menangis, Daddy di sini."
Belva mematung dipelukan Daddynya. Namun setetes air mata kembali keluar dari sudut matanya. "𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘳𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺?"
Di mata Belva hanya Daddynya sosok pria yang sempurna. Walaupun Mommynya sudah meninggal dan bahkan Daddynya itu kini sudah menikah lagi, Gefanda hanya mencintai Geara, mendiang istrinya, Mommynya Belva.
"Saya putuskan, pernikahan Belva dan Gema, batal. Dan Gema harus menikahi Glory," ucap Gefanda. Sorot tajam matanya membuat siapapun tidak bisa membantahnya.
"Tapi, Om---"
"Saya tidak ingin dibantah." Ucapan Gefanda membuat Gema tidak bisa melanjutkan perkataannya. "Bertanggung jawablah dengan apa yang Kamu perbuat!" Gefanda tersenyum sinis sambil menepuk pundak mantan calon menantunya.
Gema hanya bisa pasrah menerima konsekuensi atas kebodohannya.
"Kita pergi dari sini, Sayang!" Gefanda menggandeng tangan putrinya. Alih-alih menyaksikan putri tirinya menikah, pria paruh baya itu lebih memilih meninggalkan tempat itu bersama putri kesayangannya.
"Mas, Kamu mau kemana?" Nadin menghentikan Gefanda yang hendak masuk ke dalam mobilnya.
"Aku mau pulang bersama putriku," ucapnya datar.
"Tapi Glory akan menikah, Mas---"
"Lalu, apa aku harus meninggalkan putriku hanya untuk menyaksikan pernikahan putrimu yang sudah merebut calon suami putriku?"
Nadin bergeming, ucapan Gefanda sangat melukai hatinya. Namun, wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyanggah ucapan suaminya.
...----------------...
Di tempat yang berbeda, seorang pria matang dan berperawakan gagah baru saja keluar dari Bandara, setelah melakukan perjalanan bisnis dari luar negeri.
Sebagai pengusaha nomor satu di dunia, hampir setiap minggu pria bernama Rigel Alaska itu bepergian ke luar negeri.
Memiliki perusahaan di setiap negara membuat Rigel nyaris tidak memiliki waktu dengan istrinya, Livia Veranda. Dan tepat di hari ini adalah hari aniversary pernikahan Rigel dan Livia ke 5. Pria itu hendak memberikan kejutan pada istri tercintanya.
Setelah perjalanan dari Bandara yang hanya memerlukan waktu 30 menit, Rigel akhirnya sampai di kediaman mewahnya. Pria itu tidak sabar ingin segera menemui istrinya.
Dengan membawa satu buket bunga lily kesukaan Livia, pria itu berjalan cepat menaiki anak tangga. Padahal di rumahnya tersedia lift untuk memudahkan aktivitasnya.
Begitu sampai di depan kamarnya, pria itu mematung mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
"Faster, Sayang... ahhhhh... aku hampir sampai."
Deg
Rigel mengepalkan erat tangannya. Pria itu bisa melihat dengan jelas karena pintu kamarnya tidak tertutup sempurna. Sepasang pria dan wanita tengah memadu kasih di atas ranjangnya, dan sialnya wanita itu adalah Livia, istri tercintanya.
Sementara itu di dalam kamar, mendengar desahan Livia, membuat pria yang bergerak di atas tubuh Livia itu melambatkan ritme nya. Pria itu sengaja ingin membuat wanitanya frustasi.
"Come on Roland, jangan menyiksaku!" Rengek Livia yang semakin meracau di bawah kungkungan pria bernama Roland.
"Katakan dulu, aku lebih perkasa dari suamimu!"
"Mmhhhh... tentu saja, Kamu lebih perkasa. Kamu yang terbaik, Roland!"
Roland sangat puas dengan jawaban Livia, pria itu pun mengabulkan keinginan Livia. Roland mempercepat gerakannya, namun sebelum keduanya mencapai puncaknya, pintu kamar yang tidak tertutup sempurna itu tiba-tiba terbuka.
Brakk
Deg
Livia melebarkan bola matanya dengan posisi yang masih berada di bawah kungkungan Roland. Wanita itu menendang tubuh Roland saat mendapati suaminya kini berdiri tidak jauh darinya.
"Ck!" Roland berdecak karena Livia membuatnya terjengkang dengan posisi yang memalukan. Namun pria itu tetap santai kembali bangkit bahkan berlalu lalang dengan alat tempur yang masih tegang.
"Sayang---"
Dengan selimut yang membelit tubuh polosnya, wanita itu beringsut menghampiri suaminya. Namun ucapan Rigel kemudian berhasil membuat istrinya itu mematung di tempatnya.
"Livia Veranda, mulai hari ini Kamu bukan istriku lagi."
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
Kalo emang cinta Belva, yo sono datengin bpknya lamar secara gentle bukan malah minta DP duluan gitu...
Syukurin, kalo perlu si Anaconda disunat bae smpe ngepook aja, biar tau rasa Rigel
Jangan mudah terbujuk rayuan Rigel,Abel.Biar dia berjuang dululah
ada calon suaminya looping.... 🤣🤣🤣