Kumpulan Cerita Pendek Horor
Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.
Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.
Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.
Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Mimpi yang Benar-benar Nyata
Suara kunci yang mencoba dibuka memecahkan keheningan salah satu ruangan yang terlihat gelap. Pemilik ruangan tersebut akhir-akhir ini selalu pulang telat karena kegiatan kampus.
Cklekk
Pipit yang tak lain ialah pemilik ruangan tersebut menghela napas lega. Ia menyalakan lampu kamarnya yang terlihat gelap. Dengan langkah malas ia mendekat ke arah kasur yang tampak menggoda.
Pipit merebahkan tubuhnya pada kasur di kamar kos. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan menerawang. Lalu ia mengambil ponselnya yang berada di tas kuliah. Kegiatan di kampus sampai malam membuat badannya terasa sakit. Apalagi besok ia harus berangkat pagi karena ada kegiatan lainnya.
Tringg
Besok jangan lupa ya bangun pagi, jam enam harus udah di kampus
Pipit mengetikkan beberapa pesan kepada temannya di seberang sana. Lalu ia menaruh ponselnya di atas meja, menunggu balasan dari temannya di seberang sana.
Tringg
Nanti gue bangunin jam tiga atau jam empat, gue biasanya udah bangun jam segitu
Pipit mengambil ponselnya dan membaca satu kalimat dari temannya. Ia kembali mengetikkan beberapa kata untuk membalas pesan dari temannya itu.
Lalu ia menaruh kembali ponselnya dan beranjak untuk segera mandi. Sebelumnya ia mengeluarkan plastik makanan yang telah ia beli ke meja kecil. Lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Sibuk banget, sampai lupa punya kamar."
"Takut terhuni selain sama gue nih kamar kost karena sering gue tinggalin."
•••
Kringg... Kringg... Kring....
Suara alarm dari ponselnya membuat Pipit terbangun. Ia langsung mengambil ponselnya yang terus berbunyi, lalu menatap layar ponselnya untuk melihat jam. Pipit menghembuskan napasnya pelan saat jam masih menunjukkan pukul empat pagi, ia mengambil charger ponsel dan menyambungkannya pada stop kontak.
"Masih jam empat ini, merem sebentar lah."
Pipit menghembuskan napasnya pelan saat ponselnya berdering. Ia melihat layar ponselnya yang menampilkan nama teman sekelasnya. Dengan malas Pipit mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
"Jangan tidur lagi, ini udah jam empat."
"Iya."
"Awas kalau tidur lagi."
"Hm."
Panggilan telepon diakhiri oleh teman Pipit dari seberang. Pipit menaruh kembali ponselnya di atas meja agar baterai ya terisi penuh.
"Baru juga jam empat, satu jam lagi lah gue bangun. Mumpung lagi gak sholat juga," gumamnya.
Pipit kembali merebahkannya tubuhnya di atas kasur. Kegiatan kemarin di kampus membuat energinya terkuras banyak. Badannya juga masih terasa sakit saat ini, tapi ia juga harus kembali ke kampus pagi nanti.
Pipit menghela napas pelan dan memeluk bantal di dekatnya. Ia kembali memejamkan matanya dengan erat sambil menunggu jam diangka lima untuk segera bersiap.
"Masih lama ini, gue cape banget. Mending nikmatin sisa waktu dengan tidur."
•••
Pipit
Pipit mengerutkan keningnya karena merasa terganggu. Ia mengusap telinganya yang sedikit gatal karena suara yang entah darimana. Ia kembali memeluk bantal di sampingnya dan lanjut tidur.
Pipit
Pipit kembali mengerutkan dahinya bingung. Ia membuka matanya perlahan saat dirasa tubuhnya terasa berat. Ia memicingkan matanya saat matanya menangkap sesuatu yang berada di atas tubuhnya.
Seketika tubuh Pipit tidak bisa digerakkan bersamaan dengan sosok perempuan yang berada di atas tubuhnya terbang dengan wajah yang mendekat ke wajahnya. Pipit tidak bisa memejamkan matanya kembali, ia seperti dipaksa untuk tetap membuka matanya.
Tiba-tiba dari ujung matanya, Pipit melihat satu sosok perempuan yang mendekat ke arah kakinya dengan merangkak. Lalu dari arah samping Pipit juga bisa merasakan ada tambahan satu sosok lagi yang memeluk dirinya dari samping.
"To... long...."
Jantung Pipit terus berdetak dengan kencang. Saat ini ia bisa melihat ada tiga sosok perempuan dengan rambut panjang dan pakaian putih kotor berada di sekelilingnya. Satu sosok berada di dekat kakinya, satu sosok berada di sampingnya, dan satu sosok lagi ada di atas tubuhnya dengan rambut yang menjuntai panjang.
Pipit
"To... long...."
Suaranya terasa tertahan dari dalam tenggorokan. Ia tidak bisa berteriak dengan kencang saat ini. Siapa juga yang mau mendengar teriakannya di jam empat pagi? Bukan datang menolong, pasti dirinya dikira sedang melakukan keributan di waktu subuh.
Saat ini Pipit tidak bisa melakukan apapun lagi. Matanya terus menatap sosok perempuan di atasnya. Kakinya terasa sedikit sakit karena sosok perempuan yang berada di dekat kakinya sedang menggigit ibu jari sebelah kanan. Napasnya juga terasa semakin sesak karena sosok di sampingnya, memeluk dirinya sangat erat.
Pipit
Tiba-tiba saja sosok yang berada di atasnya mengeluarkan darah dari dalam mulutnya. Pipit hanya bisa memejamkan matanya singkat saat darah dari sosok di atasnya menetes ke arah dirinya. Tidak hanya satu dua tetes yang terasa, tetapi beberapa tetes darah terus turun mengenai wajahnya.
Pipit tidak bisa bergerak sama sekali, ia hanya bisa pasrah dengan kondisi tubuh yang cukup sakit dan pegal. Wajahnya saat ini terasa lengket karena darah. Bau anyir yang cukup menyengat juga terasa di indra penciumannya.
Seketika sosok di atasnya tertawa keras dengan suara yang melengking. Diikuti dua sosok lainnya yang juga ikut tertawa. Pipit hanya bisa mengerutkan dahinya saat telinganya terasa sakit. Ia memejamkan matanya sebentar dan kembali membuka matanya. Ketiga sosok yang sedang berada di dekatnya masih tertawa dengan keras.
Pipit kembali memejamkan matanya dengan cukup lama. Ia masih merasa sakit dan pegal di tubuhnya karena ketiga sosok tersebut. Dengan perlahan Pipit membuka matanya dan kembali memberanikan diri melihat ketiga sosok tersebut.
Pipit mengerutkan keningnya bingung saat tidak ada ketiga sosok di dekatnya. Ia menggeser bantalnya yang berada di atas tubuhnya, lalu menatap ibu jari kakinya yang terjepit antara meja dan dinding. Pipit mengubah posisinya menjadi duduk dengan wajah bingung. Ia memegang wajahnya yang tampak bersih, tidak lengket dan bau karena darah yang menetes dari salah satu sosok tadi.
"Apa gue cuman mimpi ya?" tanya Pipit dengan bingung.
Pipit menggelengkan kepalanya dengan tegas, "tapi tadi beneran kaya nyata mimpinya."
Ia menatap sekitar kamar kostnya dengan perasaan was-was. Lalu Pipit mengambil ponselnya dan menatap layar ponselnya yang menampilkan pukul setengah enam pagi.
Pipit menghela napas pelan, "gue kesiangan."
Dengan perasaan yang masih tidak karuan dan tubuh yang masih terasa sakit, Pipit beranjak menuju kamar mandi. Ia berpegang pada dinding di dekatnya, lalu berbalik menatap kasurnya yang sedikit berantakan.
Pipit menggelengkan kepalanya dengan tegas, "cuman mimpi tadi cuman mimpi," ucapnya pelan.
"Tapi mimpinya nyata banget tadi."
"Apa jangan-jangan beneran ada lagi?"
"Kalau ada gimana? Masa gue bakal dihantui terus sama tiga kunti itu."
Pipit menggelengkan kepalanya dengan tegas, "gak mau, gue gak ganggu. Ini tempat gue sendiri. Gue bakal berusaha gak takut. Walaupun sama tiga kunti tadi."
•••