NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis SMA

Mengejar Cinta Gadis SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia
Popularitas:34.4k
Nilai: 5
Nama Author: Mutzaquarius

Axel sedang menata hidupnya usai patah hati karena wanita yang selama ini diam-diam ia cintai menikah dengan orang lain. Ia bahkan menolak dijodohkan oleh orang tuanya dan memilih hidup sendiri di apartemen.

Namun, semuanya berubah saat ia secara tidak sengaja bertemu dengan Elsa, seorang gadis SMA yang salah paham dan menganggap dirinya hendak bunuh diri karena hutang.

Axel mulai tertarik dan menikmati kesalahpahaman itu agar bisa dekat dengan Elsa. Tapi, ia tahu perbedaan usia dan status mereka cukup jauh, belum lagi Elsa sudah memiliki kekasih. Tapi ada sesuatu dalam diri Elsa yang membuat Axel tidak bisa berpaling. Untuk pertama kalinya sejak patah hati, Axel merasakan debaran cinta lagi. Dan ia bertekad, selama janur belum melengkung, ia akan tetap mengejar cinta gadis SMA itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Axel menuju perusahaan setelah mengantar Elsa ke tempat kerjanya. Ia turun dari mobil, begitu sampai di depan gedung megah AL'X Company, dengan langkah tegap dan wajah dinginnya.

Namun, baru saja melangkah masuk ke lobby, matanya menangkap sosok familiar yang duduk di salah satu kursi tunggu. Rambut tergerai sempurna, gaun elegan, namun dengan ekspresi gelisah.

"Glenzy? Kenapa dia ada di sini?" batin Axel. Ia mencoba bersikap acuh, melangkah lurus seolah tidak melihatnya. Tapi, Glenzy menyadari kehadirannya dan segera berdiri, menghadang jalannya.

"Axel, akhirnya kau datang. Aku ingin bicara denganmu," serunya, setengah memohon.

Axel berhenti, menatapnya dengan tatapan datar. Dalam benaknya, terbayang bagaimana wanita di hadapannya itu menekan Elsa dengan kata-kata tajam, seketika membuat rahangnya mengeras.

Ia melirik arlojinya, lalu berkata datar, "Aku sedang sibuk sekarang."

"Tunggu, Ax! Tolong beri aku waktu sebentar saja. Ini mengenai perusahaan suamiku. Bisakah kau … menarik kembali keputusanmu membatalkan kerja sama dengan nya?"

Axel menaikkan satu alis. Senyum tipis terangkat di sudut bibirnya, penuh makna. "Kenapa aku harus bekerja sama lagi dengan perusahaan suamimu?"

"Ax! Aku tahu alasanmu membatalkan kerja sama ini. Tapi, aku berani jamin, jika berita itu tidak benar. Itu semua fitnah! Lagipula, bukankah kita ini teman?"

Axel terkekeh pelan. "Teman?"

"Ya, teman," Glenzy mengangguk cepat, seolah menyadari bahwa itu satu-satunya kartu yang ia punya.

Axel menatap Glenzy lekat-lekat, lalu berbicara perlahan namun dingin, "Maaf, Nona Glenzy. Ini dunia bisnis, bukan dunia pertemanan. Kalau aku tidak mengambil langkah cepat, perusahaan ku bisa terkena imbas. Lalu, siapa yang akan menggaji ratusan karyawan yang bergantung padaku, hm?"

"Tapi, Ax ... "

"Cukup," potong Axel, dengan nada yang lebih tegas. "Aku sudah membuat keputusan. Dan aku tidak akan mengubahnya hanya karena masa lalu atau karena ... belas kasihan." Ia melangkah melewati Glenzy, tapi sempat berhenti sejenak untuk menambahkan, "Jika kau benar-benar peduli pada suamimu, seharusnya kau memintanya bertanggung jawab atas masalah yang ia buat. Bukan datang padaku untuk menutupinya."

Tanpa menunggu balasan, Axel berjalan pergi dengan langkah mantap, meninggalkan Glenzy yang terpaku di tempat. Tatapannya kosong, bibirnya sedikit terbuka, seolah tidak percaya bahwa Axel benar-benar menolaknya.

"Dulu, kau selalu menuruti semua permintaan ku, tapi, sekarang? Kau berubah, Ax!" batin Glenzy.

Sementara itu, Axel telah sampai di lantai atas, memasuki ruangannya dengan tenang.

Martin yang sudah menunggunya di dalam, langsung berdiri dengan tablet di tangannya.

"Akhirnya kau datang juga," seru Martin. "Aku sudah menerima email dari divisi hukum. Surat pemutusan kerja sama resmi telah dikirim ke pihak Wang Group pagi ini. Termasuk, pencabutan seluruh bentuk afiliasi digital dan promosi gabungan."

Axel mengangguk pelan. Ia membuka jasnya, menggantungnya di sandaran kursi, lalu duduk dengan tubuh sedikit condong ke meja.

"Bagus. Pastikan tidak ada celah bagi mereka untuk kembali bangkit," ucapnya dingin.

"Baik," sahut Martin.

"Oh, ya, kenapa kau tidak memberitahuku jika ada Glenzy?"

Martin menyipitkan mata. "Glenzy? Aku sudah mengusirnya tadi pagi. Tidak di sangka, dia tidak menyerah begitu saja," seru Martin. "Lalu, apa yang dia mencoba memohon padamu?"

Axel tersenyum tipis, mengambil secangkir kopi yang sudah disiapkan. "Yeah ... Dia memohon padaku, agar tidak membatalkan kerjasama dengan perusahaan suaminya. Cih, kemarin dia begitu sombong dan menekan Elsa. Sekarang, dia tidak akan bisa melakukannya. Tidak akan pernah "

...****************...

Malam menjelang. Suasana di cafe mulai lengang, hanya tersisa beberapa pelanggan yang tengah menyelesaikan pesanan terakhir.

Elsa merapikan meja yang kosong, bersiap untuk menutup cafe seperti biasanya.

Namun, tanpa ia sadari, Irfan tengah mengintainya dari kejauhan. Raut wajahnya gelap, penuh dendam dan obsesi. Ia menggenggam erat sebuah botol minum, lalu menuangkan cairan bening ke dalamnya.

Setelahnya, ia memanggil pelayan pria untuk mendekat.

"Apa ada tambahan pesanan, tuan?" tanya si pelayan.

"Tidak, tapi, aku ingin kau memberikan minuman ini pada Elsa," seru Irfan dengan nada pelan. "Ini uang untuk mu. Bilang saja, minuman ini dari pelanggan yang ingin berterima kasih," lanjutnya.

Pegawai itu ragu. Hanya untuk memberikan minuman saja, kenapa Irfan meminta bantuannya? Dan, untuk apa uang ini?

"Kenapa kau diam? Kau tidak mau?" tanya Irfan.

"Bu-bukan begitu, tuan. Tapi ... "

Irfan berdecak saat tahu apa yang pelayan itu pikirkan. "Kami sedang bertengkar dan dia tidak mau bertemu denganku. Jadi, aku mohon berikan minuman ini untuk nya, ya! Aku sangat kasihan melihatnya kelelahan," seru Irfan, menyembunyikan niat busuknya di balik senyum dingin.

Rasa simpati dan iming-iming uang, membuat pelayan itu mengangguk pelan dan membawa minuman tersebut ke meja, tempat Elsa berada.

"El, ini dari salah satu pelanggan yang tadi duduk di pojok. Katanya, dia sangat terbantu dengan pelayananmu,” ucap si pelayan sambil menyodorkan botol minuman.

Elsa menoleh ke arah orang yang di maksud, namun, orang itu menundukkan kepala, sehingga wajahnya tertutup topi. Dan, saat ia hendak mendekat, tiba-tiba orang itu pergi dengan langkah buru-buru.

"Siapa dia? Kenapa buru-buru sekali?" gumamnya.

"Mungkin, dia malu. Tidak usah di pikirkan." pelayan itu menarik tangan Elsa dan meletakkan minuman tersebut di telapak tangannya. "Minumlah sebelum pulang."

Elsa tersenyum. Tanpa rasa curiga ia membuka tutup botol dan meminumnya perlahan sambil membereskan barang-barangnya. Rasa minuman itu agak aneh, tapi ia mengabaikannya. Setelah, semua selesai, ia berpamitan pada pegawai lain dan keluar dari Cafe.

Namun, baru beberapa langkah, perutnya terasa mual, kepalanya berputar, dan pandangannya mulai buram. Nafasnya tidak teratur, dan tubuhnya melemas.

"Apa yang terjadi padaku?" bisiknya dengan langkah sempoyongan.

Di tengah ketidakseimbangan tubuhnya, seseorang tiba-tiba menghadang langkahnya.

"Elsa!" suara itu berat, namun terdengar begitu familiar.

Elsa memicingkan mata, mencoba fokus pada pandangannya "Irfan?" gumamnya dengan tubuh yang hampir terhuyung.

Irfan melangkah mendekat, matanya menyiratkan emosi yang tidak stabil, antara sakit hati dan keinginan untuk memiliki.

"Ku baik-baik saja?" tanya Irfan.

Elsa menepis tangan Irfan yang ingin menyentuhnya. Namun, perasaan tidak nyaman dan tubuh yang seolah kehilangan tenaga, tidak bisa menolak saat Irfan kembali mendekat.

"Maaf, aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Kau harus tetap menjadi milikku, Elsa."

Elsa mencoba mundur, tapi lututnya lemas. Jantungnya berdebar panik, tubuhnya semakin berat. "Apa yang kau lakukan? Jangan.... dekati aku,” ucapnya dengan napas tersengal.

Irfan menangkap lengannya dengan cepat, menariknya ke dalam pelukannya. "Tenang saja. Aku hanya ingin membicarakan semuanya. Di tempat yang lebih tenang."

Elsa berusaha melepaskan diri, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk melawan. Dan, dalam sekejap dunia di sekelilingnya mulai gelap.

1
Kimo Miko
emang glenzy bisa memghancurkan axel ? nggak kebalik tuh. axel terus terang aja sama elsa siapa kamu sebenarnya. Dan katakan tujuan kamu mendekati elsa .., axel
Kimo Miko
lebih baik axel terus terang pada elsa daripada didahului orang lain yaitu glenzy. nanti elsa bisa hilang kepercayaan pada axel.
Kimo Miko
wuahahaha..... nah lo axel ketahuan kesayangannya. terus apakabar axel pasti terkaget kaget elsa ada di alx company
Nur Adam
lnju
Nar Sih
hati ,,exel ,karena glenzky udah punya rencana jht pda mu lebih baik kmu jujur yaa sama perasaan mu ke elsa ,
Linda Ayu Tong-Tong
axel ayo cepet ketahui akal busuk glenzy..hancurkan dia xel...
Nur Adam
lnjut
Nur Adam
l Nju
Nar Sih
ternyata blm waktu nya kebongkar penyamaran exel 😂
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
nah kan kan mau lari kemana lagi akhirnya ketahuan jugakan
Saadah Rangkuti
nah loohhh...hayyoooo....masih mau ngeless toohh 😃😃😃
biby
oo oww kamu ketauan....ngaku ngkk ngaku ngaakkk.... hayoo loo axel
azalea_lea
jeng jeng jeng hayoo loh axel kamu ketahuan 🤭

👍❤🌹🙏
Nar Sih
saaat nya kebongkar penyamaraan mu exel
Dwi Winarni Wina
Glenzy cari gara-gara melabrak elsa dan pembullynya...
Linda Ayu Tong-Tong
naah lo ketauan loe axel...
thor bikin glenzy gk berkutik donk..aq takut dia nyakitin elsa lagi😏😏😏
Kimo Miko
lanjut thor.... biar christian yang turun tangan untuk menghadapi istrinya sendiri. mau di rujak ulek, dirujak cacah ataupun dirujak potong. yang penting masalah elsa rampung
Kimo Miko
babang axel misinya akan berhasil guys
Kimo Miko
glenzy kok belum nyadar juga. kalau sudah luluh lantak baru kelejotan kejer. kasep mbakyuuuu
Nar Sih
di tunggu kejujuran exel tentang persaan nya ke elsa ya kak thorr🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!