Aku pernah merasakan rindu pada seseorang dengan hanya mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagiku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyeon Gee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Story 18
“Jun Su, aku memutuskan hubunganku dengan Seol Hee,” ujar Chang Yi dengan senyum semringah sambil merebahkan diri ke sofa.
“Ha? Orang gila. Kenapa lagi?” tanya Jun Su yang hampir menyemburkan kuah ramennya.
“Hanya untuk lima bulan ke depan. Karena kalau berhasil, aku akan langsung melamarnya. Kau sumbangkan darahmu untuk jaga-jaga, ya.”
Ucapan demi ucapan Chang Yi yang terdengar tanpa beban itu membuat Jun Su menghentikan suapannya. Dia meletakkan sumpit dan mangkuknya lalu menatap Chang Yi yang sudah berbaring dengan posisi kepala di bawah sambil mengutak-atik ponselnya.
“Sebenarnya apa yang kau rencanakan?”
“Aku bisa operasi transplantasi jantung di Jepang. Dan sudah dapat pendonor. Bulan depan akan dilakukan operasi dan dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk pemulihan makanya, aku memutuskan kontak dengan Seol Hee agar ini jadi kejutan,” jelas Chang Yi tanpa sedikitpun mengalihkan pandangan.
“Keluargamu tahu?”
“Tidak ada satu pun yang tahu kecuali, kau, Ho Jun Su. Aku benar ingin memberi kejutan makanya hari ini mereka berangkat ke Paris untuk berlibur.
“Kau yang mengatur semuanya?”
“Iya. Dan kata bagian yang dari Jepang, agar operasi lancar, aku perlu tiga kantung darah untuk persiapan. Dan aku tahu kalau dari sekarang kau tarik darahmu, kau bisa menghasilkan tiga kantung sebelum operasiku.”
“Apa itu cukup? Kau yakin tidak salah menangkap penjelasan mereka?” tanya Jun Su ragu.
“Tidak. Aku yakin.”
“Bagaimana dengan riwayat tekanan darah tinggimu? Apa tidak berpengaruh besar?”
“Makanya aku butuh darahmu. Jadi, kalau kenapa-kenapa. Ada darah itu yang jadi penyelamatku.”
“Jadi, kau akan berangkat ke Jepang dalam bulan ini?”
“Iya. Aku sudah usahakan agar pekerjaan serta tugas kuliahku selesai sebelum waktu operasi. Dan aku tidak mengambil proyek sama sekali sampai lima bulan ke depan. Aku juga sudah mengajukan cuti di kampus sampai satu semester. Semua lancar,” jelas Chang Yi riang.
“Sangat lancar,” bisik Jun Su yang kemudian memakan lagi ramennya yang sudah cukup mengembang, “tapi, kau yakin tidak ingin memberitahu siapapun?”
“Cukup kau. Aku yakin tentang hal ini. Aku sudah melakukan semua bagianku. Tinggal kau yang mengerjakan bagianmu. Semua sudah kupastikan tanpa hambatan,” kata Chang Yi bangga.
Bahkan terlalu lancar untuk seluruh rencana manusia…
...🌸🌸🌸...
“Aku dan Ba Ram akan berangkat hari ini. Bulan depan sebelum operasiku kau sudah harus ada di tempat, ya. Ingat donorkan darahmu.”
Mendengar celoteh Chang Yi, Jun Su hanya mengangguk dengan malas-malasan.
“Kalau ada apa-apa kabari saja. Tidak ada barangmu yang ketinggalan, kan?”
“Tidak. Oh! Iya. Ini, baca di rumah,” ujar Chang Yi sambil menyerahkan sebuah amplop kecil berwarna kuning.
“Apa?” tanya Jun Su dengan kening berkerut usai menyambutnya.
“Ck, baca saja. Harus ada bukti hitam di atas putih untuk orang keras kepala. Tapi, karena aku tidak menemukan kertas surat warna putih jadi, aku pakai kuning. Yang penting ada tanda tangan dan stempelku. Baca, ya. Aku berangkat dulu.”
“Ya, ya. Pergilah. Hati-hati.”
Untuk Kakak Kesayanganku, Ho Jun Su
Aneh jika aku mengatakan operasi ini akan berjalan lancar 100% kalau mengingat kondisi tubuhku yang lemah sejak kecil. Berpura-pura kuat itu sulit bahkan saat musim dingin seperti ini. Namun, mengingat wajah Seol Hee serta keluargaku yang akan sangat senang membuatku semakin semangat. Jadi, doakan aku. Tetapi, kalau sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, aku ingin kau dampingi Seol Hee sampai akhir hayatmu. Aku mohon dengan sangat, jangan nikahi gadis selain Cha Seol Hee. Mungkin terdengar memaksa tetapi, aku jamin dan bersumpah atas nama Tuhan kalau Cha Seol Hee benar-benar wanita yang sangat bisa mendampingi hidupmu yang datar. Ingat ini hanya berlaku kalau operasiku tidak berhasil, ya. Dari Adikmu, Ho Chang Yi.
“Kak, bisakah kau kemari dengan pesawat pagi? Aku tidak tahu kenapa tapi, kondisi Chang Yi tiba-tiba menurun.”
Suara itu membuat Jun Su menghela napas pelan usai mematikan sambungan teleponnya.
“Kenapa?” tanya Seol Hee penasaran.
“Tidak ada,” sahut Jun Su sembari berusaha fokus pada jalanan di depannya, “tapi, besok pagi aku harus ke Jepang dan…”
“Apa ada sesuatu yang buruk?” tanya Seol Hee memutus kalimatnya.
“Tidak,” sahut Jun Su berusaha biasa, “kalau kemalaman apa bisa pulang sendiri? Atau minta antar temanmu?”
Sejenak, Seol Hee hanya mengangguk pelan dan mengerti maksud dari Jun Su.
“Ingat setelah sampai rumah langsung kunci pintu dengan baik. Jangan bukakan pintu untuk orang asing. Jangan biarkan teman priamu masuk ke rumah. Dan kalau ada yang menekan bel pin..”
“Hubungi Ho Jun Su untuk memastikan siapa yang datang. Lalu, beli makanan langsung sepulang dari tempat magang atau bikin sendiri dengan bahan di kulkas. Iya, aku tahu,” sahut Seol Hee kesal.
Ada rasa tidak nyaman yang Jun Su rasakan usai mendengar celoteh Seol Hee yang terdengar kecewa.
“Maaf, tapi, aku benar tidak bisa menjemputmu besok.”
“Iya, aku tahu. Untuk apa kau merasa bersalah. Bahkan Chang Yi yang memutuskanku secara sepihak saja masih santai. Sampai detik ini aku tidak pernah mendengar kata maaf darinya. Jangankan maaf, menghubungi saja tidak.”
Sekilas dilihatnya Seol Hee mengusap wajahnya, ada basah yang tertinggal di pipi kanannya yang kemudian mengalihkan pandangan ke luar jendela. Dan rasa iba itu pun sempat menghampiri Jun Su yang kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya.