NovelToon NovelToon
Istri Tanpa Cinta

Istri Tanpa Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Tamat
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂

Amara gadis berusia dua puluh satu tahun ini terpaksa harus menikah dengan seorang pria yang bernama Aska sebagai penebus hutang ayahnya.

Ayahnya kabur begitu saja meninggalkan banyak hutang tanpa Amara ketahui.

Setelah menjadi istri, Aska memerintahkan Amara untuk merawat sang ibu yang sedang terbaring sakit.
Namun suatu saat Aska menikah lagi dengan seorang wanita yang ia cintai bernama Davina.


Jangan lupa Like,coment,vote dan favoritkan🥰🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ༂𝑾𝒊𝒚𝒐𝒍𝒂❦ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30

Di sebuah cafe di tengah kota, Amara bertemu dengan Ansel.

"Aku sudah bertanggung jawab, tapi kau tidak mau. Jadi sebenarnya apa yang kau inginkan?" Tanya Amara.

"Aku ingin kau menjadi kekasih!" Tutur Ansel dengan santainya.

"Hah, apa kau bilang? jadi kekasihmu? hei....aku ini sudah menikah. Kau pasti sudah gila!" Kesal Amara.

Ansel cukup kaget mendengarnya. Ternyata wanita cantik yang di depannya ini sudah menikah. Amara seperti wanita dewasa yang belum menikah. Ia terlihat muda dan cantik.

"Aku tidak peduli kalau kau sudah menikah." Ucap Ansel membuat Amara semakin heran.

"Beberapa hari lagi aku akan membawamu untuk bertemu dengan kedua orangtuaku!" Kata Ansel.

"Kalau kau tidak mau, maka aku akan mencari tahu tentang dirimu dan aku akan datang ke rumahmu!" Ancam Ansel agar Amara mau.

Ansel kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Amara. Dia tidak menghiraukan panggilan dari Amara yang memanggil namanya.

"Dasar orang gila!" Pekik Amara sambil mengepalkan kedua tangannya.

🥀🥀🥀🥀

"Sayang, hari ini kita jadi shopping kan!" Ucap Davina saat dirinya sedang duduk di ruang keluarga bersama Aska.

"Baiklah sayang," Ucap Aska.

Amara yang saat itu sedang lewat, tak sengaja mendengar percakapan mereka.

"Hei kau Amara......" Tegur Davina.

Amara menghentikan langkahnya dan menghampiri Davina.

"Ada apa?" Tanya Amara.

"Tolong setrika kan pakaianku, karena nanti aku akan pergi bersama Aska!" Titah Davina

"Enak saja....kau punya tangan kau bisa setrika sendiri kan!" Seru Amara.

"Mas....lihatlah Amara, dia tidak mau di suruh!" Ucap Davina dengan manja pada Aska.

"Amara....cepat lakukan apa yang perintah Davina!"

Meskipun dengan raut wajah yang kesal, tapi Amara tetap melakukan perintah tersebut.

Selang beberapa saat, terdengar suara teriakan dari Davina.

"Apa bajuku bolong? Amara......Amara.....sini kau!" Panggil Davina dengan nada tinggi.

Tak lama Amara datang menghampiri dan melirik ke arah baju yang Davina pegang.

Amara tertegun melihat baju yang ia seterika tadi ternyata bolong.

"Lihatlah, apa kau buta! kenapa ini bisa sampai bolong? dasar kurang ajar!" Pekik Davina.

"Oh tidak .....maafkan aku, aku tadi buang air kecil sebentar!" Ucap Amara.

"Halah, kau pasti sengaja kan?" Davina langsung menjambak rambut Amara. Ia lalu mencengkram kasar wajah Amara. Ia merasa curiga kepada Amara yang akan balas dendam pada dirinya.

"Sakit, lepaskan tanganmu!" Amara langsung mendorong Davina.

Mendengar keributan tersebut, Aska langsung datang menghampiri kedua istrinya. Davina yang melihat Aska datang, ia pun langsung berpura-pura merasa kesakitan.

"Davina.....apa yang terjadi?" Aska sedikit kaget melihat Davina yang memegang perutnya sambil kesakitan.

"Argh......sakit!" Lirih Davina . "Mas ......Amara mas.....Amara bersikap kasar padaku!" Bohong Davina dengan diiringi tangisan kecil.

"Amara.....apa-apaan kau!" Bentak Aska.

"Apa? aku tidak melakukan apapun padanya!" Bantah Amara.

"Bohong mas, lihatlah ini, baju kesayanganku bolong gara-gara dia. Aku rasa dia sengaja melakukan ini!" Celetuk Davina. "Tadi dia mendorongku, mas!"

Amara menggelengkan kepalanya, ia tak menyangka jika Davina berbohong di hadapan Aska.

Plaaakk........

Satu tamparan keras melayang di wajah Amara. Davina yang melihat itu langsung tertegun karena juga tak menyangka jika Aska akan menampar Amara.

"Ah......" Rintih Amara sambil memegangi pipinya yang sakit.

"Kenapa kau menamparku!" Tanya Amara.

"Amara, ingat baik-baik. Jika sesuatu terjadi pada Davina dan anak yang sedang ia kandung, maka kaulah yang akan aku salahkan!" Gerutu Aska. Davina yang mendengar itu dalam hatinya sangat merasa puas.

Sementara Amara menghela nafas panjang, matanya memerah berkaca-kaca ketika mendengar Aska berbicara seperti itu. Tanpa basa basi, Amara langsung saja melangkah pergi dari hadapan Aska dan Davina.

Melihat Amara yang langsung pergi, Aska seketika merasa tersadar.

"Apa yang kulakukan, aku baru saja menamparnya!" Ucap Aska menghembuskan nafas kasarnya.

"Sudahlah mas, tidak usah di pikirkan! lagipula dia pantas menerima tamparan itu!" Kata Davina.

Malam harinya, Aska dan Davina baru saja pulang ke rumah. Amara yang sedang duduk langsung saja bangun dan segera membukakan pintu untuk keduanya.

Ia memutar knop pintu dan melihat di tangan mereka masing-masing membawa paper bag yang begitu banyak. Davina tersenyum seolah-olah memamerkan bahwa ia baru saja habis shoping.

Amara hanya diam dengan wajah datarnya, setelah membukakan pintu, ia langsung saja kembali masuk.

Di ruang keluarga, Aska dan Davina duduk. Davina sibuk akan barang-barang belanjaannya. Sementara Aska memanggil Amara untuk memintanya membuatkan kopi.

Amara segera pergi ke dapur untuk membuatkan Aska kopi. Tak lama Amara pun datang mengantarkan secangkir kopi hitam.

"Makasih ya mas, malam ini aku senang sekali karena kau mengajak ku untuk berbelanja sebanyak ini!" Ucap Davina di hadapan Amara.

Amara memalingkan wajahnya, jelas hatinya terluka mendengar semua itu. Selama menikah, Aska tak pernah sekalipun mengajak dirinya untuk pergi berbelanja.

Aska diam tak merespon, ia merasa tak enak hati pada Amara. Aska sadar bahwa selama ini dirinya sama sekali tak pernah seperti ini pada Amara.

Amara setelah mengantarkan kopi, ia langsung berlalu begitu saja. Aska mulai merasa bersalah, dipikiran Aska saat ini, pasti Amara marah padanya, karena ia sudah menamparnya tadi.

Pukul sebelas malam.

Davina sudah tidur, sementara Aska belum bisa tidur. Pria itu beranjak dari ranjangnya, lalu melangkah menuju ke balkon. Di balkon, ia menyalakan satu batang rokok lalu menghisapnya. Balkon kamar yang menghadap langsung ke taman belakang membuat Aska mendapati Amara yang sedang duduk termenung seorang diri.

"Amara? sudah malam begini dia masih duduk di taman?" Lirih Aska. Ia pun langsung mematikan rokoknya dan segera turun untuk menghampiri Amara.

"Sudah malam begini, kau tidak tidur?" Tanya Aska.

Amara terperanjat, dengan cepat ia menyeka air matanya dan langsung menoleh ke arah sumber suara.

"Kau....kau sendiri belum tidur?" Tanya balik Amara.

"Kau habis menangis?" Tanya Aska ketika melihat mata Amara yang merah.

Aska mendekat lalu langsung duduk di samping Amara.

"Tidak, aku tidak apa-apa!" Sangkal Amara.

"Kau kenapa tidak tidur?" Tanya lagi Amara.

"Entahlah, mataku belum bisa terpejam!" Jawab Aska.

"Amara, maafkan aku karena aku telah menamparmu tadi siang!" Kata Aska sambil tertunduk.

"Davina berbohong, padahal aku tidak melakukan apapun padanya. Tapi kau tanpa mendengarkan penjelasan ku dulu, kau langsung saja menamparku!"

"Maaf Amara, tapi aku minta padamu, jagalah sikapmu untuk saat ini.Davina sedang hamil anakku dan perasaannya sangat sensitif. Jadi mengalahlah dan mengertilah!" Pinta Aska.

"Apa kata kau?" Amara mulai memanas akan penuturan Aska.

"Aku juga istrimu, tapi kenapa aku terus yang harus mengalah dan mengerti?" Tanya Amara tak mengerti lagi dengan sikap suaminya itu.

"Davina juga istriku Amara, dan dia juga sedang mengandung anakku. Kalau sampai terjadi apa-apa, kau tanggung sendiri akibatnya!" Ucap Aska.

"Kau sangat egois, kalau bukan karena hutang ,aku juga tidak akan mau menikah dengan mu. Dan kalau bukan permintaan dari ibumu sendiri, mungkin aku sudah lama kabur dari rumah ini!" Batin Amara.

Amara menghela nafas panjangnya, lalu berkata, "Jika kau kesini hanya untuk memohon aku bersikap baik pada Davina, pergilah! Biarkan aku sendiri." Amara memalingkan wajahnya.

"Amara, kenapa kau ini?"

"Mulai sekarang, aku tidak akan melibatkan perasaan apapun dalam rumah tangga kita. Percuma saja, selama ini aku berusaha untuk mendapatkan hatimu, tapi yang kau lihat hanyalah Davina saja." Ungkap Amara.

"Kenapa kau malah berbicara seperti itu, Amara?" Tanya Aska, bangun dari duduknya sambil menatap Amara.

Amara lalu beranjak dari kursinya.

"Oh ya, kau tak usah khawatir. Pastinya aku akan tetap menjalankan kewajiban ku sebagaimana seorang istri kepada suami, biarkan sampai aku lelah dengan sendirinya nanti!" Ujar Amara dengan wajah tertunduk menahan air mata yang hendak tumpah.

Aska termangu akan penuturan dari Amara. Bibirnya seketika terkatup rapat, menunjukan orang yang tak bisa berkata-kata.

Amara lalu memalingkan wajahnya, rasanya sakit sekali melihat wajah Aska. Aska hanya berdiri mematung menatap Amara, lalu ia menghembuskan nafas kasarnya. Amara berbalik badan lalu meninggalkan Aska begitu saja.

Amara melangkah masuk ke dalam rumah menuju ke kamarnya. Ia kemudian masuk ke dalam kamar dan langsung mengunci pintu.

Wanita itu menumpahkan airmata yang sedari tadi ia tahan di hadapan Aska, ia menangis sambil menutup mulut nya agar tidak ada seorang pun yang mendengar suara tangisannya . Amara memukul mukul dadanya.

"Jika aku dilahirkan kembali, aku tidak ingin bertemu dengan mu di kehidupan selanjutnya, Aska" Kata Amara.

Amara menangis sejadi-jadinya menumpahkan segala rasa marah, dendam dan sakit hati yang ia rasakan selama ini. Tangisan yang begitu memilukan bagi siapa saja yang mendengar nya.

"Terlalu munafik jika aku tidak menangis dengan keadaan ini,"

1
Omah Tien
gapain jd pembatu bodoh
Saya Sayekti
ya hrs sadar,klw sejak awal pernikahan penebus hutang.jangan berharap apa2
Omah Tien
lgian mau bertahan bodoh cm jd suster
sutiasih kasih
setelah amara prgi.... baru kau tau rsanya khilangan org yg sangat berrti aska....
khadiran davina tk kn mmpu mngisi kekosongan hatimu.... dan sosok amara perempuan tulus... tk akn prnh trgntikan...
Aghe Asneli
suka, cerita nya g bertele-tele
🌿
paling davina ngincer harta nya aska
btw aku dari tahun 2025/Grin/
erviana erastus
satu lagi kebodohan mu amara gampang dimanfaatkan
erviana erastus
amara ini bodoh nya nggak ketulungan eh
erviana erastus
rasain jd perempuan sdh jd plakor eh selingkuh karma dibayar tunai
Sukabaca
kok amara jadi berani dengan suami nya, padahal nikah karena hutang org tua dan untuk rawat ibunya, harusnya di sini, peran amara ga terlalu keras mulut, tapi keras sikap, cuex dan pisah/cerai
Alif
klamaan alurnya terlalu banyak cingcong
Alif
jd wanita kok murahan g ingat dl di sakiti sdh pnya ansel malah mau2nya di ajak aska biarpun kata mau ngmg sesuatu
Tsalis Fuadah
goblok aja klo masih diam saja
Trirasaningtyas Trirasaningtyas
bodoh dan bodoh
Tyas Djuliarko
gak suka Amara terlalu sabar
Fafa MB
best story
Samiyah
Luar biasa
Mesra Turnip
mantap Thor ! ceritanya bagus, dan juga jadi PR untuk para lelaki yg tak mensyukuri yg dia punya hanya karena sederhana dan yg ada hanya penyesalan seperti Aska. sehat dan bahagia terus ya Thor !!
Elok Pratiwi
hanya awal awal nya saja yg seru ... ttp stlh drama nya aska dan devina cerai kok cerita nya semakin ksni hrs nya smkn asyik menarik tp ini kok semakin ksni datar saja tdk menarik ... membosankan ...
Evy
janda kembang dong...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!