Toni Lion, seorang petarung bebas yang ditakuti setiap lawannya di atas ring, seperti nama panggilan yang di sematkan padanya LION, seekor singa sang raja hutan yang bertahan hidup dengan keras seorang diri di tengah kehidupan yang kejam.
Takdir mempertemukannya dengan Raya, seorang gadis manja anak seorang pengusaha kaya raya yang sedang menjadi korban kejahatan ibu tiri yang ingin menguasai harta kekayaannya.
Tanpa di sadari Toni selalu berdiri sebagai pelindung Raya saat gadis malang itu menerima berbagai serangan dari orang orang yang menginginkan kematiannya demi warisan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teteh lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh
"Aku tak pernah punya masalah apa apa dengan mereka, tapi kalau mereka ingin mencari masalah dengan ku, aku tak akan gentar!" ucap Toni sambil kembali membalikan badannya dan berlalu meninggalkan Rolan dengan segala penasaran di hatinya.
Hati Toni bergemuruh, memikirkan bagaimana bisa Raya jadi berurusan dengan cobra yang notabene sama bahayanya dengan Rolan.
Motor RX-KING kesayangannya di pacu kencang melaju menuju rumah sakit dimana kini Raya berada, hatinya tak tenang jika belum bertemu dengan Raya dalam keadaan selamat dan baik baik saja saat ini.
Nafas Toni terhembus panjang dan lepas begitu saja saat melihat gadis manja yang sejak tadi membuatnya khawatir itu kini sedang berdiri menatap Arsan yang masih saja belum ada kemajuan, mata Raya menatap nanar tubuh renta yang kini tak berdaya dengan selang yang menempel hampir di sekujur tubuhnya dari balik sekat kaca yang memisahkan mereka, ingin rasanya Raya memeluk dan membangunkan ayahnya dan mengadu padanya tentang apa yang di alaminya saat ini, tentang orang orang terdekatnya yang ternyata diam diam menikamnya dari belakang, tentang betapa dirinya kini sendiri dan kesepian.
"Ayah,,, hiksss !" isaknya tertahan saat pergelangan tangannya di tarik paksa seseorang, "Eh, apa apaan ini ?" hampir saja umpatan umpatan kasar terlontar dari mulut mungil nya, sebelum akhirnya ia tau kalau yang berusaha menariknya itu adalah Toni, sang bodyguard yang selalu ada di setiap dirinya di landa masalah.
"Tak ada waktu untuk bersedih, sekarang ikut dengan ku!" titah Toni terkesan memaksa.
"Toni, apa apaan ini, kenapa aku di tarik tarik seperti ini? Ada apa sebenarnya, apa kau kesetanan?" kesal Raya mendapati Toni yang baru datang sudah bersikap kasar padanya tanpa sebab dan tanpa penjelasan apapun.
"Ada yang ingin ku tanyakan pada mu, cepatlah,,,! wajah Toni terlihat sangat serius dari biasanya.
Toni mengeluarkan ponselnya lalu memperlihatkan potongan video rekaman cctv dashboard yang Panca kiriman padanya.
"I- ini kan dua orang yang membuntuti ku dari rumah sakit, mereka,,, mereka yang,,," riak ketakutan tampak jelas di wajah Raya, dia teringat kembali dan terbayang kejadian menakutkan itu membuatnya kembali merasa syok.
"Apa kau kenal siapa mereka?" tanya Toni yang langsung di jawab dengan gelengan kepala Raya.
"Kau pernah dengar yang namanya grup mafia cobra?" lagi lagi pertanyaan Toni hanya di jawab gelengan kepala plus raut kebingungan Raya.
"Grup mafia cobra?" beo nya, bahkan dia baru pernah mendengar ada nama grup mafia bernama cobra, mana Raya tau tentang dunia per mafiaan, semua itu sungguh jauh di luar jangkauannya, Raya malah berfikir kalau cerita mafia mafiaan itu hanya ada di film dan novel saja, tak mungkin ada di dunia nyata.
"Kau yakin tak pernah berurusan dengan salah satu dari mereka, mungkin?" tanya Toni meyakinkan lagi, tak masuk akal dan tak mungkin jika cobra tiba tiba menyerang Raya tanpa sebab, dan tak mungkin mafia sekelas cobra mau di bayar Martin atau Karina untuk menyerang Raya, mereka tak kekurangan uang, sama halnya dengan Rolan, tak mungkin memunguti uang recehan dari dua manusia laknat itu, dan juga, bisnis mereka seputar barang haram dan senjata ilegal cakupannya sudah lintas negara, kelas mereka sama seperti Rolan. Tapi di samping itu, dia juga sangat yakin, mana mungkin gadis sepolos dan se lugu Raya terlibat hal hal demikian, ini sangat ganjil menurut nya.
"Baiklah, aku percaya pada mu, biar aku selidiki lagi apa yang sebenarnya terjadi," ucap Toni tak ingin terlalu mendesak Raya dengan pertanyaan pertanyaannya.
"Hey,, tentu saja kau harus percaya padaku, apa kau pikir aku berbohong?" ketus Raya tak terima seolah olah Toni sangat berat untuk mempercayai ucapannya.
"Cepatlah, aku akan mengantar mu pulang, dan aku harus pergi lagi karena ada urusan yang harus aku selesaikan secepatnya," kata Toni seraya membawa Raya ke dekat motor nya.
"Naik Motor mu lagi? lalu mobil ku?" tanya Raya.
"Akan lebih cepat sampai jika kita mengendarai motor, dan masalah mobil mu biar nanti supir kantor yang urus!" tegas Toni.
Raya hanya bisa patuh, meski merasa mengapa kini justru Toni lah yang menjadi tuannya di sini, dan dirinya harus selalu patuh pada pria itu.
"Aku pergi, dan kau diam di rumah tak usah keluyuran kemana mana, kalau masih ingin nyawa mu tetap ada." pamit Toni setibanya di rumah sesaat selepas mengantarkan Raya sampai depan pintu, dia merasa harus segera membongkar dan menyelesaikan masalah ini.
"Tunggu,,,! Tapi kamu mau kemana? Dan--- siapa sebenarnya Cobra yang kamu bilang itu?" tanya Raya penasaran.
"Sebaiknya kau tak perlu tau, kalau benar benar tak kenal atau tak mengetahui mereka,kecuali kalau kau ingin terkena stroke di usia yang masih muda karena kaget!" jawab Toni yang berhasil membuat seluruh badan Raya merinding karena ketakutan dan langsung mengunci rapat bibirnya.
Sepanjang perjalanan menuju sasana, pikiran dan hati Toni di liputi jutaan tanda tanya, semua itu membuatnya semakin memutar dalam tuas gas di tangan kanannya, sampai tiba tiba,
Ciiiiitttttt,,,,,,!
Suara ban motor di rem mendadak beradu dengan aspal jalanan menimbulkan suara decit kencang yang sangat mengerikan, hanya sekitar kurang dari satu meter lagi motor bagian depan Toni akan mencium body mobil jeep hitam dengan gambar ular di setiap sisi kanan dan kiri nya.
"Bajingnan,,,,mereka memang sengaja mencari mati!" umpat Toni, dengan masih bertengger di atas motornya, dia membiarkan si pemilik mobil yang sengaja menjegal laju motornya itu keluar terlebih dahulu, sementara dia hanya menunggu dengan wajah di buat setenang mungkin meski saat ini dia sedang meredam marah yang menyala nyala dalam dirinya.
"Lion,,,,sang singa jantan pemberani yang di takuti,,,! Akhirnya kau keluar juga dari persembunyian mu!" ucap seorang pria paruh baya yang sepertinya hanya terpaut beberapa tahun lebih muda di banding Rolan, keluar dari jeep hitam itu di susul dua orang yang mengikuti dan menjaganya penuh kesiagaan.
"Cobra,,,, aku pikir kau raja ular yang sebenarnya, ternyata kau tak lebih dari seekor ular sawah yang hanya berani menyerang lawan yang lemah, cih !" decih Toni penuh sarkas.
"Kurang ajar, jaga mulut mu setan !" salah seorang pengawalnya cobra langsung maju dan hendak menyerang Toni yang masih duduk tenang di atas motornya, namun Cobra mengangkat tangannya mengisyaratkan pada pengawalnya untuk tetap tenang, dengan patuh pengawal itu kembali ke tempat nya semula.
"Aku peringatkan pada mu, jangan ikut campur urusan ku, kita tak punya masalah sebelumnya, jadi jangan sampai aku terkesan kejam karena harus membantai mu juga," ucap cobra memberi peringatan keras pada Toni.
"Urusan mu yang mana yang aku campuri?" tanya Toni lagi mencabut kunci motornya dan turun dari jok motor yang selalu menjadi tempat duduk ternyaman nya itu.
"Kau mencuri mangsa buruan ku, dia seorang wanita dalam kecelakaan yang sengaja ku ciptakan tempo hari," beber Cobra seolah mempertegas kalau kecelakaan itu memang sengaja di buatnya memang bertujuan untuk mencelakakan bahkan membunuh Raya.
"Aku hanya sedang menjalankan tugasku, aku bekerja untuk ayahnya, tugas ku menjaga gadis yang ingin kau celakai itu, apa masalah mu dengan gadis itu?" tanya Toni kemudian dengan sorot mata yang tak dapat terbaca.
Raja hutan dan raja ular kini saling berhadapan dengan kewaspadaan yang mereka sembunyikan di balik ketenangan yang mereka tampakkan di luar.
"Jadi kau kini bukan Lion si raja hutan lagi? Sejak kapan kau berubah haluan menjadi Lion si anjing penjaga?" ucap Cobra di akhiri tawa menghina darinya dan di sambut tawa kedua pengawalnya dengan bahagia karena tuan nya berhasil memukul telak harga diri Toni.
"Kau tau bagaimana sifat anjing penjaga? Dia akan bertaruh nyawa demi keselamatan dan demi hidup tuannya, dan aku tak akan segan untuk menggigit dan menghabisi mu jika kau masih berani mengusik apa yang kini sedang ku jaga !" Ancam Toni terdengar sangat tenang bahkan tanpa terdengar tekanan emosi di dalamnya.
Cobra sedikit mengernyitkan dahinya, batinnya bertanya tanya, sejak kapan Toni bersedia menjadi kacung untuk orang lain? Sementara dirinya saja dari dulu menawarkan pekerjaan dengan bayaran yang cukup besar untuknya tak pernah sekali pun pria sangar itu menerima tawarannya.
"Aku akan membayar mu sepuluh kali lipat dari bayaran orang yang memperkerjakan mu saat ini, bekerjalah pada ku!" Cobra kini mencoba bernegosiasi, meski dia cukup tau siapa orang yang di hadapinya, Toni bukan manusia penyembah uang dan kekuasaan, tapi Cobra tetap mencobanya, yaaaa barangkali ternyata Toni kini sudah berubah pikiran, siapa tahu, kan? pikirnya.
"Meski kau membayar ku dengan nyawa mu sekali pun, aku tak akan pernah sudi bekerja untuk mu!"ucap Toni dengan senyum iblisnya, lalu kembali menaiki motornya untuk pergi meninggalkan cobra dan anak buahnya, dia merasa telah membuang waktunya karena cobra sepertinya tak akan mengatakan apa alasannya menargetkan Raya, dia harus mencari sendiri jawabannya dengan segera.
Toni melajukan kencang Motornya yang meraung raung di jalanan, mengeluarkan suara bising khasnya.
tpi lupa" ingat.
seingatku cilla playvictim orgnya..
trus si raya jdi istri toni..
kyk nya gtu ceritanya