Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Aku makan malam sendirian karena mas Randi dan Mia masih tertidur karena kecapean, aku memantau mereka lewat kamera cctv yang tersambung ke ponsel ku.
Aku sengaja menyisahkan satu potong ayam dan sedikit sayur bening, semua makanan yang di masak oleh Mia tadi sebagian besar nya sudah aku berikan pada Bi Sri untuk di bawa pulang.
"Silah kan makan berdua dengan romantis ya dengan sayur secuil ini!" guman ku sambil menutup kembali tudung saji yang ada di atas meja.
Ya Allah sebenernya aku tidak tega menyisahkan sedikit makanan untuk makan malam mereka berdua, hati nurani ku menjerit melarang nya. Tapi logika ku terus mengingat kan aku tentang penghianatan yang sudah mereka lakukan padaku.
'Ampuni aku Ya Allah!' Batin ku.
Aku segera kembali ke kamar ku, aku memeriksa email sebentar. Takut nya aku melewati email dari kantor dan alhamdulillah tidak meeting besok.
Jam 9 malam, aku melihat Mas Randi dan juga Mia terbangun. Mereka berdua langung masuk ke dapur lewat pintu belakang yang sengaja tidak aku kunci. Mereka berdua langsung duduk di meja makan tanpa mencuci muka terlebih dahulu, aku jijik melihat sifat jorok mereka.
"Mas, mana semua makanan tadi!" Aku mendengar Mia bertanya pada mas Randi.
"Loh, kok udah habis, ini gak cukup buat kita berdua!" Mas Randi terlihat kesal karena baru bangun dan perut terasa lapar tapi makanan yang tadi sudah di masak oleh Mia tinggal sisa nya saja.
"Istri kamu keterlaluan banget mas, masa kita di sisain segini!" Ujar Mia sambil membanting sendok yang berada di dalam mangkok sayur bening.
"Udah, makan aja apa yang ada. Perut ku laper banget!" Terlihat mas Randi memasuk kan nasi beserta sepotong ayam goreng ke dalam piring nya.
"Tapi mas!"
"Udah, ayo makan. Kalau gak mau, mas habisin semua nya!" Mas Randi berkata lagi.
Akhir nya aku melihat Mia dan mas Randi berbagi makanan yang tinggal sedikit itu. Dari kamera pengawas, aku yang melihat nya meneteskan air mata. Melihat suami ku makan hanya dengan sepotong ayam dan sedikit sayur bening, membuat hati ku sedih. Biar bagaimana pun dia adalah suami ku, imam ku.
"Ya Allah, Ampuni aku. Mas kenapa kau setega ini mas? kau membawa Mia ke dalam rumah tangga kita, kenapa kau hancur kan kebahagian kita? Kenapa mas?" Aku tergugu sendirian di dalam kamar ku.
Sekalipun aku terlihat kuat dan kejam di mata mas Randi, tetap saja saat sendirian seperti ini aku merasa rapuh. Tidak ada wanita yang mau rumah tangga nya hancur oleh orang ke 3, tapi kenapa suami ku setega itu.
Aku mematikan ponsel ku, melihat kebersamaan Mia dan mas Randi membuat hati ku semakin terluka. Aku segera beristirahat berharap esok akan ada pelangi yang indah setelah badai ini.
- - - - - -
Aku turun dari lantai atas dengan pakaian yang rapi, aku sudah bersiap pergi ke kantor pagi ini.
Sebelum berangkat, aku penasaran dengan keadaan mas Randi dan juga Mia pagi ini setelah melewati malam panjang mereka.
Aku segera memanggang roti dan membuat segelas susu untuk sarapan ku, sebenar nya aku bisa saja sarapan di luar. Tapi aku sengaja mengulur waktu karena aku ingin melihat mas Randi dan juga Mia pagi ini.
"Dek, kok badan mas gatal semua ya!" Mas Randi keluar dari dalam kamar tamu dan aku bisa melihat kulit nya yang tampak membengkak serta di penuhi ruam merah.
"Ada apa mas? Apa yang terjadi?" Aku pura - pura tidak tahu dengan apa yang terjadi pada nya.
"Mas gak tahu dek, sejak semalam tubuh mas gatal - gatal!" Mas Randi terus menggaruk - garuk kulit nya.
Aku tidak melihat di mana Mia, apakah dia tidak jadi kembali ke kamar tamu semalam? Ah, seperti nya mustahil jika Mia melewati kesempatan itu.
"Mbak Arin, lihat lah ini semua gara - gara kamu, kamu harus tanggung jawab!" Mia masuk lewat pintu belakang dan langsung menghampiri ky yang sedang sarapan.
"Loh, kok jadi nyalain aku. Kenapa tubuh kalian seperti monster?" Aku melihat tubuh Mia juga merah dan membengkak.
"Ini pasti ulah Mbak Arin kan!" Mia berkata sambil mengarah kan telunjuk nya pada ku.
"Aku gak ngelakuin apa- apa ya! Tapi kenapa kalian bisa sama - sama seperti ini? apa yang sudah kalian lakukan semalam?" Aku bertanya dengan nada penuh selidik.
"Ini gara - gara kami membersih kan gudang kemarin, terus di sana banyak bakteri jahat jdi kulit kami seperti ini!" Mas Randi memberikan alasan pada ku.
Aku merasa geli mendengar alasan mas Randi, dia masih mau berbohong pada ku. Padahal aku sudah tahu apa yang sebenar nya terjadi semalam. Apa yang sudah mereka lakukan sehingga kulit mereka seperti ini.
"Dek, tolong bawa mas ke dokter ya. Mas udah gak tahan lagi!" Mas Randi berkata pada ku sambil mengaruk tubuh nya.
"Mas, aku mau berangkat ke kantor sekarang, lagi pula mas kan harus ke sekolah. Ini kan hari Senin!" Aku mengingat kan mas Randi.
"Mas gak bisa pergi ke sekolah dengan keadaan seperti ini! Ayo lah dek, tolong bawa kami ke rumah sakit!" Mas Randi merengek pada ku.
"Mas, kalau sekarang aku gak bisa anterin mas ke rumah sakit, nanti ya setelah aku pulang kerja aja!" Aku berkata sambil menahan senyum di dalam hati.
"Kalau nungguin kamu pulang kerja, kelamaan dek. Mas udah gak tahan lagi, Mas mohon dek!" Mas Randi memohon pada ku.
"Kalau nungguin kamu pulang nanti, bisa mati kami di sini!" Mia berkata dengan ketus.
"Maaf ya mas, nanti aja ya. Tunggu aku pulang nanti, aku berangkat dulu. Bye!" Aku melambai kan tangan ku pada Mas Randi dan juga Mia sambil pergi dari sana.
Ketika aku sudah masuk ke dalam mobil, aku tidak bisa menghentikan diri ku agar tidak tertawa. Aku senang dan puas rencana buat ngerjain mereka berdua berhasil.
"Rasain kami mas, silah kan nikmati rasa gatal itu!" Aku berguman sambil tersenyum sendirian.
Bertepatan dengan waktu itu, bi Sri yang datang dari luar pagar rumah ku.
"Bi Sri, sini!" Aku membuka kaca mobil ku dan memanggil bi Sri.
"Iya bu!" Bi Sri mendekat pada ku.
"Bi, nanti tolong cuci sprei yang ada dikamar ya, yang semalam di pake sama mas Raka dan Mia, tolong ganti dengan sprei yang lain. Kalau bibi males nyuci nya, laundry aja deh!" Aku berkata pada bi Sri.
Sesungguhnya aku tidak tega pada suami ku sendiri, tapi aku bukan lah wanita yang berhati malaikat yang bisa membalas perbuatan jahat mereka dengan kebaikan.
"Iya bu, gimana bu? Apakah mereka masuk perangkap kita?" Bi Sri bertanya pada ku sambil berbisik.
"Tentu saja dong, bibi bisa lihat keadaan mereka sekarang. Bi, tolong awasi Mia ya, jangan biarkan dia berbuat sesuka hati nya!" Aku mengingat kan bi Sri.
"Siap bu, ibu tenang aja. Kita buat pelakor itu menderita!" Bi Sri mengacung ka jempol nya pada ku.
"Ya udah deh, aku berangkat dulu. Assalam Mu'alaikum!" Aku pamit pad Bi Sri.
"Wa'alaikum salam, hati - hati bu!" Bi Sri melambai kan tangan nya.
Aku segera pergi ke kantor, aku sedikit lebih tenang sekarang. Setidaknya sekarang rumah ku aman dan aku bisa memantau nya di mana pun aku berada.