Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Yue Lan duduk di tepi tempat tidur, menatap lentera yang bergoyang pelan. Pikirannya kacau. Hari ini adalah hari yang penuh gejolak mulai dari pertemuan dengan keluarga Lin, ujian dari Lin Hao, insiden di jalan, hingga pelukan Shen Liang yang tiba-tiba.
Dan sekarang... gosip sudah mulai menyebar lagi.
Apa aku terlalu gegabah ikut hari ini? batinnya. Apa aku justru memperburuk keadaan?
Tiba-tiba, sesuatu melintas di pikirannya. Sesuatu yang hampir ia lupakan di tengah kesibukannya.
Buku novel itu.
Yue Lan bangkit dengan cepat dan berjalan menuju lemari kecil di sudut kamar. Ia membuka laci paling bawah yang jarang dibuka tempat ia menyimpan benda-benda pribadi Yan Ruyin yang asli.
Di bawah tumpukan kain dan perhiasan murah, tangannya menyentuh sesuatu yang keras.
Yue Lan mengeluarkannya dengan hati-hati. Ini adalah buku novel yang ia temukan beberapa hari yang lalu, novel yang menceritakan kehidupan di kediaman Shen. Novel yang sepertinya... mengisahkan nasibnya sendiri.
Yue Lan menarik napas panjang. Ia mulai membaca dengan cepat, mata menyapu setiap baris dengan intens. Ia sudah membaca sebagian buku ini sebelumnya, dan saat itu, ceritanya sangat kelam.
Dalam versi yang ia baca dulu, Yan Ruyin adalah antagonis yang akhirnya diusir dari kediaman Shen dan mati dalam kemiskinan. Shen Liang menikah dengan wanita yang bernama Hui Lan dan menjadi pewaris utama keluarga Shen. Sementara Yan Ruyin... tidak pernah mendapat akhir yang bahagia.
Namun kali ini, saat ia membuka halaman-halaman itu...
Tulisannya berubah.
Yue Lan terdiam, matanya membulat. Baris-baris yang dulu ia baca dengan jelas kini tampak kabur, seperti terhapus sebagian. Dan di beberapa halaman, muncul tulisan baru—tulisan yang seperti sedang... menulis dirinya sendiri.
Yan Ruyin menemani Shen Liang ke kediaman Lin. Untuk pertama kalinya, Shen Liang melihat istrinya dengan cara yang berbeda...
Di tengah perjalanan pulang, seorang pria mabuk menghalangi jalan mereka. Shen Liang melindungi Ruyin dengan seluruh jiwa raganya...
Malam itu, Shen Liang dan Ruyin duduk berdampingan, tangan mereka bertautan dengan erat...
Yue Lan merinding. Ini adalah kejadian yang baru saja terjadi hari ini. Buku ini... menulis ulang dirinya berdasarkan apa yang ia lakukan.
Dengan tangan yang kini benar-benar gemetar, ia membalik halaman demi halaman, mencari bagian yang belum terjadi, masa depan.
Halaman-halaman berikutnya sebagian besar masih kosong, hanya ada garis-garis samar yang belum terbentuk sempurna. Namun di salah satu halaman, ia menemukan sebuah kalimat yang membuat jantungnya berhenti berdetak:
Besok pagi, di aula utama, badai akan datang. Nyonya Shen akan menuduh Yan Ruyin mencoba merebut posisi dalam keluarga dengan menggoda Shen Liang. Semua orang akan menuntut ia dihukum. Dan jika ia tidak bisa membela diri... maka akhir yang menanti adalah...
Kalimat itu terhenti. Seperti menunggu untuk ditulis berdasarkan apa yang akan terjadi besok.
Yue Lan menutup buku itu dengan keras, napasnya terengah-engah.
Jadi ini memang bukan dunia biasa. Ini adalah dunia dari sebuah novel. Dan aku... aku ada di dalamnya.
Pertanyaan yang selama ini ia pendam kini meledak di pikirannya. Apakah aku bisa mengubah akhir cerita ini? Atau aku hanya boneka yang bergerak sesuai alur yang sudah ditentukan?
"Yan Ruyin?"
Yue Lan tersentak kaget. Ia langsung menyembunyikan buku itu di balik tubuhnya dan menoleh.
Shen Liang berdiri di ambang pintu, membawa nampan dengan dua cangkir teh hangat. Ekspresinya khawatir.
"Aku pikir kau butuh ini," katanya sambil masuk dan duduk di sampingnya. Ia menyerahkan satu cangkir pada Yue Lan.
Yue Lan menerimanya dengan senyum kecil, mencoba menyembunyikan kegugupannya. "Terima kasih."
Mereka duduk dalam diam untuk beberapa saat, menikmati kehangatan teh. Namun pikiran Yue Lan masih tertuju pada buku yang tersembunyi di belakang punggungnya.
Besok akan ada badai. Dan aku harus siap.
"Aku minta maaf," kata Shen Liang tiba-tiba.
Yue Lan menoleh, berusaha fokus pada Shen Liang. "Untuk apa?"
"Karena membawamu ke dalam masalah ini," jawab Shen Liang dengan nada bersalah. "Aku tahu apa yang akan dikatakan orang-orang. Aku seharusnya tidak membiarkanmu ikut."
"Shen Liang," Yue Lan meletakkan cangkirnya dan menatap Shen Liang dengan serius. Ia menggenggam tangan Shen Liang dengan erat, bukan hanya untuk menenangkannya, tapi juga untuk menenangkan dirinya sendiri.
Jika buku itu bisa berubah berdasarkan tindakanku... maka aku bisa mengubah akhirnya. Aku harus percaya pada itu.
"Aku yang memaksa ikut. Dan aku tidak menyesal," kata Yue Lan dengan mantap.
"Tapi...."
"Tidak ada tapi," potong Yue Lan tegas. "Aku sudah bilang, aku ingin berada di sisimu. Bukan hanya saat mudah, tapi juga saat sulit." Ia tersenyum tipis. "Lagipula, gosip akan selalu ada. Jika aku takut gosip, aku tidak akan pernah bisa mengubah apapun."
Shen Liang menatapnya dengan pandangan yang penuh kekaguman. "Kau... benar-benar berbeda."
"Aku tahu," jawab Yue Lan sambil tertawa kecil.
Shen Liang mengulurkan tangannya, ragu-ragu. Yue Lan melihatnya dan meletakkan tangannya di atas tangan Shen Liang dengan lebih erat dari biasanya.
"Besok akan ada masalah," kata Shen Liang pelan. "Aku bisa merasakannya."
Yue Lan menelan ludah. Ia tahu. Ia sudah membacanya. Tapi ia tidak bisa memberitahu Shen Liang tentang buku itu. Tidak sekarang.
"Kalau begitu kita hadapi bersama," jawab Yue Lan dengan mantap.
Shen Liang menatapnya, lalu perlahan tersenyum, senyum tulus yang jarang sekali muncul di wajahnya. "Bersama."
Setelah Shen Liang meninggalkan kamar untuk kembali ke ruang kerjanya menyelesaikan beberapa dokumen, Yue Lan kembali membuka buku itu.
Ia menatap halaman yang masih kosong, halaman yang menunggu untuk ditulis.
"Aku tidak akan membiarkan cerita ini berakhir dengan tragedi," bisiknya pelan pada dirinya sendiri. "Aku akan menulis ulang akhirnya. Dengan caraku sendiri."
Yue Lan menutup buku itu dan menyimpannya kembali dengan hati-hati. Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan tekad yang menguat.
Besok, di aula utama, aku akan menghadapi Nyonya Shen dan semua orang yang meragukan. Dan aku akan membuktikan bahwa Yan Ruyin yang baru... tidak akan kalah.
Lentera di kamar perlahan meredup, meninggalkan Yue Lan dalam kegelapan yang penuh dengan antisipasi dan keberanian.
**BERSAMBUNG**
semangat thor jangan lupa ngopi☕️