Niat awal Langit ingin membalas dendam pada Mentari karena telah membuat kekasihnya meninggal.Namun siapa sangka ia malah terjebak perasannya sendiri.
Seperti apa perjalanan kisah cinta Mentari dan Langit? Baca sampai tuntas ya.Jangan lupa follow akun IG @author_receh serta akun tiktok @shadirazahran23 untuk update info novel lainnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Langit menatap hamparan kebun jagung yang membentang luas di belakang rumah yang kini ia huni. Pandangannya kosong, seolah pikirannya terseret jauh oleh sesuatu yang tak kasatmata.
Sementara itu, Mentari berada di kamar Minara. Gadis kecil itu tampak begitu bahagia setelah diberi tahu oleh sang papa bahwa Mentari adalah mama kandungnya. Senyum Minara merekah, matanya berbinar seolah dunia barunya akhirnya menemukan kepingan yang hilang.
“Mama janji enggak akan ninggalin Mina lagi, kan?” tanyanya polos, dengan suara lirih penuh harap.
Mentari menahan napas. Dadanya terasa sesak, lalu ia mengangguk sambil memeluk tubuh kecil itu erat.
“Enggak akan, sayang. Mama enggak akan ninggalin Mina lagi. Maafin mama ya, Nak.”
Minara mengangguk pelan, lalu kembali memeluk Mentari lebih erat, seolah takut wanita itu akan menghilang jika ia melepaskan pelukan.
Tak lama kemudian, Bi Arum datang membawa sepiring buah potong.
“Bi, papanya Mina di mana, ya?” tanya Mentari pelan. Sejak tadi, pria itu tak juga menghampiri mereka.
“Ada di balkon, Nak,” jawab Bi Arum.
Mentari mengerutkan dahi.
“Sedang apa?” tanyanya lagi.
Bi Arum terdiam sejenak. Ia sebenarnya tahu persis apa yang sedang dilakukan majikannya, namun memilih menyimpan jawabannya rapat-rapat.
Mentari menarik napas dalam-dalam, lalu berdiri.
“Baiklah, aku ke sana dulu. Titip Mina, ya, Bi.”
Bi Arum mengangguk lembut.
“Baik, Nak.”
Mentari melihat sang suami berdiri sendirian, menatap lurus ke arah kebun yang tampak gelap dan sunyi di kejauhan. Tubuh Langit tegap, namun ada kelelahan yang tak mampu ia sembunyikan dari caranya diam terlalu lama.
“Lagi apa di sini sendirian?” ucap Mentari tiba-tiba.
Langit sedikit tersentak. Dengan gerakan tergesa, ia mematikan batang rokok yang sedang dihisap lalu membuangnya. Namun semuanya sudah terlanjur tertangkap jelas oleh mata Mentari.
“Kamu merokok?” tanyanya pelan.
“Maaf… aku hanya..
Mentari melangkah mendekat. Tangannya terangkat, mengusap wajah pria itu yang tampak lelah, bahkan lebih dari biasanya.
“Ada apa?” tanyanya lembut.
Langit menggeleng pelan. Tanpa berkata apa-apa, ia menarik tubuh sang istri agar berdiri menghadap pagar balkon. Langit berdiri di belakangnya, lalu memeluk Mentari erat, seolah butuh sandaran untuk menahan beban di dadanya.
“Kamu lihat kebun jagung itu?” ucap Langit sambil menunjuk ke depan.
Mentari mengangguk pelan.
“Kelihatannya lebih seram kalau malam begini,” gumamnya.
Langit terkekeh kecil, meski tawanya terdengar hambar.
“Kenapa? Kamu takut hantu?”
“Bukan.” Mentari menggeleng. “Aku lebih takut orang jahat. Bisa saja di sana ada orang yang sedang mengintai.”
Langit terdiam.Ia menelan ludah. Ucapan Mentari bukan sekadar dugaan tapi mungkin juga kenyataan.
"Oh ya, ada satu hal yang ingin ku beri tahu padamu,” ucap Langit lagi.
Dagunya masih bertumpu di pundak terbuka Mentari, sementara bibirnya sesekali mengecup leher jenjang wanita itu dengan penuh kepemilikan.
“Apa?” tanya Mentari pelan.
“Dua hari lagi kita akan mengadakan resepsi pernikahan. Aku ingin semua orang tahu bahwa kamu adalah istriku,” balas Langit.
“Lang… aku…” napas Mentari mulai tersengal, suaranya melemah.
“Kita sudah menikah lebih dari satu bulan,” sela Langit dengan suara rendah namun tegas. Tangannya masih nakal, seolah sengaja menguji batas kesabaran Mentari.
“Panggil suamimu dengan benar.”
Mentari menelan ludah,
“Apa?” tanyanya lirih, nyaris berbisik. “Aku harus memanggil apa?”
Sayang, cinta, honey, sweetie… atau apa pun itu,” ucap Langit dengan nada malas namun penuh tekanan.
“Jangan Lang. Kau pikir aku ini temanmu?”
Mentari membuka mulut, hendak menjawab.
“Aku...”
“Kalau tidak,” potong Langit cepat, suaranya merendah berbahaya, “aku akan menghukummu di sini.”
Refleks, Mentari langsung berbalik. Tangannya mendarat di dada Langit,tidak keras, tapi cukup untuk membuat pria itu terkejut.
“Ishh! Ini namanya KDRT, tahu!” protesnya sambil mendengus kesal.
Langit justru tertawa kecil, dadanya bergetar.
“Hukuman kecil dari istri sendiri masih bisa kutoleransi,” ujarnya santai.
“Habisnya kamu nggak tahu aturan banget, sih!” Mentari memutar mata. “Aku bingung harus manggil kamu apa.”
Ia mendongak, menatap Langit dengan ekspresi setengah kesal.
“Musuh yang jadi suami?”
Langit menyeringai. Matanya menggelap penuh makna.
“Coba ulangi,” katanya Langit kali ini menarik tubuh wanita itu hingga makin menempel dengan dirinya.
"Lepaskan dulu. Aku mau memanggilmu dengan benar,” balas Mentari sambil sedikit meronta. Pelukan Langit semakin lama justru membuat napasnya terasa sesak.
“Oke,” ujar Langit akhirnya, meski nada suaranya masih penuh godaan.
“Tapi harus dengan panggilan yang manis.”
Perlahan, Langit melepaskan Mentari.
“Ayo,” desaknya.
Mentari menarik napas, berusaha menenangkan diri.
“Aku akan memanggilmu dengan…”
Ia menatap Langit sejenak, lalu tersenyum tipis.
“Mas Langit. Itu panggilan yang paling cocok untukmu.”
Tanpa memberi kesempatan Langit bereaksi, Mentari langsung berlari menjauh. Gaun tipisnya berkibar, meninggalkan pria itu dalam keterkejutan singkat.
Langit terdiam sesaat. Lalu bibirnya melengkung, terkekeh pelan.
“Tidak buruk,” gumamnya. “Setidaknya dia masih menghormatiku.”
Namun senyum itu perlahan memudar.
Pandangan Langit beralih ke arah kebun yang gelap.Bayangannya menari samar tertiup angin malam. Entah mengapa, dadanya terasa mengencang.
Firasatnya berkata, ada sesuatu di sana,sesuatu yang tengah mengintai dirinya… dan keluarganya.
Satu tahun kemudian…
Sebuah bingkai foto terpasang indah di ruang tamu yang didekorasi dengan elegan. Di dalamnya, terpajang foto sepasang pengantin yang tersenyum bahagia. Di tengah-tengah mereka, seorang anak kecil ikut tersenyum ceria, sementara seorang wanita paruh baya berdiri di belakang pasangan itu.
Senyum-senyum itu seolah menyempurnakan ruangan. Namun, kebahagiaan itu tetap menyisakan ruang kosong,tanpa kehadiran Baskoro, sang papa.
Hubungan Langit dan ayahnya memang belum juga membaik hingga detik ini. Retakan itu bahkan semakin dalam sejak Langit memutuskan menikahi Mentari,seorang perempuan yang, di mata Baskoro, berasal dari kasta bawah dan memiliki masa lalu kelam sebagai mantan narapidana.
Sepasang langkah kaki terdengar mendekat ke arah ruang tamu yang hangat oleh canda tawa Bu Mutia, Mentari, dan Mina. Begitu suara itu semakin jelas, ketiganya refleks menoleh.
“Papa!” teriak Mina nyaring.
Langit yang baru saja tiba setelah perjalanan dinasnya langsung merentangkan tangan, bersiap menyambut sang putri yang berlari ke arahnya.
“Jangan lari, Nak. Biar Papa yang datang,” serunya.
Namun terlambat. Mina sudah lebih dulu memeluk tubuh Langit dengan penuh rindu. Pria itu tertawa kecil, mengusap rambut putrinya penuh kasih. Mentari menyusul di belakang, langkahnya tenang namun wajahnya tak mampu menyembunyikan kebahagiaan.
Wanita itu tampak semakin cantik dengan penampilan barunya,lebih dewasa, lebih tenang, dan memancarkan aura seorang istri sekaligus ibu.
“Halo, sayang. Aku rindu,” ucap Langit lirih.
Tanpa ragu, ia langsung melumat bibir Mentari. Ia tak peduli meski di ruangan itu ada Bu Mutia, Mina, bahkan seorang tamu.
Di belakang Langit seorang pria mendadak membeku.
Pandangan matanya terpaku saat melihat Mina berlari memeluk Langit dan Mentari yang menyusul, lalu menerima ciuman itu dengan senyum yang begitu hangat.
Dadanya terasa mengencang.
Adegan suami istri itu yang seharusnya tak mengusiknya…
namun justru membuat darahnya memanas..
Bersambung...
mengapa mentari dan Langit yang selalu
di jadikan korban,, kalau langit tidak membunuh bahkan mentari menjadi tersangka bukan perbuatan nya lantas
apa yang akan terjadi kedepannya baru
saja akan bahagia ,,,nah mungkin kalau mario aslinya memang mungkin pengusaha sebelum di bunuh angel tapi
ga rela suweerrr,,,😭😭
beruntung mentari tanggap jadi ga berlarut tapi bagaimana dengan langit
takutnya di apa apa kan lagi cuma langit pernah bilang ada andil di masalah dengan mentari karena mengira mentari
yang menabrak sila maka langit sangat
marah karena sila sedang hamil muda,,,
ternyata mentari pun saat itu sedang
hamil juga,,,
tidak mentari bisa di di bodohin
menyakiti tidak akan hidup nya senang karena suatu saat akan berhadapan dengan sang pencipta karena kita tidak tau kapan waktu nya bergantian ,,, kalau
di telusuri dari ceritanya mirip kisah Abi
dan mentari ,,,, kalau mario apa selama
ini Langit kenal atau baru mengenalnya
langsung percaya begitu saja,,,kejam biar tambah seru ya jadi di baut Langit ke
sakitan,,,apa di masa lalu langit juga ada
andil tentang keluarga Abi kah
jangan langit
mga langit selamat Thor
teki lagi banyak kejutan nya nih kisah langit dan mentari,,semoga semua ber
maksudnya baik jangan terjadi permusuhan Han ahirnya menjadi pertumpahan darah jangan ya jalan damai
tampa mengusik kehidupan orang lain,,
mentari menjadi tumbal kekasihnya
hampir runtuh,,,jadi Abi pura pura koma
kayanya pakai seragam polisi nya makanya di kira penjaganya dan pasti
pergi pelan pelan mungkin juga ada teman nya yang membantu nya,,,apa pakai ilmu
menghilang 😄 kocak si baru akan bahagia kupikir tidak selamat tapi biar selamat tetapi namanya tupai melompat
suatu hari akan terjatuh jadi biarlah
kena tuai dulu,,, jahat
sangka kan ternyata yang katanya orang
tua tidak menjerumuskan anak anak nya
nah sekarang entu malah benar benar di
dorong ke jurang kesakitan senang sesaat
kesakitan seumur hidup,,,, manusia emng
ga ada yang sempurna tetapi harus kita
ingat kepada sang pencipta karena beliau
yang punya segalanya,,,,nasib sudah di
tanggung badan mana ada kata ampun
sudah dah kehendak ilahi takdir,,🥺
orang baik cuma ambisi mama nya dan
Abi mencintai gadis miskin mentari bubedesss ga terima harus selevel
dan kini justru tidak dapat kan apapun
karir ancur hidupnya masih kembang kempis,,,,antara hidup dan mati hanya
keajaiban tetapi hidup nanti akan di
masukan ke hotel juga wahhh ngenes
lama menerima perasaan pait dan getir
jadi buat bubedesss dan Abi saja yang pait gantian Langit pun sudah berbesar hati merawat Mina yang lemah,