NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: tamat
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti / Terpaksa Menikahi Suami Cacat / Tamat
Popularitas:164.2k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Jangan bicara cinta jika yang ku rasakan hanya luka.

Rumah sakit mulai sepi saat malam, hanya cahaya redup dari lampu koridor yang menyinari lantai mengilap dan langkah kaki yang sesekali terdengar dari perawat yang berpatroli. Di ruang konsultasi lantai dua, Reghan duduk di kursi tunggu sambil memandangi hasil pemeriksaannya yang baru saja diberikan oleh dokter pendamping. Tangannya bergetar samar, sementara Bu Nara berdiri di sampingnya, menatap wajah sang atasan yang tampak lebih pucat dari biasanya.

“Jadi … ini keputusan Tuan?” suara Bu Nara terdengar berat, hampir bergetar. “Padahal dokter sudah jelas bilang...”

“Aku tahu.” Reghan memotong lembut, menatap lembar kertas di tangannya. “Aku tahu risikonya besar. Tapi kalau aku nggak lakuin, anakku nggak punya kesempatan.”

Bu Nara menarik napas dalam. “Tapi Tuan juga punya nyawa yang harus dijaga. Tubuh Tuan belum pulih sepenuhnya sejak kecelakaan dulu. Prosedur ini bisa…” suaranya mengendur, tak sanggup melanjutkan, "bisa membahayakan hidup Tuan.”

Reghan menegakkan tubuh, menatap lurus ke depan. “Bu Nara, kamu tahu kan kenapa aku hidup sejauh ini? Kenapa aku masih bertahan meski semua orang bilang aku nggak akan sembuh waktu itu?”

Bu Nara hanya menatapnya diam.

“Karena aku masih punya penyesalan,” lanjut Reghan lirih. “Aku kehilangan Arum, kehilangan kepercayaan dia, kehilangan kesempatan buat jadi ayah. Dan sekarang, Tuhan kasih aku kesempatan sekecil ini buat nebus semuanya. Masa aku mau nyerah cuma karena takut mati?”

Suasana hening, hanya terdengar dengung halus dari pendingin ruangan. Bu Nara menggenggam tangannya, menatap dalam mata pria itu mata yang dulu penuh ambisi, kini hanya berisi kelelahan dan tekad.

“Kalau begitu … saya mohon satu hal saja, Tuan,” ucap Bu Nara pelan. “Kalau Tuan memutuskan tetap melanjutkan, setidaknya biarkan dokter Gavin tahu. Biar mereka siap kalau sesuatu terjadi.”

Reghan tersenyum tipis. “Dia sudah tahu, dan aku yakin dia nggak akan biarin aku mati begitu aja. Lagipula…” matanya menerawang, suaranya menurun, “aku juga nggak yakin Arum bakal izinin aku lakuin ini kalau dia tahu. Jadi tolong jangan bilang apa-apa ke dia.”

Bu Nara menunduk, dadanya terasa sesak. “Tuan benar-benar yakin Bu Arum nggak akan berubah pikiran?”

Reghan menatap jendela, tempat lampu-lampu kota terlihat samar di kejauhan. “Arum udah lama matiin perasaannya buat aku, Bu Nara. Yang dia punya sekarang cuma luka. Aku nggak mau dia tambah benci karena aku maksa muncul lagi di hidupnya.”

Saat itu, pintu ruang konsultasi terbuka. Dokter Gavin masuk bersama dokter anak, membawa berkas dan hasil uji tambahan. Wajah mereka serius, tak banyak basa-basi.

“Tuan Reghan,” ujar dokter anak hati-hati, “kami sudah evaluasi ulang, tapi hasilnya tetap sama. Kondisi Anda terlalu berisiko. Kami tidak bisa menjamin keselamatan Anda kalau prosedur ini dilakukan.”

Gavin menatap Reghan tajam, seolah ingin menahan, tapi pria itu hanya menatap balik dengan ketenangan yang ganjil.

“Lakukan saja,” katanya mantap. “Aku udah tanda tangan persetujuan.”

Gavin mengepalkan tangan di bawah meja, matanya meredup. “Anda sadar apa yang Anda bilang, Tuan Reghan? Ini bisa...”

“Aku sadar, Dok.” Reghan memotong, suaranya berat tapi tegas. “Aku sadar betul. Tapi kalau aku bisa kasih sedikit harapan buat dia…” matanya menunduk sesaat, “buat anakku hidup … aku rela.”

Keheningan menelan ruangan sesudahnya. Namun di luar pintu yang sedikit terbuka, seseorang berdiri terpaku. Langkahnya goyah, matanya membulat menahan tangis yang ingin pecah.

Arum, telah berdiri lama di luar sejak Gavin masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia mendengar semuanya, setiap kalimat penuh tekad dan rasa bersalah dari pria yang dulu menghancurkan hidupnya. Tangannya menutup mulutnya agar tidak terisak keras. Air mata jatuh tanpa bisa ia cegah.

Brak!

Pintu ruangan konsultasi itu terbuka keras, membuat semua kepala di dalam menoleh. Dokter Gavin yang sedang berbicara dengan nada serius terhenti mendadak, wajahnya berubah tegang.

Reghan, yang duduk dengan tangan mengepal di pangkuan, perlahan menoleh, dan dunia seolah berhenti saat matanya bertemu dengan mata wanita itu. Arum berdiri di ambang pintu dan tubuhnya gemetar, wajahnya pucat, matanya basah.

Namun yang paling menusuk bukan air mata itu, melainkan tatapan kecewa yang tajam tatapan yang dulu pernah penuh cinta.

“Tuan Reghan Argantara!” suara Arum pecah di antara tangis dan amarah yang tertahan bertahun-tahun. Langkahnya berat, tapi pasti, menghampiri pria itu. Dan sebelum siapapun sempat mencegahnya,

Plak!

Tamparan keras itu bergema di seluruh ruangan. Dokter Gavin langsung berdiri, mencoba menahan Arum,

“Arum...”

Namun wanita itu menepis tangannya. Reghan tak berkutik, meski wajahnya memerah oleh tamparan itu, tapi matanya justru menatap Arum dengan campuran haru dan rasa bersalah yang dalam. Arum menatap balik, tatapan yang tajam, tapi penuh luka.

“Kamu gila, Tuan Reghan!”

Suara Arum bergetar, tapi nada marahnya menusuk.

“Setelah semua yang kamu lakuin … kamu pikir aku mau kehilangan kamu dengan cara begini?! Kamu pikir aku bisa lihat kamu mati demi anak yang bahkan kamu sendiri tidak pernah tahu jika dia lahir?”

Suasana ruangan mendadak mencekam. Hanya terdengar napas berat Arum dan detak jantung Reghan yang terasa di telinganya sendiri. Reghan menghela napas, mencoba tenang.

“Arum … aku cuma mau nyelametin dia. Revano nggak salah, dia cuma...”

“Diam!” potong Arum keras, air matanya jatuh satu per satu.

“Jangan pakai alasan itu untuk menebus kesalahan kamu dulu! Kamu nggak bisa terus hidup dengan rasa bersalah, Tuan Reghan! Aku udah hancur waktu kamu biarin aku disalahin, waktu kamu biarin aku disiksa di depan semua orang yang aku hormati!”

Suara Arum meninggi, pecah di akhir kalimat.

“Dan sekarang kamu mau menebus semua itu dengan mati?! Dengan ngelakuin donor yang bahkan bisa ngerenggut nyawa kamu?!”

Reghan menunduk, suaranya serak, nyaris tak terdengar.

“Kalau nyawaku bisa nyelametin dia, Arum … aku rela. Mungkin itu satu-satunya cara aku bisa perbaiki semuanya.”

Arum menggeleng cepat, melangkah mendekat, memukul dada Reghan bertubi-tubi.

“Kamu pikir aku butuh penebusanmu?! Aku cuma butuh kamu hidup, Tuan Reghan! Aku cuma mau anakku tumbuh dengan ayahnya, bukan dengan kenangan bodoh tentang pria yang meninggalkan kami dua kali ... dulu karena keegoisanmu, dan sekarang karena rasa bersalahmu!”

Reghan menatap Arum, menahan kedua tangannya dengan lembut.

“Arum … aku masih cinta sama kamu sampai saat ini.”

Kata-kata itu lirih tapi cukup untuk membuat dunia berhenti bagi Arum. Air matanya menetes lebih deras.

“Jangan ngomong soal cinta kalau setiap kata kamu berarti luka buat aku, Tuan Reghan."

Dokter Gavin menatap mereka berdua dengan rahang mengeras. Ada rasa tak nyaman di dadanya, antara marah, kasihan, dan sesuatu yang jauh lebih kompleks. Dia tahu Arum masih mencintai Reghan. Dan dia tahu, Reghan benar-benar menyesal.

“Tuan Reghan,” ucap Gavin akhirnya, suaranya tegas namun bergetar, “Sebagai dokter … aku nggak bisa biarkan kamu lanjut donor ini. Kondisimu nggak stabil. Dan kalau kamu nekat, kamu bisa kehilangan nyawa bahkan sebelum proses selesai.”

Reghan hanya diam, matanya beralih dari Gavin ke Arum, lalu menatap kosong ke lantai. Suara hatinya hancur di dalam diam.

l Arum memegang wajahnya dengan kedua tangan, menunduk sambil terisak.

“Kenapa, Tuan Reghan … kenapa harus kamu terus yang bikin semua sakit begini…”

Dia terisak, jatuh bersimpuh di depan Reghan. Reghan segera berlutut, menarik tubuh Arum ke dalam pelukannya. Pelukan itu kaku, penuh luka, tapi juga terasa seperti rumah yang pernah hilang. Air mata keduanya bercampur, satu di pipi Arum, satu di bahu Reghan.

“Maaf…” bisik Reghan lemah. “Maaf, Arum … aku cuma nggak tahu lagi cara lain buat menebus segalanya…”

Arum mengguncang kepala di dadanya.

“Cinta nggak butuh penebusan, Tuan Reghan. Cinta cuma butuh keberanian buat tetap hidup bersama dengan luka itu.”

Reghan menutup mata rapat. Tangannya menggenggam rambut Arum erat, seolah kalau dilepaskan, wanita itu akan hilang lagi untuk kedua kalinya. Setelah adegan itu, Arum meninggalkan ruangan dalam tangis, sementara Reghan terduduk diam, menatap tangannya sendiri yang gemetar.

Bu Nara menatap majikannya itu dengan mata berkaca-kaca.

“Kalau Tuan tetap lanjut donor, Bu Arum nggak akan pernah memaafkan Tuan,” katanya lirih.

Namun Reghan hanya menjawab dengan suara nyaris tak terdengar,

“Lebih baik aku mati dengan memaafkan diriku sendiri … daripada hidup terus menyakitinya.”

1
Henny Permana
pergi..itu lebih baik
Sri Sumarsih
Lanjut. Sebaiknya Elion dan Alena meninggalkan rumah bersama keluarga Argantara. Utk kesembuhan dan kesehatan mental Reghan.
Welly Radja
ladeni dia sabar lama2 dia tau kau dibuthkan juga
Welly Radja
yang sabar ya lama2 ju dia bakal merasakan kehadiran mu
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу​​​᭄
hwaiting
Nur hayati
Arum jangan egois.
Nur hayati
kasian arum sama revano.banyak ujian cerita ny bikin aku nangis
Aisyah Alfatih: peluk jauh kka💕💕
total 1 replies
Juna Dong
luar biasa
Nur hayati
waah elena tak bearti di nakohda.reghen🤭
Nur hayati
elena jahat🤣
Nur hayati
alena tu suami ny aleon😲
Nur hayati
akan kah Arum menyeurah
atw.biselawan keluarga suami my
simak.seru baca ny
Nur hayati
cerita ny sangat seeru.💪.
athor.
ken darsihk
Perlu kesabaran ekstra karena kalian baru sajah bertemu , dan baru bisa berkumpul kembali
Asyatun 1
keren banget thoor
Ika Yanti Unyil
kata katanya dalam banget thor
cuma diawal bab sampai hampir 1/3 ke belakang ada bagian yang seperti hilang ketika pindah settingnya ataupun pindah hari.jadi seperti Tidak menyatu kayak terkotak2 gitu jadi kadang bacanya sambil mikir.sama pengulangan tentang luka yang bikin agak ngebosenin.kalau ide ceritanya dan alurnya sudah mantul thor
terus semangat berkarya thor 🥰🥰🥰🥰🥰
Aisyah Alfatih: terima kasih kak, nanti di perbaiki lagi ya🤭
total 1 replies
Kar Genjreng
kalau sering ny terjadi seperti ini tidak bisa di sepelekan eliot sekarang kemana mana bawa pengawal,,, yang body nya kekar ha ha 😁 menakutkan biar ga pada sembrono 👍
Suzanne Shine Cha
murahen bgtt rum autumn nichhh ,corg bgtt luluh....😎😎😎 ogebbb koblog bgtt
Kar Genjreng
😂😂 ultah nya Oma buyut Revano ,,,meriah ya Oma 💪 tetap semangat
Naufal Affiq
Terimakasih kah,atas karya nya
Aisyah Alfatih: kembali kasih kak udah setia sampai end💕💕💕
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!