Reina masuk kedalam tubuh sang tokoh antagonis yang merupakan tunangan dari tokoh utama pria yang sangat obsess pada sang tokoh wanita. Takdir dari buku yang dibacanya harus mati dengan keadaan menyedihkan. Tapi Reina tidak ingin takdir buruk itu terjadi. Salah satunya dengan merubah takdirnya dengan memutuskan pertunangannya dengan Nico sang tokoh utama. Sayangnya perubahannya membuat pria gila berbarik tertarik padannya dan berjanji tidak akan melepaskan. Rencana hidup tenangnya harus hancur dengan pria gila yang malah obsesi padanya bukan pada kekasih kakaknya. Tidak sampai disitu saja masalah dalam hidupnya silih berganti. Berbagai karakter muncul yang tak seharusnya ada di cerita.
"Mari kita batalkan pertunangan ini."
"Tidak akan pernah, kamu sudah masuk ke dalam duniaku dan cara untuk keluar hanya dengan kematian. Sayangnya aku tidak akan membiarkan kematian merenggut kelinci kesayangan itu."
"Kenapa alurnya jadi berubah."
"Semua usahaku sudah selesai , mari kita putus."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewisl85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29: Perasaan Yuda
Reina dan Nina menatap sosok bersuara wanita dengan helm hitam yang masih terpasang diwajahnya. Bila diamati dari pentuk tubuhnya orang itu pasti wanita. Tapi keduannya tidak mengenali wanita itu.
“Siapa kamu ?” tanya Reina dengan tatapan tajam pada sosok berhelm hitam itu. Kenapa lagi wanita itu tidak membuka pelindung kepala itu diluar kediamannya.
“Reina kamu melupakanku lagi.” Ucap wanita itu yang langsung membuka helmnya. Air mata telah mengalir di kedua mata wanita itu. Ia kecewa saat tahu kedua sahabatnya tidak mengenalinya.
“Berhenti menangis , wajahmu tidak cocok untuk berekspresi tersebut.” Ucap seorang pria yang beberapa saat lalu terkejut melihat kedatangan wanita itu. Sedangkan kedua sahabatnya memilih menonton berita mengenai ekonomi saja dibandingkan berurusan dengan wanita si pembuat onar itu.
“Sialan kamu.” Umpat wanita itu bersamaan dengan lemparan helm yang mengarah ke Yuda. Hal itu membuat Reina dan Nina terkejut dengan aksi wanita itu. Bagaimanapun perkataan Yuda memang tidak bisa dibenarkan.
“Aw. Kamu gila melempar helm-mu ini. Bagaimana kalau aku geger otak.” Ucap yuda yang kepalanya baru saja kena timpuk helm. Bahkan di dahinya sudah mulai keluar darah akibat sakit keras timpukan helm itu mengenai kepalanya.
“Kuburan masih banyak buat orang kaya kamu.” Ucap wanita itu yang membuat amarah pria itu terpancing.
“Kamu..”
“sudah mengalah saja” potong shaka pada sahabatnya. Bila dia tidak menyanggah perkataanya pasti sebuah drama pertempuran akan terjadi di tempat ini.
“Ca kamu tenang ya.” Ucap Reina yang sudah mendekati sahabatnya itu. Saat itu caca langsung menatap sahabatnya. Tangisannya kembali lepas sambil memeluk tubuh sahabatnya. Ia sangat merindukan sahabat kecilnya itu. Sebenarnya ia ingin menemui sahabatnya sejak lama tapi berhubung wanita itu tidak mengingatnya dan larang bosnya untuk mendekati bosnya. Jadi dia harus menahan perasaan rindu ini sendiri.
“Hey kamu sudah besar Ca, Masih saja cengeng begini. Gak cocok sama kesukaanmu itu.” Ucap Nina yang membuat Caca mengangkat wajahnya dan menatap sahabat lainnya.
“Nina aku rindu kamu juga. Akhirnya kamu sadar dari akting putri tidurmu itu.” Ucap Caca yang berakhir jitakan pada kepalanya.
“aw, kamu selalu kejam padaku Nina.”
“Kamu juga yang ngomongnya asal aja.Kamu tadi bilang aku akting putri tidur. Aku benar-benar koma bocah tengil.” Ucap Nina tidak terima perkataan sahabatnya.
“Kamu tidurnya lama banget sih. Pasti ini karena pangeranmu itu malah sibuk bersenang-senang dengan para putri lain bukan.” Ucap Caca dengan tatapan tajam pada shaka. Sedangkan orang yang ditatapannya membuang nafas kesal. Wanita itu selalu membawa masalah pada hidup mereka. Lihatlah wanita itu memancing api amarah kekasihnya.
“Kak Shaka, apakah benar yang dikatakan Caca? Jadi selama ini kamu bermain dibelakangku.” Tanya Nina pada kekasihnya yang sudah meringis saat ini. Sedangkan yuda yang bahagia melihat penderitaan sahabatnya. Bukankah ia sudah bilang pembawa onar itu harus dikirim jauh-jauh dari mereka.
“Sayang, aku tidak mungkin melakukan itu.”
“Benarkah, Nina kau punya buktinya. Kamu mau lihat tidak .” ucap Caca dengan senyum jahatnya sambil melemparkan tatapan mengejek pada shaka. Sedangkan pria itu sudah menatap tajam Caca.
“Kak Shaka.”panggilnya dengan tatapan kecewa setelah ia melihat photo yang diberikan sahabatnya itu. Wanita itu langsung pergi ke kamarnya yang ada dikediaman kakaknya.
“Sayang.” Panggil Shaka yang langsung mengejar kekasihnya.
“Caca kamu tidak pernah berubah.” Ucap Reina pada sahabatnya yang suka memancing amarah kekasih kedua sahabatnya.
“Reina aku sudah ingat semua ingatanmu. Sebenarnya ada yang ingin aku beritahu mengenai…” perkataan wanita itu tertahan saat mendapatkan tatapan tajam dari Nico. Entah sejak kapan pria itu berdiri di belakang Reina. Pria itu langsung menarik tubuh Reina ke dalam rangkulannya.
“Nico.”
“Ayo kita ke kamar saja. Biar dia melepaskan rindu bersama kekasihnya itu.” Ucap nico yang membuat Reina menatap bingung pada kekasihnya. Sejak kapan Caca memiliki kekasih. Bukankah wanita itu sangat benci dengan pria .
“Ca, sejak kapan kamu mempunyai pacar.?” Tanya Reina pada sahabatnya yang dijawab kenyitan dahi.
“Aku memang tidak memiliki pacar Rein.”
“Lalu perkataan kak Nico?”
“Yuda. Mereka berpacara sejak dua tahun lalu.” Ucap Asal Nico yang membuat Reina terkejut dengan fakta itu.
Caca dan Yuda yang mendengarkan perkataan asal dari bos keduannya. Tentu saja saling bertatapan, bagaimana mungkin keduannya berpacaran. Kalau setiap kali ketemu saja selalu berakhir pertengkaran.
“Ca aku tidak menyangka.”
“Reina itu semua….”
“Sudah tidak perlu disangkal lagi. Yuda sudah lama menyukaimu. Kamu saja yang menyebalkan Ca.” Teriak seseorang dari lantai dua. Orang itu adalah Shaka yang sudah dibuat kesal dari tingkah wanita itu. Bagaimana tidak kekasihnya sekarang sedang marah dan membujuk Nina adalah hal tersulit dalam hidupnya.
“SHAKA.”
“APA? BAWA WANITA PEMBUAT ONAR ITU. KARENA DIA NINA MARAH PADAKU.” Teriak Shaka yang masih kesal. Saat itu pintu kamar di depannya terbuka dengan keras.
“Apa maksudmu Kak?”
“Akhirnya kamu buka pintunya juga.” Ucap Shaka yang masih mendapatkan tatapan tajam.
“Aku masih marah kak.”
“Sudah jangan marah-marah baru saja kita berjumpa.” Ucap pria itu yang langsung menarik tubuh kekasihnya kedalam wanitanya. Saat itu terdengar pintu kamar terkenci.
Sedangkan Caca terkejut mengenai fakta yang baru saja dibeberkan oleh Nico dan Shaka. Ia menatap sosok pria yang sekarang sedang mengalihkan tatapannya. Caca tidak menyangka mengenai hal ini semua.
“Sialan, mereka kenapa mengatakannya sekarang! Sekarang aku yang bingung harus mengatakan apa pada wanita ini.” Ucap yuda dalam hati. Pria itu memilih untuk berjalan keluar dari kediaman Nico. Ia tidak berniat menjelaskan apapun pada wanita yang masih menatap kepergiannya.
“Kejar Ca.”
“Reina.”
“Luka tuh disembuhin bukan dibiarkan terbuka terus. Kejar sana.” Ucap Reina yang dianggukkan oleh Caca. Wanita itu mengejar Yuda yang memilih pergi dari tempat ini.
“Kak Nico aku masih butuh penjelasan.” Ucap Reina yang sekarang sudah menatap tajam pada kekasihnya. Ia tadi masih sempat melihat photo yang diberikan oleh sahabatnya itu.
“tidak ada yang perlu dijelaskan bukan?”
“Apa maksud kakak?”
“aku hanya menjebak wanita itu saja.”
“Benarkah, tapi aku lihat kamu sangat menikmati berbincang dengan wanita itu. Apakah kakak sengaja membuatku melupakanmu agar bisa besar dengan wanita lain di luar sana?”tanya Reina pada kekasihnya. Ia tadi melihat potret Nico di salah satu bar dengan sosok wanita yang sangat dirinya kenali. Siapa lagi kalau bukan Rose. Wanita yang ingin dirinya musnahkan dari dunia ini karena sudah membuat hidupnya hancur.
“Sayang, kamu mengenalku bukan.”
“gak aku tidak mengenal kakak.”
“Reina.”
“Kalau aku melihat kakak berdekatan dengan wanita lain. Aku pastikan hari itu menjadi akhir hubungan kita.” Ucap Reina yang membuat amarah pria itu terpancing.
“Aku tidak suka dengan ancaman itu sayang.” Ucap pria itu dengan tatapan tajam yang membuat bulu kuduknya yang berdiri sekarang.