NovelToon NovelToon
MARTA BAKRUN

MARTA BAKRUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Matabatin / Berbaikan / Menantu Pria/matrilokal / Cinta Beda Dunia / Cinta Murni
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXIX KAPAN JADINYA

     Mendengar Neli bertanya seperti itu, Bakrun menundukan kepalanya, pikirannya mengarah ke suatu bayangan di mana anaknya yang lucu itu ditinggalkan, selalu menanyakan bapaknya, dimana nanti ia bisa berjalan sementara dirinya sedang jauh, lalu ini, lalu itu, semua berkecamuk dalam pikiran Bakrun.

     " Entah lah Nel, saya masih bingung untuk menerima tawaran itu, tapi nanti saya bicarakan dulu sama ibu, dan juga teman-teman yang siap Nel," tutur Bakrun.

     " Oooooh , ya sudah kalau begitu sih, sabar saja dulu kalau pada akhirnya harus atau apa ya tinggal dijalani kang," jawab Neli.

     Setelah membahas semua itu, Bakrun akhirnya menggendong anaknya yang kebetulan sudah bangun.

    " Nang ning nang ning nang owhoi, nang ning nang ning nang owhoi,....itu kapal nya, pal sini pal....ini pal Mimin mau ikut pal kapal," ujar Bakrun sambil menunjuk ke atas sana.

     " Hmmmm...sama bapak ya jadi anteng tuh, nih makan dulu , sini sambil makan ya Mimin," kata Neli sambil menyuapi anaknya.

     " Itu....itu Min, itu cicaknya,....cak..cicak...Mimin makan tuh cak... Mimin makannya lahap cak....hey...cak ..sini makan sama Mimin cak....Mimin makan nih cak...sini cak," kata Bakrun sambil nunjuk ke arah cicak di dinding rumah.

     Bakrun dan Neli dibilang selalu hidup tenang dan bahagia, andai saja pak Dul sifatnya tidak seperti itu, tentu Bakrun betah di rumah bersama keluarga kecilnya.

     " Neli ! Jangan suruh gendong Ma ta bak run itu, Lia....Lia....itu gendong Mimin, jangan si Mar ta bak yang gendong, Yaaaaaa, Liaaaaaa buluk," teriak pak Dul melihat cucunya digendong Bakrun.

     " Eh Dul be Dul....Bakrun itu bapaknya, biarin dia gendong anaknya beeeeeee Dul," jawab Ibu Lia yang merasa kesal.

     " Tidak bisa....ne hiyeeeee, ambil cepat cucuku Liaaaaaa, ambil ceoaaaaaat," teriak pak Dul sambil jingkrak-jingkrak.

    " Hmmmmm...be Dul...itu lihat Nel,....bapakmu jingkrakan kayak kodok ....pantas ya....sudah tua...gigi ompong....kelakuan kayak apa itu iiiiiiih," ujar ibu Lia merasa pengen jitak pak Dul.

    Akhirnya ibu Lia menggendong Mimin karena pak Dul sifatnya begitu terhadap Bakrun. Jadi pada intinya, sebaik apapun Bakrun di situ tetap saja jadi kebencian pak Dul, apalagi kalau Bakrun salah, bisa jadi sebuah petaka.

     " Nah...begitu kalau jadi nenek itu harus siap gendong cucu, asal jangan sama MAR TA BAK run..", kata pak Dul.

     " Eh...kang...Bakrun itu anak baik, rajin, sopan, terus berbakti sama orang tua, kok kakang benci sih," ujar ibu Lia.

     " Apa kamu bilang....baik ?!...baik apanya hey....baik apa Lia buluk, dia itu melarat tahu !" kata pak Dul.

    " Waaaaah...dasar be Dul, mau melarat mau miskin yang penting Neli tenang dan bahagia kang, dari pada kakang be Dul, jadi orang kaya juga karena warisan,.....dasar be Dul," kata ibu Lia.

      " Pokoknya jangan cucuku digendong Mar Ta Bak .....run, iiiiih anak orang melarat...miskin...keturunan orang kere," kata pak Dul sambil meninggalkan istrinya yang sedang menggendong cucunya.

     Bakrun keluar lewat pintu belakang, ia akan menuju ke rumahnya untuk bertemu dengan teman-teman membahas proyek sablon.

      Di rumah ibu Sukesih, tampak Hadi sedang makan siang, ia melihat Bakrun datang seraya berkata

    " Lun....cini a ang hulu, cu acih aha auk , aha ih ang, a ha ong om, u ha aha a yung a cem, cini bo a ang," kata Hadi sambil nawarin Bakrun

    " Sudah Had, makan saja, wah lauknya mantap, ikan , oncom , sayur asem, wah wah wah....mantap bro ," kata Bakrun sambil masuk ke dapur untuk menemui ibunya.

    Di dapur itu , Bakrun sedang melihat ibunya menghitung uang, ada amplop juga rupanya buat Hadi.

     " Ini buat Hadi bayaran bantu-bantu ibu, dan ini hasil jualan hari ini, lumayan lah dari pada diam di rumah Run," kata ibunya.

     " Iya bu," jawab Bakrun sambil bersalaman dengan mencium tangan ibunya.

    " Gimana kerjaan kamu Run ?" tanya ibu Sukesih sambil membungkus hasil jualan.

     " Lancar bu, lumayan hari ini bayaran juga, tapi maaf belum bisa bantu ibu," jawab Bakrun.

    " Nggak apa Nak, urusi dulu istri sama anakmu itu, buat mereka tidak kekurangan Run, itu yang utama, soalnya kamu sudah berkeluarga, kalau belum sih buat ibu juga ibu terima Run," tutur ibunya.

    " Gini bu, saya dapat tawaran dari pak Yudi untuk buka cabang di desa sebalah, nanti saya dan teman-teman yang mengelola, maaf ya bu, kalau menurut ibu gimana ?" curhat Bakrun.

    " Kalau ibu sih jangan dulu Run, biar di sini saja, tapi kalau istrimu mengizinkan ya terserah kamu berdua saja," jawab ibunya.

Akhirnya Bakrun memahami juga perasaan ibunya, namun bila ingat mertua laki-lakinya, perasaan Bakrun merasa gerah juga, tapi apa artinya kalau itu hal terlarang dalam agama dan strata sosial. Ia lebih baik diam dan berpikir hanya untuk keluarga kecilnya supaya hidup dalam kebahagiaan.

Siang itu di rumah ibu Sukesih, siang begitu teriknya, sinar Matahari seakan membakar setiap benda di bumi ini, Bakrun duduk di kursi teras rumah, secangkir kopi telah ada di depannya, di meja itu juga sepiring gorengan ubi sudah tersusun rapi. Beberapa saat kemudian, muncullah Heru bersama Dakir, mereka berdua menaiki sepeda motor bersama, sambil membawa sebuah map, lalu mereka duduk di kursi yang tersedia di teras rumah tersebut.

" Ini Run catatan nama teman yang siap ikut sama kita, ada 17 orang," kata Heru sambil menyerahkan map kepada Bakrun.

" Gitu, terus semua teman itu siap untuk bekerja sama tidak, jangan sampai nanti pas jalan lalu iuran macet, susah nantinya," kata Bakrun.

" Yang pasti catatan itu sudah siap semua, dan saya yakin akan mampu mengarahkan mereka Run, kan ketua juga di situ ditandatangani Dakir dan wakilnya saya. Semoga saja berjalan lancar," ujar Heru.

Beberapa menit kemudian muncul Lukman, Yanto dan beberapa teman mereka, semuanya berkumpul di rumah Bakrun, untuk suatu usaha bersama.

" Ini yang datang baru sebelas orang, yang lain kemana Man ? Tanya Heru.

" Yang lain nanti menyusul, ada kesibukan lain kayaknya, tadi juga Mano sama Didin bawa karung ke sawah," jawab Lukman.

" Ya sudah kita mulai bahas saja ya", kata Dakir selaku ketua.

" Jadi , dari rincian semalam itu tiap orang perminggunya akan dikenakan iuran sebesar Tujuh Ribu Lima Ratus rupiah, dan akan kita kumpulkan selama 10 Minggu," kata Heru.

" Baik, kita akan butuh beberapa alat sablon, sebesar Tujuh Ratus Tiga Puluh Lima Ribu rupiah, makanya untuk membeli alat itu kita iuran dulu selama 10 Minggu, atau per orang itu Rp. 75.000,-. Nanti alat itu kita simpan di rumah Maman yang ada gudangnya," kata Dakir.

" Kalau segitu nanti besok saya lunasi saja, soalnya saya mau ke kota dulu, biar nggak berabeh, gimana ?" kata Gono sambil menyeduh kopi.

" Nggak apa No, yang jelas nanti kita akan kumpulin modal lewat iuran tadi," kata Dakir.

Tiba-tiba.....terdengar suara sirene mobil dari arah jalan sana.

1
ghost face
nih saya panggilin bombe
ArtisaPic: wow....makasih ya
total 1 replies
Ceyra Heelshire
bikin novel baru lagi pak?
Oksy_K
aku kira mobil elf itu peri/Facepalm/
ArtisaPic: iy....mumpung lg liburan
total 1 replies
mhmmdrzcky
Karena aku suka banget ceritanya kayaknya mau aku habisin sekarang/Drool/ Btw mampir juga kak ke cerita aku judulnya Ensiklopedia Sunyi Yang Tak Pernah Dibaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!