Cinta seharusnya tidak menyakiti. Tapi baginya, cinta adalah awal kehancuran.
Yujin Lee percaya bahwa Lino hanyalah kakak tingkat yang baik, dan Jiya Han adalah sahabat yang sempurna. Dia tidak pernah menyadari bahwa di balik senyum manis Lino, tersembunyi obsesi mematikan yang siap membakarnya hidup-hidup. Sebuah salah paham merenggut persahabatannya dengan Jiya, dan sebuah malam kelam merenggut segalanya—termasuk kepercayaan dan masa depannya.
Dia melarikan diri, menyamar sebagai Felicia Lee, berusaha membangun kehidupan baru di antara reruntuhan hatinya. Namun, bayang-bayang masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Lino, seperti setan yang haus balas, tidak akan membiarkan mawar hitamnya mekar untuk pria lain—terutama bukan untuk Christopher Lee, saudara tirinya sendiri yang telah lama mencintai Yujin dengan tulus.
Sampai kapan Felicia harus berlari? Dan berapa harga yang harus dibayar untuk benar-benar bebas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phida Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Di rumah Han Jiya yang ada di kawasan Seongbuk-gu terasa hangat dan penuh aroma bunga. Jiya baru saja selesai menelepon Yujin, dan percakapan mereka terasa berat baginya. Ia telah menyampaikan kekhawatiran yang ditanamkan oleh Lino mengenai kedekatan Yujin dan Christopher. Yujin hanya merespons dengan keheningan yang panjang, kemudian setuju untuk lebih berhati-hati.
Jiya merasa bersalah, tetapi juga merasa lega. Ia telah menjalankan tugasnya sebagai kekasih yang "melindungi" hubungannya.
Saat itu, ponselnya berdering. Lee Lino menelponnya.
Jiya segera menjawab, dan seketika senyumnya kembali merekah. "Halo, Oppa!"
"𝘏𝘢𝘭𝘰, 𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨," suara Lino terdengar lelah dan sedikit sedih di ujung telepon. "𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪 𝘳𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘥𝘢𝘬 𝘥𝘪 𝘰𝘳𝘨𝘢𝘯𝘪𝘴𝘢𝘴𝘪."
"Astaga, kasihan sekali. Kau pasti sangat lelah. Umm.. Aku punya ide!" kata Jiya dengan nada bersemangat. "Bagaimana kalau akhir pekan ini kita ke pantai? Pantai Sokcho. Kita bisa menginap satu malam, kita akan menikmati udara laut, dan kau bisa melupakan semua dokumen Ayahmu sejenak!" Jiya menunggu respons dengan antisipasi. Momen di pantai adalah salah satu fantasi romantisnya dengan Lino.
Di sisi lain telepon, Lino sedang duduk santai di kamar mewahnya, di balik jendela yang memandang kota Seoul. Ekspresinya dingin. Ia merasa ajakan Jiya adalah gangguan yang tidak perlu.
"𝘐𝘵𝘶 𝘪𝘥𝘦 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘢𝘯𝘪𝘴, 𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨," kata Lino, nadanya dibuat penuh penyesalan. "𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢."
"Kenapa, Oppa?" Jiya terdengar kecewa.
Lino menghela napas yang dalam dan dramatis. "𝘐𝘯𝘪 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘈𝘺𝘢𝘩. 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘳𝘪𝘶𝘴 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘋𝘦𝘸𝘢𝘯 𝘔𝘦𝘥𝘪𝘴 𝘵𝘦𝘳𝘬𝘢𝘪𝘵 𝘬𝘢𝘴𝘶𝘴 𝘮𝘢𝘭𝘱𝘳𝘢𝘬𝘵𝘪𝘬 𝘭𝘢𝘮𝘢. 𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵𝘶𝘩𝘬𝘢𝘯𝘬𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘴𝘦𝘨𝘦𝘳𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘳𝘪 𝘳𝘦𝘧𝘦𝘳𝘦𝘯𝘴𝘪 𝘩𝘶𝘬𝘶𝘮 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘬𝘦𝘢𝘥𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪."
Kebohongan yang sempurna. Lino tahu Ayahnya memiliki reputasi yang bersih, dan Jiya yang ia tahu sangat menghormati Ayah Lino tidak akan berani meragukan masalah serius ini.
"Ya Tuhan, serius? Aku turut prihatin, Oppa," suara Jiya langsung berubah menjadi penuh empati. "Tentu saja, Ayahmu lebih penting. Aku akan membatalkan reservasi. Maaf sudah merepotkanmu."
"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘱𝘰𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘭𝘪, 𝘚𝘢𝘺𝘢𝘯𝘨," Lino melembutkan suaranya lagi. "𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘳𝘨𝘢𝘪 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪𝘢𝘯𝘮𝘶. 𝘒𝘢𝘶 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘦𝘳𝘣𝘢𝘪𝘬. 𝘒𝘢𝘶 𝘧𝘰𝘬𝘶𝘴𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘶𝘫𝘪𝘢𝘯𝘮𝘶, 𝘺𝘢. 𝘉𝘪𝘢𝘳 𝘢𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘶𝘳𝘶𝘴 𝘈𝘺𝘢𝘩."
Lino mengakhiri panggilan dengan janji akan segera menghubungi lagi.
Begitu telepon ditutup, senyum palsu Lino lenyap. Matanya menyala dengan licik.
𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨. 𝘋𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘭𝘢𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘦𝘧𝘦𝘬𝘵𝘪𝘧 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘵𝘢𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢 𝘬𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘰𝘴𝘢𝘯𝘬𝘢𝘯.
Lino kemudian mengambil tabletnya. Ia membuka foto-foto pantai Sokcho yang tampak indah.
𝘑𝘪𝘬𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘑𝘪𝘺𝘢, 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘫𝘢?
Lino segera membuka aplikasi chat dan mencari nama Lee Yujin. Ia merancang pesannya dengan hati-hati. Ia harus menggunakan kelemahan Yujin yang lain, yaitu rasa bersalah dan 'tanggung jawab' profesional.
Lino Lee :
Yujin, aku minta maaf jika aku mengganggumu. Aku baru saja mendapat kabar buruk tentang Ayahku. Dia membutuhkan istirahat total. Dokter menyarankan Ayahku untuk pergi ke tempat yang tenang.
Lee Yujin:
Oppa, aku turut prihatin. Semoga Ayahmu baik-baik saja.
Lino Lee :
Terima kasih, Yujin. Tapi aku benar-benar merasa cemas. Ayahku butuh ditemani. Karena masalah ini, aku tidak bisa meninggalkannya, dan Chris Hyung sedang sibuk di luar kota. Aku butuh bantuanmu.
Lino Lee :
Ayahku ingin kau ikut. Kau tahu, kau punya selera desain yang bisa menenangkan. Dia ingin kau menemaniku ke Sokcho. Kau bisa merancang tata letak dan dekorasi kamarnya di sana. Aku tahu kau sedang sibuk, tapi ini untuk terapi Ayahku.
Yujin, yang sedang membaca pesan itu di kamarnya, terkejut dan merasa tidak enak. Membantu 'terapi' Ayah Lino terdengar seperti tugas kemanusiaan. Ia tahu ini adalah sebuah manipulasi dari Lino, tetapi menolak secara langsung akan terlihat kejam dan tidak berempati, terutama setelah Ayah Lino 'bermasalah'.
Ia memang melihat Christopher tidak ada. Dan benar, Christopher bilang dia pergi ke Jeju.
Yujin mengetik dengan hati-hati.
Lee Yujin:
Oppa, aku benar-benar tidak enak. Aku ada tugas project Desain Pakaian Adat yang harus selesai akhir pekan ini. Dan aku bukan desainer interior.
Lino Lee :
Kau bisa mengerjakan project-mu di sana, Yujin. Itu hanya membutuhkan dua hari saja. Aku janji, kau akan mendapatkan ketenangan di sana. Dan aku akan membayar fee desain interior yang sangat tinggi, plus aku akan memberimu semua referensi hukum yang kau butuhkan untuk tugasmu (jika kau membutuhkannya). Ayahku hanya ingin kau ada di sana. Sebagai teman desain yang tenang.
Lino memancing Yujin dengan kombinasi tanggung jawab, uang, dan kebutuhan emosional orang tua. Yujin adalah gadis yang tidak bisa menolak permintaan tolong yang melibatkan orang tua yang sakit.
Yujin menghela napas panjang. Ia merasa tertekan dan terpojok.
Lee Yujin:
Baiklah, Oppa. Hanya dua hari. Tapi aku harus mengerjakan tugasku di sana, dan aku tidak akan ikut campur dengan urusan keluargamu.
Lino Lee :
Tentu saja! Terima kasih banyak, Yujin. Kau benar-benar yang terbaik. Aku akan menjemputmu Sabtu pagi.
Lino menutup ponselnya, senyumnya membesar menjadi seringai dingin. Kemenangan besar. Ia berhasil membatalkan kencan romantis dengan Jiya, dan ia berhasil menjebak Yujin untuk menghabiskan akhir pekan berdua dengannya.
𝘚𝘰𝘬𝘤𝘩𝘰 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘪𝘯𝘥𝘢𝘩. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘶𝘯𝘫𝘶𝘬𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘵𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘊𝘩𝘳𝘪𝘴𝘵𝘰𝘱𝘩𝘦𝘳 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘢𝘯𝘱𝘢 𝘴𝘪 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘑𝘪𝘺𝘢.
Lino tahu, Jiya akan menelepon Yujin nanti dan Yujin tidak akan berani berbohong. Jiya akan tahu Yujin pergi ke Sokcho.
Lino segera mengambil ponselnya lagi, ia ingin menelepon Jiya.
"Sayang, aku baru saja menelepon Yujin. Ayahku benar-benar ingin Yujin ikut ke Sokcho, katanya Yujin adalah partner desain terbaik. Aku sebenarnya merasa tidak enak, tapi aku tidak bisa menolak permintaan Ayahku. Aku minta maaf, ya."
Jiya terdiam, sedikit terkejut, tetapi ia segera menenangkan diri.
"𝘖𝘩, 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶. 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘮𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢? 𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘵𝘪," jawab Jiya dengan nada sedikit sedih. "Tidak apa-apa, Oppa. Aku mengerti betapa pentingnya kesembuhan Ayahmu. Sampaikan salamku untuk Ayahmu dan Yujin, ya."
Lino memejamkan mata sejenak, merasakan lonjakan kemenangannya.
"𝘑𝘪𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘦𝘮𝘣𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘈𝘺𝘢𝘩𝘬𝘶, 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘨𝘢𝘴 𝘮𝘶𝘭𝘪𝘢. 𝘑𝘪𝘺𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘶𝘳𝘪𝘨𝘢𝘪. 𝘋𝘢𝘯 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘑𝘪𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘢𝘯𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘠𝘶𝘫𝘪𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘵𝘢𝘬𝘶𝘵 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘰𝘯𝘧𝘭𝘪𝘬. 𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪." pikir Lino.
Lino tahu, di Sokcho nanti, ia akan menciptakan alibi yang sempurna, ia akan mengambil foto Yujin di dekat kursi roda, atau ia akan membuat Yujin terlihat seolah-olah sedang dalam rapat penting.
Ia akan menggunakan Yujin sebagai senjata melawan dirinya sendiri, ia akan mengisolasi Yujin dari orang-orang yang dicintainya, termasuk Christopher.
Sementara itu di lain tempat, di kamarnya yang sunyi, Yujin mengepalkan tinjunya. Ia telah menyadari kebusukan skenario ini, tetapi ia tidak bisa mundur begitu saja. Ia adalah tawanan Lino.
Ia segera mengirim pesan singkat ke Christopher: Oppa, Lino memaksaku untuk ikut ke Sokcho akhir pekan ini katanya untuk 'membantu' Ayahnya. Aku sebenarnya merasa tidak nyaman.
Tiga menit kemudian, Christopher membalas.
YJ (Christopher):
Aku akan usahakan untuk segera kembali. Jaga dirimu baik-baik, Yujin. Jangan pernah sendirian bersamanya. Kirimkan aku lokasimu setiap jamnya.
Pesan Christopher memberikan Yujin sedikit ketenangan. Setidaknya, ada seseorang yang mengetahui rencana gelap ini.
.
.
.
.
.
.
.
— Bersambung —