Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendekati Edo
Semenjak mendengar penuturan dari Tisya mengenai asal usul keluarga besar Nyonya Miranda, Ranti sudah tidak bisa tenang lagi.
“Kak Arion nyaris dibuat mati sama Mommy lewat kecelakaan mobil, cuma karena dia nolak dijodohkan dan ancam pergi dari rumah.”
Perkataan itu terulang-ulang dalam benak Ranti.
“Ibuku pasti akan baik-baik aja, kan?” bisik Ranti cemas. Dia sedang menatap layar komputernya tetapi pikirannya kemana-mana.
Tapi setidaknya, dua teman baiknya, Anya dan Tisya menyatakan bahwa mereka akan selalu berada dipihak Ranti.
Saat masih berada di pantry tadi, Ranti sudah meminta kepada Tisya, agar membantunya bicara pada Arion untuk mengakhiri saja drama antara mereka berdua. Namun, Tisya hanya bisa menghela napas panjang, dan menjawab, “Kakakku itu bukanlah orang yang mudah dan tipe orang yang berprinsip kuat. Dia memang selalu ngejaga aku kemanapun aku pergi lewat pengawalnya, tapi buat ngobrol berdua sama dia itu nggak mungkin.”
Baru kali ini Ranti menemukan ada hubungan kakak beradik yang sangat asing seperti itu. Dia saja sangat ingin memiliki saudara kandung, agar bisa saling menemani dan berbagi hidup sama-sama.
Dia mengusap-usap wajahnya dengan kedua tangan. Sudah hampir jam lima sore, seharusnya sejak tadi Ranti sudah mulai berkeliling. Karena beban pikiran itu, harinya pun menjadi terasa berat.
Di saat dia hendak bangkit dari duduknya, ponsel Ranti berdenting. Sebuah pesan masuk.
“Ran, besok kan acara nikahannya si Noni. Coba deh kamu cek, gedungnya udah siap apa belum?”
Mata Ranti langsung membola, permintaan ibunya ada-ada saja, maka dia segera membalas, “Itu bukan pekerjaan aku, Bu. Tapi kalau cuma lihat-lihat aja, nanti aku coba ke sana.”
“Oke!” balas sang ibu.
Sambil menggelengkan kepala, ponsel itu Ranti masukkan ke dalam kantong blazernya. Alya, sang ibu, memang selalu ada saja ceritanya, bahkan hal-hal yang tidak penting pun bisa menjadi penting baginya.
“Noni yang nikah, aku yang ditagih supaya cepat-cepat nyusul,” keluh Ranti sembari membawa langkah kakinya meninggalkan ruang kerjanya.
Setibanya di restoran eksklusif, Ranti dengan segera menjalankan tugasnya. Waktu itu kondisi restoran sangat ramai sekali. Tidak heran, sebab hari itu adalah hari Sabtu sore, menuju malam Minggu. Waktunya bagi para muda mudi serta pasangan baru yang masih kasmaran mencari tempat mewah untuk dijadikan tempat kencan. Bagi para orang kaya atau anak orang kaya, maka makan malam di restoran mewah seperti itu adalah keharusan bagi mereka. Sebagian lagi, ada juga diantaranya para selebgram yang pura-pura kaya dengan makan di sana, demi sebuah konten.
Ketika Ranti sibuk memperhatikan ke sekitarnya, sebuah sosok tertangkap oleh matanya, sehingga Ranti menatapnya sejenak.
Dia adalah Edo, yang tengah sibuk berbincang dengan seorang tamu di sebuah meja. Edo terlihat sangat sopan, berdiri mengenakan seragam koki dan berkomunikasi dengan gestur yang baik sekali.
Tiba-tiba ada rasa kagum di hati Ranti, dari semua lelaki yang di capnya buruk, hanya ada 1 persen lelaki yang dia perhitungkan. Dia adalah Edo.
Semakin diperhatikan, entah kenapa Ranti menemukan sisi ‘keren’ dari lelaki itu. Dan saat itu juga, sebuah ide muncul di kepalanya.
“Edo selama ini baik sama aku, dia juga kelihatannya suka sama aku. Kenapa aku nggak coba buka hati sama dia? Selain itu, kalau aku dekat sama dia, semoga Tuan Arion berubah pikiran buat cari aktor penggantiku.”
“Ah, Ranti, ini brilian!”
Jika dia bisa terlepas dari Arion, maka Miranda dan juga Sofia juga pasti akan melepaskan dirinya, terutama melepaskan Alya yang begitu membuat Ranti tak tenang.
Pada saat itu, Edo baru selesai berbicara dengan seorang pria bule yang duduk di kursinya, kemudian bergerak meninggalkan meja. Tiba-tiba Edo yang berjalan ke arah Ranti langsung menyadari kehadiran gadis itu, dan tatapan keduanya bertemu.
Seperti biasanya, Edo akan langsung tersenyum nakal dan menggoda Ranti, dan seperti itulah dia.
“Ehm, ada yang lagi merhatiin aku tuh,” ujar Edo.
“Ck, mulai deh!” sahut Ranti.
Edo terkekeh, lalu melepas topi panjangnya. Saat itu dia sudah berdiri di depan Ranti, sangat dekat sekali. Edo tidak terlalu tinggi, jika dibandingkan dengan sosok Arion. Kulitnya juga kecokelatan, tetapi badannya berisi dan berotot. Sepertinya lelaki itu menyukai olahraga tinju, menurut Ranti.
“Ngaku, deh. Tadi kamu lagi merhatiin aku, kan?” tanya Edo penuh percaya diri, senyumnya begitu lebar, dia juga menoel pipi Ranti.
“Apa sih!” Ranti menyingkirkan jari telunjuk besar Edo dari pipinya. “Aku itu cuma ngeliatin bapak bule itu, kamu kayaknya akrab banget sama dia,” elaknya.
Edo pun memutar kepalanya untuk melihat pria bule tadi yang saat itu sedang asyik menikmati makanannya.
“Kok kamu bisa tahu? Dia sering kesini, katanya menu western di sini paling enak, jadi dia manggil kokinya buat ngasih pujian. Dia juga kasih aku tip, lho! 1000 dollar masuk ke akunku, yes!”
Edo sangat bersemangat setelah mendapatkan pujian dari tamu, ditambah lagi mendapatkan uang percuma. Namun, uang 1000 dolar itu jadi mengingatkan Ranti pada uang dolar yang dilemparkan Miranda ke wajahnya waktu kemarin.
“Wah, lagi banyak duit, nih. Boleh dong traktir,” ujar Ranti. Entah sejak kapan dia mau meladeni Edo. Ah, sejak sekarang, setelah dia memperhitungkan untuk menerima Edo demi bisa lepas dari Arion.
“Serius? Kamu nggak lagi ketempelan, kan?” tanya Edo yang takjub dengan sikap akrab Ranti.
Ranti pun pura-pura merajuk. “Ya sudah kalau kamu nggak mau, padahal aku lagi mau ajakin kamu lho!”
“Kemana?” tanya Edo tak kalah semangatnya.
“Keluar, masa di hotel mulu ketemunya,” jawab Ranti acuh.
Sejenak, Edo terpaku, kedua matanya membola saking tak percaya pada apa yang dia dengar. Namun, setelah menyadarkan dirinya, Edo langsung menerima ajakan Ranti.
“Aku bener-bener nggak nyangka mimpi aku jadi kenyataan, Ran! Oke! Aku yang traktir, kasih tahu aku kapan kamu maunya, ya!”
Ranti mengangguk mantap, senyumannya belum luntur sedikitpun. Bahkan dia mengacungkan dua jempol untuk meyakinkan Edo.
Setelah mendapatkan kesepakatan, Edo harus kembali ke dapur dan berpamitan pada Ranti.
Memandangi punggung lebar Edo, senyuman Ranti menyurut. Sedikit rasa bersalah muncul mencubit hatinya, ini mungkin akan menjadi kejam bagi Edo. Namun, jika situasinya memungkinkan bagi hubungan keduanya, maka Ranti tidak akan mundur dan akan menerima takdir itu.
“Menjadi milik Arion terlalu tinggi untuk manusia kecil kayak aku!”
kenapa si harus di permainkan, Arion kenapa kamu gak jujur?
sekarang semua kesalah pahaman membuat pertemanan bubar
berlanjut
lalu siapa yg tidur dgn Ranti ?
nggak kebayang gimna sakitnya ranti
smg pelaku utama nya ditemukan
ditannya malah balik nanya
/Proud//Proud//Proud/