Hilang Perawan Di Malam Pesta

Setelah 1 jam kemudian Ranti Tengah bersiap-siap membereskan mejanya untuk meninggalkan ruangan.

Beberapa detik yang lalu Anya mengirimkan pesan singkat padanya bahwa sebentar lagi mereka akan berangkat ke perusahaan galaxy techno, yaitu perusahaan milik keluarga galaxy, lebih tepatnya milik ayah Arion.

Selama bekerja 2 tahun di hotel Phoenix, Ranti nyaris belum pernah bertemu langsung dengan Tuan Ferdinand. Sebab dirinya tidak punya kepentingan dalam berurusan dengan ayah dari Arion dan Tisya tersebut.

Namun siang ini, Arion malah membawanya untuk ikut masuk ke dalam lingkungan keluarganya. Dalam situasi tersebut, Ranti merasakan canggung dan sedikit gugup. Meskipun sering kali berhadapan dengan tamu-tamu penting yang berkunjung di hotel, namun kali ini rasanya berbeda karena dia akan bertemu dengan salah satu konglomerat ternama di kota Jakarta.

Dua malam yang lalu, Ranti sudah bertemu dengan nyonya Miranda istri dari tuan Ferdinand. Pembawaan dari Miranda yang anggun dan berkelas itu pasti tidak jauh berbeda dengan suaminya. Untuk kali ini Ranti benar-benar merasa rendah diri.

Di tengah keraguannya itu, suara keras dari Nina mengusiknya. Nina berlari ke arahnya sambil menyodorkan sebuah iPad lalu berkata dengan cemas, “Mbak Ranti, ini gawat deh.”

“gawat kenapa, Nin?” tanya Ranti.

“Ini lho Mbak, ada ulasan masuk 10 menit yang lalu. Ulasan dari tamu yang makan siang di lounge tadi, Mbak. Parah banget ini, dia ngasih bintang satu. Coba Mbak baca deh, dia bahkan nyebut nama Mbak Ranti.”

Terkejut, Ranti lantas bergegas merebut iPad dari tangan Nina, kemudian kedua matanya langsung bergerak-gerak membaca ulasan tersebut.

Seperti yang dia duga, ulasan tersebut berasal dari akun yang bernama Aldi Syahran. Siapa lagi kalau bukan si dosen mesum berkepala botak dan bertubuh tambun itu. Meskipun sudah menduga akan berakhir seperti ini, tetap saja saat ini Ranti dilanda kepanikan yang mendalam. Sebab bertahun-tahun telah mengabdi di hotel ini, baru sekarang inilah dia mendapatkan ulasan negatif. Padahal ini bukanlah salahnya, melainkan Tisya yang mengerjai pak Aldi.

“Mbak, Ran. Kok bisa kayak gini sih? Gimana ceritanya? Baru kali ini lho Mbak Ranti dapat ulasan begini,” ujar Nina, yang tak kalah cemasnya. Begitu juga dengan dua temannya yang memandang mereka dengan wajah yang memucat.

Ranti mengusap wajahnya kemudian menghela napas panjang. “Ini semua ada alasannya, tapi aku ceritanya nanti aja, deh. Soalnya sekarang aku udah ditunggu di bawah.”

“Lho, Mbak Ranti mau pergi? Ke mana, Mbak?” Nina mulai kepo.

“ke perusahaan Galaxy Techno,” jawab Ranti dengan nada malas.

“Galaxy Techno? Itu kan perusahaan keluarga Tuan Arion,” ujar Nina dengan mata berbinar.

Ranti malas menjawabnya jadi dia hanya menganggukkan kepalanya.

“Wah... Mbak Ranti kok makin hebat ya sekarang,” puji Nina.

Kedua alis Ranti berkerut. “Hebat apanya?” tanyanya.

“Masa Mbak Ranti nggak tahu, sih? Perusahaan Galaxy Techno itu nggak sembarang orang bisa masuk, Mbak. Jadi Mbak Ranti sekarang ini termasuk orang penting, lho. Atau jangan-jangan Mbak Ranti mau direkrut kerja di sana, emangnya iya mbak?”

Ranti menggelengkan kepalanya, sulit baginya untuk menjelaskan tentang keterlibatannya berkunjung ke sana. Andai dia bisa menjelaskan, namun kenyataannya ini tidak sesimpel itu. Sebab peran dirinya tidaklah penting, melainkan hanya menjadi seorang figuran yang harus berpura-pura menjadi kekasih Arion.

---

Pada pukul 3 kurang 20 menit, Ranti sudah berdiri di halaman depan Hotel seorang diri. Ketika itu dia mengetik sebuah pesan untuk Anya.

“Kak Anya, apa nggak apa-apa aku pergi ke sana cuma pakai setelan kerja model begini? Pakaianku ini harganya murah banget lho, Kak. Apa nanti Tuan Arion nggak malu di depan keluarganya?”

Tak lama kemudian Anya membalas pesannya. “Tuan Arion nggak ada ngasih perintah buat aku ke wardrobe, Ran. Artinya pakaian kamu nggak masalah buat dia. Apa kamu maunya pakai gaun lagi kayak malam itu?” Anya sengaja menambahkan emoticon tertawa di akhir pesannya. Ranti tahu bahwa wanita itu sengaja menggodanya.

Dengan cepat Ranti membalas, “Nggak lagi deh pakai gaun kayak begitu. Rasanya kayak telanjang tahu nggak, Kak!”

Selanjutnya Anya tidak membalas lagi pesannya, Ranti yakin temannya itu pasti tengah menertawakan dirinya. Membuatnya berdecak kesal lalu mengunci ponselnya.

Ranti menengok ke samping kiri tempat di mana lobby khusus parkiran mobil. Belum ada tampak tanda-tanda kemunculan mobil milik Arion. “Ke mana Tuan Arion? biasanya dia paling on time.”

Tiba-tiba seseorang menepuk pundak kanan Ranti, membuatnya terkejut dan langsung menengok.

“Kok kamu ada di sini, Ran?” tanya Tisya, dari arah belakangnya muncul sosok Rico.

Ranti jadi bingung ingin menjawab apa, bukankah menjadi kekasih Arion yang pura-pura itu adalah rahasia? Dia tahu kalau saat ini Tisya dan Rico sedang berencana untuk pergi ke perusahaan Galaxy Techno juga. Baru dia menyadari, apakah Arion tidak memperhitungkan kehadiran mereka sebelumnya?