NovelToon NovelToon
Transmigrasi Calon Ibu Muda

Transmigrasi Calon Ibu Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Sistem
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Q Lembayun

Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kita pulang

"Kita akan pulang."

Vin menatap istrinya dengan tatapan bahagia dan sumringah. Hal tersebut dikarenakan Tamara dinyatakan sehat secara fisik dan dapat dirawat di rumah seperti biasanya. Kini Mereka bisa berkumpul dan tinggal lagi bersama di satu rumah dengan anggota keluarga mereka yang baru yaitu Yumna.

Kali ini Vin tak lagi memakai seragam militer kebanggaannya dan hanya mengenakan kaos hitam dan celana biasa. Jujur saja ia malu akan profesinya, mengingat hal tersebut adalah sumber dari setiap kemalangan yang dialami oleh Tamara dan Dave. Dulu setiap kali ia memakai seragamnya, Tamara akan memujinya dengan mengatakan bahwa ia tampan dan terlihat gagah. Akan tetapi saat ini, Vin benar-benar tidak ingin Tamara melihatnya menggunakan seragam itu lagi.

"Apakah kita akan pulang sekarang?"

Terdengar suara Tamara yang begitu antusias saat mengetahui bahwa ia sebentar lagi akan pulang. Jujur saja Tamara mulai bosan karena tinggal di rumah sakit terlalu lama. Ia ingin kembali ke rumah kecilnya dan menjalani hidup yang sejahtera, mengingat sekarang ia sudah tak bingung lagi bagaimana cara mendapatkan uang lebih banyak, karena Vin sudah pulang dan akan menanggung biaya hidupnya, mungkin untuk seumur hidup. Jadi Tamara hanya perlu santai dan mengurus anak-anaknya dan berada di rumah.

"Ngomong-ngomong, kita akan pulang ke rumah yang mana. Rumah kecil yang ada di kota ini atau ke rumah dinas?"

Mendengar pernyataan Tamara, Vin tersenyum kecil.

"Tidak keduanya. Kita akan pulang ke rumah yang baru saja aku beli."

Mendengar hal itu Tamara pun menyerngitkan dahinya. Ia heran kenapa suaminya harus membeli rumah baru mengingat Tamara dan Dave sudah memiliki rumah. Walaupun rumah tersebut relatif sederhana dan kecil namun dapat menampung setidaknya 5 atau 6 orang.

"Kenapa kamu membeli rumah baru, bukankah kita sudah punya rumah? Kenapa tidak tinggal di rumah yang telah aku beli bersama dengan Dave beberapa bulan yang lalu. Walaupun itu kecil tapi cukup sederhana dan tetangga di sana juga baik-baik."

Vin ingin mengatakan pada istrinya bahwa ia punya cukup banyak uang untuk membeli beberapa rumah mewah untuk mereka tinggal. Jadi Tamara tak perlu bersusah-susah ataupun berhemat untuk setiap pengeluaran yang akan mereka lakukan. Akan tetapi Vin tidak berani mengatakannya, karena takut itu akan menyinggung luka lama yang telah dialami oleh anak dan istrinya. Jadi ia hanya tersenyum dan mencoba membujuk istrinya sekali lagi.

"Aku sengaja membeli rumah yang baru, mengingat rumah ini dekat dengan sekolah dan juga rumah sakit. Jika terjadi sesuatu padamu dan Dave sekali lagi kita akan bisa pergi ke rumah sakit dengan mudah. Apalagi sekarang Dave sudah mulai besar dan sebentar lagi akan memulai pendidikan dasar, jadi aku sengaja mencari rumah yang relatif dekat juga dengan sekolah."

Mendengar hal itu Tamara pun langsung mengerti, ia lupa bahwa Yumna dan Dave membutuhkan lingkungan yang lebih baik agar mereka dapat tumbuh dengan fasilitas yang memadai. Akan tetapi ia masih heran kenapa ia harus tetap tinggal di kota ini, mengingat Vin adalah seorang tentara dan seorang tentara biasanya diharuskan untuk tinggal di rumah dinas.

"Lalu kenapa kita tidak tinggal di rumah dinas, bukankah di sana ada sekolah dan juga ada rumah sakit militer?"

Mendengar hal itu Vin pun langsung merasa kesal. Ia telah mengabdikan diri dengan begitu luar biasa dan telah mengorbankan banyak hal, akan tetapi tempat itu mengingatkannya kembali bahwa ia hanya digunakan sebagai alat dan dimanfaatkan sedemikian rupa. Keluarganya ditelantarkan dan harta bendanya telah dihitung untuk diambil oleh orang lain. Jujur saja Vin tidak ingin kembali ke tempat itu sebelum ia benar-benar tahu siapa orang yang telah memanfaatkan kematiannya.

"Misi beberapa bulan yang lalu adalah misi yang berat dan telah membuatku hampir mati karenanya. Jadi negara memberiku kompensasi dengan sejumlah hadiah dan juga cuti untuk waktu yang lama. Jadi kita bisa tinggal di kota ini setidaknya satu hingga dua tahun ke depan. Kalau kondisi keluarga kita sudah membaik kita akan kembali ke rumah dinas."

Setelah itu keduanya melanjutkan untuk mengepak semua peralatan yang akan mereka bawa pulang. Tak lama suara ketukan terdengar di pintu, saat Vin berbalik ia melihat ada satu rekannya yang lain di tentara.

"Salam kakak ipar. Maaf baru menemui mu sekarang. Aku membawa kado untuk keponakanku."

Saat laki-laki itu menyebutnya sebagai kakak ipar, Tamara pun langsung tau bahwa laki-laki di depannya adalah rekan sang suami. Tamara pun ikut tersenyum dan menerima hadiah itu. Akan tetapi Tamara dapat melihat dengan jelas bahwa Vin terlihat tidak terlalu senang dengan kedatangannya.

Setelah semua barang dibersihkan, Vin pun meminta izin untuk berbicara dengan temannya sebentar.

Vin menyeret Galang ke tempat yang lebih sepi dan memukulnya dengan keras. Laki-laki itu bahkan harus meringkuk di lantai karena kesakitan.  Akan tetapi Vin sepertinya tidak terlalu puas atas hasil karyanya, jadi ia memukul Galang lebih banyak dan menginjak-injaknya dengan keras.

Setelah puas, Vin duduk dan menatap Galang yang kesakitan.

"Baru datang sekarang? Setelah istriku hampir mati dan anakku menjadi terlantar. Berani sekali kamu datang dan menyebut istriku kakak ipar."

"Uhuk, uhuk. Vin, ini benar-benar diluar prediksi kami. Kami pikir Tamara dan Dave hidup dengan baik selama ini."

Vin sudah tak ingin lagi mendengar alasan yang akan rekannya berikan. Semua sudah terjadi dan sekarang yang perlu mereka lakukan adalah pencari dalang dibalik kejadian ini.

"Sekarang katakan padaku, ada apa kamu datang kemari."

Rekan-rekannya selalu tau bahwa ketika Vin marah maka akan ada tulang yang patah. Jadi mereka cenderung menghindarinya. Terbukti sekarang, manusia yang bernama Dharma telah hilang entah kemana. Jadi ketika Galang sampai disini maka dapat dipastikan bahwa ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Lagipula Galang tidak akan mungkin mau menemuinya karena Galang paling tidak bisa menahan rasa sakit ketika dipukul.

Galang meringis kesakitan, tapi ia berusaha untuk bangun dan segera melapor ke Vin tentang kejanggalan soal kematiannya.

"Saat kamu ditugaskan dalam misi berbahaya, kami merasa biasa saja karena memang kamu sering melakukannya. Akan tetapi beberapa minggu setelahnya, kami mendapatkan berita bahwa kamu telah gugur tanpa mayat yang bersisa."

"Siapa yang mengatakan itu?"

Galang pun melihat ke berbagai arah sebelum menyebutkan informasi yang ia dapatkan. Setelah ia yakin tidak ada yang mendengarnya, ia pun langsung mengatakannya.

"Elang, laki-laki tua bangka itu mengatakan bahwa kamu sudah mati di tangan para bandar. Mereka juga memberikan bukti beberapa barangmu yang terlihat rusak parah."

Elang merupakan sebuah kode nama yang hanya dimengerti oleh Vin dan pasukannya. Mereka menamai beberapa orang dengan sebutan semacam itu mengingat bahwa orang itu memiliki kedudukan yang tinggi sehingga tak bisa disebut secara langsung.

"Lalu apakah ada yang mencurigakan dari elang?"

"Belum ada, tapi yang aku tau elang memiliki seorang menantu yang bekerja di dunia politik..."

"Maksudmu."

"Maksudku adalah kemungkinan besar uang itu dibutuhkan untuk urusan politik. Aku dengar beberapa tentara juga mengalami hal yang sama sepertimu dan itu berkaitan dengan elang. Aku juga dengar, beberapa anggota militer sudah bermain dua kaki."

"Dua kaki?"

"Dua kaki, maksud ku beberapa anggota militer sudah masuk ke beberapa partai politik secara diam-diam. Dan itu membutuhkan banyak uang, karena bagaimanapun untuk menang butuh banyak modal."

Mendengar hal itu Vin pun tertawa sinis. Seorang tentara telah diberi batasan untuk tidak terlibat dalam hal politik mengingat banyaknya sentimen yang terjadi di masa lalu. Akan tetapi kali ini ia mendengar bahwa atasannya ternyata memiliki trik untuk bergabung dalam dunia politik. Jika ternyata uang santunan kematiannya digunakan untuk urusan politik, maka sudah jelas bahwa mereka telah menargetkannya sejak lama.

"Kalau begitu kita lihat, berapa lama karir politik mereka akan bertahan."

1
Aryanti endah
Luar biasa
Travel Diaryska
selamatkan dharma 🤣
Travel Diaryska
up, semangat author ✨
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!