Tidak pernah terbayangkan sebelumnya oleh
seorang Evanindhia Sashikirana..bahwa pengkhianatan yang di lakukan oleh kekasih nya bersama adiknya sendiri telah memaksa dirinya
untuk menjauh dari hingar bingar kehidupan
glamor kota metropolitan.
Dia memutuskan untuk mengisolasi dirinya ke
sebuah kota kecil yang ternyata keadaan di dalam
nya sangat lah di luar dugaan. Kehidupan liar dan
ekstrim harus dia lalui di sana yang bahkan tidak
pernah terlintas sedikitpun kalau dia akan masuk
dan mengalaminya sendiri.
Dia adalah seorang gadis kota dengan segala
pesona luar biasa yang di milikinya hingga di
setiap kemunculannya akan langsung menyihir
dan membius mata semua orang yang selama
hidupnya belum pernah melihat mahluk cantik
seperti dirinya.
Bagaimanakah Kiran akan dapat menjalani
kehidupan liar nya di kota kecil yang tidak di
kenal nya sama sekali.? Akankah dia menyesali
semua keputusan nya yang telah membawa
dirinya ke dalam kesulitan.??
** Ambilah hikmah yang terkandung di balik
setiap peristiwa **
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Calon Tunangan
***********
Agra menatap tenang wajah Kiran, mengelus pipi
putih mulusnya sebentar.
"Lanjutkan makan siang mu. Aku akan menemui
orang dulu di luar.!"
"Siapa Mikhayla.? apa dia kekasihmu.?"
"Kau mengenal Mikhayla Alexandria.?"
Kiran tampak terkejut sesaat, tatapan nya kini
semakin menghujam wajah tampan Agra. Sorot
matanya terlihat tidak nyaman, ada hawa panas
yang kini mulai merayap memenuhi dadanya.
"Apa wanita itu punya hubungan dengan mu.?"
Tanya Kiran setengah ragu. Rasanya itu tidak
mungkin.! tapi bisa juga sih melihat keadaan
fisik Agra yang sangat berbeda dari orang
kebanyakan.
"Kau cemburu padanya.?"
Senyum tipis tertahan di bibir Agra melihat raut
wajah cantik Kiran yang terlihat sedikit gusar.
"Tidak ! buat apa aku cemburu padanya, kau
juga tidak mungkin punya hubungan dengan
nya kan.?
"Tentu saja tidak ! tapi aku punya urusan dengan
nya yang harus segera di selesaikan !"
Desis Agra sambil kemudian berdiri, menatap
sekilas kearah Kiran yang juga sedang menatap
nya berat.
"Tunggu di sini..! Aku hanya akan sebentar.!"
Agra meyakinkan sambil kemudian melangkah
pergi di iringi tatapan tidak nyaman Kiran. Ada
rasa penasaran yang kini memenuhi dadanya.
Ada urusan apa Agra dengan pemilik salah satu
brand kosmetik internasional yang sangat
terkenal itu, apa Agra pernah bekerja padanya,
atau pernah jadi pengawal pribadinya.?
Sementara Agra saat ini masuk ke dalam ruang
VVIP sebelah. Kedatangan nya di sambut oleh
seorang wanita yang memilki rupa teramat cantik.
Tidak ada yang bisa di komentari dari seluruh
penampilan nya. Sangat elegan dan berkelas
dengan kesempurnaan wajah dan tubuh yang
tiada banding. Senyumnya begitu memikat, bisa
melumpuhkan saraf urat malu setiap laki-laki
yang melihatnya.
Namun semua daya tarik maha daya itu rupanya
tidak mampu menarik perhatian seorang Agra.
Laki-laki itu tampak menatapnya datar tanpa
minat. Dan hal itulah yang membuat wanita ini
begitu memuja sosok Bimantara Agra Bintang.
Mikhayla Alexandria..dia adalah seorang model
kelas dunia, pemenang ajang kecantikan yang
mengutamakan kesempurnaan bentuk wajah
serta keindahan kulit tubuh. Dia adalah ratu
kecantikan sekaligus pengusaha muda sukses
pemilik brand kecantikan ternama berkelas internasional.
Mikhayla tampak menatap senang kearah Agra
yang hari ini berpenampilan santai, di matanya
apapun yang menempel di tubuh gagah laki-laki
itu selalu menarik hatinya hingga terkadang
membuat dia melupakan harga diri serta nama besarnya sebagai seorang ratu kecantikan serta pengusaha muda terkenal berkelas dunia.
"Tuan Bimantara..senang sekali bisa berjumpa
denganmu di tempat ini."
Sambut nya sambil menundukkan kepala sedikit
dengan gestur tubuh yang sangat luwes serta
anggun. Agra menatap datar wajah Mikhayla
sambil kemudian duduk tenang dengan gaya
khas nya yang terlihat begitu elegan. Tampilan
nya sebagai seorang keturunan bangsawan
yang paripurna keluar saat ini.
"Ada perlu apa Nona Mikhayla.. kebetulan saya
sedang tidak punya banyak waktu saat ini.!"
Tanya Agra acuh dengan wajah tanpa ekspresi.
Mikhayla tersenyum lembut, tatapannya tercurah
seluruhnya pada wajah datar Agra yang semakin
terlihat menggemaskan di mata wanita itu.
"Kebetulan saya baru saja selesai mengadakan
pertemuan dengan klien penting di sini, apa
anda mau menemani saya makan siang.?"
Jawab Mikhayla dengan suara lembutnya yang
begitu menggoda. Agra menatap acuh wajah
super cantik gadis itu yang terlihat penuh harap.
Mereka masih berbicara dengan bahasa formal
untuk menjaga attitude dan kesopanan sebagai
sesama pengusaha ternama.
"Maaf sekali..tapi saya sudah makan.!"
"Baiklah.. asal anda mau menemaniku duduk
juga tidak apa-apa, bagiku itu sudah cukup."
"Sepertinya itu pun tidak bisa saya lakukan
Nona Mikhayla..saya masih banyak urusan..!"
"Please..Hanya sebentar saja Tuan Agra..!"
"Tapi urusanku lebih penting daripada sekedar
menemani mu makan siang Nona Mikhayla..!"
Wajah Mikhayla tampak mulai memerah tidak
terima dengan sikap dingin Agra yang di nilai
nya sudah sangat keterlaluan. Setiap bertemu
laki-laki itu tidak pernah memberinya respon
positif sekali pun.
"Aku mohon Agra.. jangan bersikap dingin seperti
ini padaku.! sebentar lagi kita akan bertunangan,
apa sikapmu akan seperti ini terus? sebenarnya
apa kurangnya diriku di matamu.?"
Lirih Mikhayla dengan suara yang terdengar
berat dan sedikit tertekan karena rasa kecewa
kini mulai menguasai dirinya. Agra menatap
tajam wajah Mikayla tanpa simpati sedikit pun.
"Aku sedang tidak ada waktu ! kalau sudah
tidak ada yang akan kita bahas aku akan pergi sekarang.!"
"Aku mohon temani aku makan siang, hanya
sebentar saja !"
"Aku benar-benar sedang tidak ada waktu.!"
Agra berdiri merapihkan jaket nya, memakai
kembali topinya. Mikhayla buru-buru ikut berdiri
kemudian mendekat kearah Agra, memegang
tangan laki-laki itu dengan kuat.
"Agra..apa kamu tega membiarkan aku makan
siang sendiri di sini..!"
Rajuk nya dengan tatapan mata redup memelas
menggoda. Tapi Agra tampaknya tidak peduli
sama sekali, dia segera melepas pegangan
tangan gadis itu yang langsung kecewa.
Raut wajahnya berubah mendung.
"Kau bersama dengan semua orang mu,
kurasa itu sudah cukup !"
Ujar Agra sambil melihat sekilas kearah barisan
sekretaris serta asisten pribadi gadis itu. Setelah
itu dia melangkah tenang. Mikhayla hanya bisa
menatapnya geram menahan kekecewaan yang
kini seakan menelan dirinya bulat-bulat.
Agra segera kembali ke ruangan tempat Kiran
berada. Gadis itu tampak sedang bersiap diri
untuk pergi. Agra menautkan alisnya heran.
"Kenapa buru-buru ? kau sudah menyelesaikan
makan siang mu.?"
Kiran menatap sebentar kearah Agra dengan
sedikit rasa kesal.
"Apa kau tahu sudah membuat ku menunggu?
kapan kita akan bicara kalau begini caranya.!"
Ketus Kiran sambil merapikan alat sholat nya
karena saat Agra keluar tadi dia langsung pergi
ke mushola untuk menjalankan ibadah sholat
dhuhur.
"Kita akan bicara sekarang..!"
"Ini jam berapa Tuan.. pertemuan ku akan
berlangsung 20 menit lagi dan pertemuan ini
sangat penting bagi kelangsungan perusahaan ku.!"
"Baiklah.. kalau begitu ayo kita berangkat
sekarang ke tempat pertemuan mu.!"
"Aku akan berangkat sendiri.!"
"Tidak.! sekarang aku adalah supir pribadimu, sekaligus pengawalmu.!"
Kiran menatap jengah wajah Agra yang terlihat
tersenyum tipis penuh arti.
"Tentunya sebagai suami mu juga Nona Kiran.."
Bisik Agra sambil mendekatkan wajahnya.
Pipi Kiran bersemu merah, dia melengoskan
wajahnya yang tersipu malu.
"Memang nya kamu tidak ada pekerjaan lain
selain mengikuti ku.?"
"Menjadi pengawalmu adalah pekerjaanku
Nona..Dimana pertemuan nya.?"
"Di hotel Star Light.."
Agra tampak merenung sebentar seperti berpikir
sesuatu, Kiran berdiri kemudian menatap Agra.
"Apa ada sesuatu yang tidak beres.?"
"Tidak ada, ayo kita berangkat..!"
Sahut Agra sambil menarik tangan Kiran di bawa melangkah keluar dari ruangan itu yang masih menyisakan banyak makanan di meja.
"Berikan semua makanan di dalam pada orang
orang yang ada di pinggiran.!"
Titah Agra pada manager restauran saat dia baru
saja keluar dari ruangan.
"Baik Tuan..akan kami laksanakan secepatnya."
Sambut sang manager. Kiran menatap diam
kearah Agra. Keduanya kembali melangkah
menuju lift khusus, Agra menggengam kuat
tangan Kiran seakan takut terlepas. Keduanya
tidak sadar ada sepasang mata yang saat ini
sedang menatap mereka dengan pandangan
panas terbakar api cemburu yang sangat besar.
------ ------
Agra sengaja menghentikan mobil mewahnya
di depan lobby hotel. Dua orang security dengan
sigap langsung mendekat menyambut mereka.
Pintu mobil terbuka otomatis, Agra merapihkan
kembali topinya hingga lebih menutup wajah
nya, namun rupanya para security itu tetap bisa
mengenali dirinya. Mereka terlihat terkejut saat
melihat siapa yang keluar dari dalam mobil.
"Selamat siang Tuan.."
Sambut mereka membungkuk dalam, tidak
berani lagi mengangkat wajahnya. Kiran hanya
bisa terdiam melihat perlakuan para security
dan penjaga di sana. Apa hanya karena sebuah
mobil mewah mereka bersikap berlebihan
seperti ini.? Sungguh..dunia memang ajaib.!
"Pindahkan ke private parking.!"
Titah Agra sambil melempar kunci mobil pada
seorang petugas vallet parking yang langsung membungkuk hormat padanya.
"Baik Tuan.."
Agra segera menggenggam tangan Kiran di
bawa masuk ke dalam lobby hotel.
"Kenapa kamu harus menyembunyikan wajahmu
segala.? ini kan di dalam ruangan Agra.."
Protes Kiran saat mereka berjalan masuk. Agra
langsung menghentikan langkahnya, keduanya
saling pandang sesaat.
"Ohh..jadi kamu mau kalau suamimu ini jadi
pusat perhatian semua orang.?"
Kiran berdecak gerah mendengar ucapan Agra
yang terkesan terlalu percaya diri.
"Kau pikir dirimu selebritis Tuan.."
"Apa kau mau bukti Nona Kiran..?"
"Coba saja..aku ingin melihat sampai dimana
rasa percaya dirimu akan kau buktikan.!"
Tantang Kiran dengan senyum meremehkan.
Agra menggeleng pelan seraya mengulum
senyum nya. Dia merapihkan letak topinya
hingga kini wajahnya bisa terlihat lebih jelas.
Namun kacamata tetap di pakainya.
Mereka kembali berjalan menuju ke dalam
ruang utama lobby hotel super mewah milik
keluarga Hadiningrat itu. Saat tiba di ruang
utama barisan resepsionis juga para penjaga
dan security yang ada di sana tampak terkejut
dan gelagapan melihat kedatangan Agra yang
mendadak. Mereka langsung berbaris rapih di
depan meja resepsionis.
"Selamat siang Tuan.. Selamat datang..!"
Sambut mereka serempak sambil membungkuk
dalam, tidak ada lagi yang berani mengangkat
mukanya. Dari ruangan sebelah muncul seorang
pria berpakaian sangat rapi, dia tampak terkejut
bukan main saat melihat kemunculan Agra. Pria
itu segera berlari kemudian berdiri di hadapan
Agra sambil membungkuk.
"Selamat siang Tuan..maaf saya tidak tahu
kalau anda akan berkunjung kesini.!"
Sambut pria itu yang sepertinya manager hotel
ini, suaranya terdengar begitu gugup. Kiran
hanya bisa melongo tidak percaya dengan apa
yang kini di lihatnya. Kenapa mereka semua
harus bersikap berlebihan seperti ini.? benar-
benar aneh.!
"Hemm..bawa kami ke ruang pertemuan
golden room..!"
Sahut Agra acuh, manager hotel itu tampak
tertegun sesaat. Apa Tuan nya ada pertemuan
di hotel ini.? tapi setahu dia tidak ada klien
yang cukup istimewa hari ini .
"Apalagi yang kau tunggu.?"
"Ohh..maaf Tuan, mari saya antarkan.!"
Sang manager tambah gugup, dia mengulurkan
tangannya sambil berjalan membimbing mereka.
Agra kembali menggenggam tangan Kiran yang
masih di liputi oleh keheranan. Para resepsionis
dan penjaga memberanikan diri mencuri pandang kearah kepergian Agra, siapa wanita cantik yang bersama dengan Tuan muda mereka itu.?
Sepanjang ruangan dan koridor yang di lalui,
semua pegawai hotel yang kebetulan berpapasan dengan mereka tampak langsung membungkuk hormat kearah Agra dan Kiran. Berdiri mematung
di sisi ruangan, tidak berani beranjak sampai
sosok Agra benar-benar tidak terlihat lagi.
"Kau lihat hasilnya Nona Kiran..?"
Bisik Agra di telinga Kiran yang menghentikan
langkah nya, keduanya saling pandang. Tangan
Kiran bergerak meraih topi Agra, menarik nya
kembali lebih dalam menyembunyikan wajah
tampan suaminya itu.
"Baiklah.. sepertinya sekarang kau yang harus
menyembunyikan wajahmu.."
Lirihnya dengan senyum tertahan. Agra juga
tersenyum tipis, manager hotel hanya bisa
terdiam menunduk dengan seribu tanda tanya
yang bersarang di kepalanya melihat kedekatan
Tuan Muda Hadiningrat dengan wanita cantik
yang saat ini bersamanya.
"Mungkin aku terlalu menarik di mata mereka.!"
Desis Agra sambil sekilas mengecup bibir Kiran
yang melebarkan matanya kaget seraya memukul
pelan lengan Agra yang terlihat acuh, menarik
kembali tangan Kiran melanjutkan langkahnya.
Wajah Kiran saat ini sudah semerah tomat.
Dasar suami mesum.!!
Sampai di ruang pertemuan Lia tampak sudah
ada di sana, dia segera menyambut Kiran, tidak
lupa menyempatkan diri menatap senang kearah
Agra yang berjalan tenang di samping Kiran.
"Mari Bu.. klien kita sudah menunggu di dalam."
Lia membimbing langkah Kiran menuju sofa
yang ada di pojok ruangan. Di tempat itu ada 3
buah ruang private yang terhalang dinding kaca
antara satu ruangan dengan ruangan lainnya.
Klien Kiran langsung berdiri menyambut nya.
Namun wajahnya berubah pias saat melihat
kemunculan Agra bersama dengan Kiran.
Matanya tampak menatap ragu kearah Agra
yang terlihat acuh dan hanya mengibaskan
tangannya sedikit memberi isyarat. Pria 40
tahun itu mengangguk pelan sambil berusaha
untuk menenangkan dirinya padahal lututnya
saat ini terasa gemetar.
"Nona Kiran.. senang bertemu dengan anda !"
Kiran tersenyum tenang seraya mengatupkan
kedua tangan nya di dada.
"Maaf saya datang terlambat Tuan Ardan."
"Tidak apa-apa Nona.. silahkan..!"
Keduanya langsung duduk berhadapan. Agra
duduk tumpang kaki dengan gaya elegan nya
di samping Kiran yang merasa agak risih
dengan cara duduk Agra yang terkesan sedikit
arogan di hadapan kliennya itu.
"Apa kau bisa duduk lebih normal sedikit.?"
Bisik Kiran sambil melirik sekilas kearah Agra
dengan suara sedikit di tekan. Agra mengulum
senyumnya, namun pura-pura tidak mengerti.
"Apa maksudmu.? apa cara dudukku kurang
sopan ?"
Sanggah Agra dengan tampang cueknya. Kiran
mengetatkan rahang nya, Duuh..suamiku..jiwa
mu boleh lah preman tapi setidaknya janganlah
bersikap angkuh dan arogan begini di depan
klien nya, Kiran merutuki Agra dalam hatinya.
Bagaimana kalau klien nya ini tersinggung.?
"Aku mohon.. turunkan kakimu Tuan Agra..!"
Desis Kiran seraya menekan lutut Agra yang
semakin menahan senyumnya. Wajah kesal
dan jutek Kiran membuat Agra gemas sendiri.
Dia menghembuskan napas nya kasar.
Ponselnya tiba-tiba berdering, dengan santai
nya Agra mengangkat telepon tanpa berbicara
sedikitpun, dia hanya mendengarkan suara
di sebrang sana. Tidak lama kemudian dia
mengakhirinya lalu berpaling pada Kiran seraya
mengelus lembut rambut nya yang terikat manis.
"Baiklah..kalau begitu sebaiknya aku pergi saja
dari sini. Kau lanjutkan pembicaraan nya.!"
Agra menurunkan kakinya, lalu merapihkan
jaketnya. Kiran menatap bingung kearah Agra.
Sedang klien nya dari tadi hanya bisa terdiam,
tidak berani mengangkat mukanya sedikit pun,
begitu juga dengan asisten nya. Mereka berdua tampak menunduk dalam, menyaksikan interaksi antara kedua orang yang ada di hadapan mereka dengan keterkejutan luar biasa melihat sikap
berani Kiran terhadap Tuan Agra nya mereka.
"Kau mau kemana.? ada urusan apa.?"
Kiran malah lebih fokus pada suaminya itu
hingga melupakan kehadiran kliennya. Agra
menatap tenang wajah Kiran.
"Aku ada urusan sedikit, setelah urusanmu
selesai kita bertemu di privat parking.! Tuan
Ardan pastikan semua nya berjalan lancar.!"
Agra menatap tajam wajah klien Kiran yang
sontak mengangguk mengerti.
"Saya akan pastikan semuanya sesuai dengan
yang di inginkan Nona Kiran Tuan..!"
"Agra..apa-apaan ini, mereka adalah klienku.
Jangan bersikap tidak sopan begini.!"
Kiran tampak semakin kesal sekaligus tidak enak
pada kliennya. Agra hanya tersenyum tipis, tanpa
di duga dia mengecup lembut kening Kiran, lalu
dengan acuhnya bangkit berdiri kemudian
melangkah tenang keluar ruangan.
Lia hanya bisa bengong melihat apa yang terjadi
di hadapannya itu. Sementara bagi Kiran rasanya
saat ini sudah tidak bermuka lagi. Agraa...!!
"Baiklah Nona Kiran.. sebaiknya kita mulai saja
pembicaraan nya. !"
Ardan memecah kecanggungan membuat Kiran
kembali pada kesadarannya.
"Anda benar Tuan Ardan..maafkan saya atas
semua ketidaknyamanan ini..!"
"Tidak apa Nona.."
Sahut Ardan walaupun di hatinya masih tersisa
segudang rasa penasaran akan hubungan Kiran
dengan Bos Besar Bintang Group tempat
perusahaan nya bernaung itu.
Akhirnya pembicaraan pun di mulai, dan Ardan
langsung menandatangi kontrak kerjasama nya
dengan pihak perusahaan ZM Company tanpa
banyak basa-basi..
***********