Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hampir Ketahuan
Mandala tertidur amat pulas sampai alarm Hp yang Ia pasang semalam berbunyi. Tangan Mandala meraba nakas dan mematikan alarm yang mengganggu tidurnya tanpa membuka matanya. Sudah biasa Ia lakukan hal seperti itu.
Ia masih mau tidur lagi. Udara sangat dingin menusuk hingga tulang. Ia mempererat pelukannya pada guling hidup di dekapannya. Memeluk Kinara memang paling enak, apalagi Kinara ganti shampoo dan parfum.
"Tunggu, Kinara enggak pernah ganti shampoo dan parfum. Wangi Kinara enggak pernah seperti ini. Wangi ini amat beda. Manis dan sepertinya aku pernah mencium wangi ini sebelumnya." batin Mandala.
Tak mau menerka-nerka, Mandala pun membuka matanya. Mendapati wanita yang berada dalam pelukannya bukanlah Kinara, melainkan Jenaka. Mandala terkejut dan mencoba mengingat kejadian semalam.
Ya, semalam Jenaka menginap di kamarnya. Ia yang awalnya tertidur di sofa memutuskan pindah ke atas kasur dan memeluk erat Jenaka agar tidurnya tidak rusuh.
Mandala melonggarkan pelukannya namun si anak nakal ini malah memeluknya makin erat. Membuat Mandala tak bisa berbuat sesuatu. Pasrah.
Mandala menatap wajah tidur Jenaka yang tenang dan damai. Cantik dan alami. Tak ada sapuan make up.Tak ada senyum centil yang selalu tebar pesona pada dirinya. Polos, namun tetap saja terlihat seksi.
Seksi?
Mandala jadi teringat saat Jenaka memakai kostum Sailormoon semalam. Kostum yang ketat menutupi tubuhnya hingga menampilkan liukan yang membuat siapapun setuju kalau Jenaka memang seksi dan cantik. Rambutnya yang dicat warna gold kini sudah hitam kembali, pakai cat semprot rupanya.
Jenaka memang layak memenangkan perlombaan. Saat menjadi juri semalan, para manager dan direktur yang hadir banyak yang memuji Jenaka. Bahkan menanyakan siapa dirinya, membuat Mandala tersulut rasa kesal namun sekuat mungkin menahannya. Menyembunyikannya dari siapapun.
Setiap melihat Jenaka, Mandala seakan mengalami dejavu. Ia seperti pernah melihatnya tapi dimana? Saat di sekolah Mandala tak pernah memperhatikan Jenaka. Terlalu banyak cewek yang mencari perhatian padanya sampai Ia sama sekali tak memperdulikannya lagi. Lalu dimana Ia pernah melihat Jenaka sebelumnya?
Pagi hari, dipeluk cewek, pikiran liar mulai melintas benaknya. Cewek seksi yang selalu diidolakan anak buahnya kini berada dalam pelukannya. Apa reaksi yang timbul?
Sudah jelas ada yang terbangun namun bukan motivasi. Ada yang berdiri tegak namun bukan monumen monas. Ya, hasrat lelakinya mulai terbangun. Tak tahukah Jenaka, kalau di pagi hari adalah waktu yang amat krusial bagi seorang laki-laki?
Jenaka... Lagi-lagi Jenaka.
Tanpa melakukan apa-apa Jenaka berhasil menggoda Mandala. Berhasil merobohkan benteng gengsi penuh ego miliknya. Selain Kinara, hanya Jenaka yang mampu melakukannya.
Pelukan Jenaka makin erat. Jarak diantara mereka semakin tak ada. Menempel dengan erat. Pikiran mesum mulai melintasi otak laki-laki Mandala.
"Hmm.... Kalau pegang boleh kali ya? Udah halal ini!" bisik hati Mandala.
"Tapi kalau bangun gimana?" debat sisi lain Mandala.
"Apa pura-pura tidur aja ya? Pura-pura mengigau agar bisa pegang-pegang?" jawab sisi Mandala yang satu lagi.
Bagai perang batin dalam diri Mandala. Setelah berdebat sendiri akhirnya Mandala memilih untuk memegang tubuh Jenaka.
Bagian apa yang akan Mandala pegang?
Ya, bagian yang paling ingin Mandala pegang saat kejadian di kamar mandi. Saat handuk Jenaka melorot dan dua buah dada sintal dan kenyalnya dilihat oleh Mandala. Gundukan padat berisi yang amat ranum untuk dipegang.
Mandala sudah membayangkan memegangnya sejak saat itu. Sebisa mungkin Mandala melupakan bayangan menggiurkan tersebut dengan melampiaskannya pada Kinara, gagal dan malah membuatnya semakin penasaran saja.
Mandala menyerah untuk menahan hasratnya lagi, Ia pun mulai meraba Jenaka. Mandala memegang hal yang selama ini suka membayanginya. Kenyal. Padat. Ranum.
Namun rasanya masih kurang. Ia ingin memegang langsung. Tidak terhalang pakaian seperti saat ini. Lagi-lagi dirinya menuntut lebih.
Adik kecil Mandala terus berdiri tegang karena kakaknya semakin berpikir mesum. Adiknya tak mau kompromi, sekali maju pantang mundur.
Mandala pun mulai menyusupkan tangannya ke dalam baju tidur Jenaka. Sedikit lagi. Sedikit lagi Ia akan bisa memegang langsung benda kenyal itu.
Namun....
"Hoamm!" Jenaka menguap. Jenaka meregangkan tangannya. Secepat kilat Mandala mengeluarkan tangannya dari baju Jenaka. Untung saja belum masuk semua, masih di ujung. Mandala pura-pura tertidur pulas.
"Selamat pagi Suamiku Sayang!" sapa Jenaka.
Mandala masih pura-pura tertidur. Ia akan bangun saat Jenaka sudah bangun dari tempat tidur. Namun Mandala merasakan sesuatu.
Sebuah kecupan kecil mendarat di bibirnya. Mandala reflek membuka mata untuk mengetahui apa yang terjadi.
Jenaka yang ketahuan mencuri ciuman Mandala untuk kedua kalinya terbelalak kaget mendapati mata Mandala sedang menatapnya. Jenaka pikir Ia akan aman mencuri cium seperti tadi, namun pemilik bibir nan menggiurkan itu ternyata terbangun. Jenaka harus memutar otak mencari jawaban apa yang akan Ia berikan. Mengucap selamat pagi lebih dulu kayaknya lebih baik.
"Pagi, Kak!" ucap Jenaka setelah memundurkan tubuhnya dengan reflek.
"Kamu ngapain?" Mandala hendak mencecar Jenaka. Mandala tak mau mengakui kalau tadi tangannya hampir masuk ke dalam baju Jenaka. Ia harus membalikkan keadaan, agar Ia tidak ketahuan.
"Eng... Enggak, Kak. Pas aku lagi ngeliat ke atas ternyata malah hampir-" Mandala memotong ucapan Jenaka sebelum Jenaka menyelesaikannya, seperti biasa.
"Cepetan bangun! Balik ke dalam kamar! Jangan sampai ada yang melihat!" ucap Mandala dengan dingin.
"Hmm... Nanti dulu dong, Kak! Masih pagi. Gelap lagi. Aku kan takut." Jenaka mengulur waktu agar lebih lama lagi berada dalam pelukan Mandala.
"Udah pagi, Jen! Masa sih masih gelap?" Mandala melihat jendela dan memang masih agak gelap. Ia tak tega juga membiarkan Jenaka keluar kamarnya dalam keadaan seperti itu. "Ya udah, nanti saat udah agak terang baru kamu keluar!"
"Makasih. Kak Mandala baik banget." bak mendapat lampu merah, Jenaka kembali memeluk Mandala makin erat.
"Heh, mau ngapain kamu Jen?" Mandala mulai risih. Bukan apa-apa, Ia sedang menahan diri agar tidak memangsa ikan yang ngusel-ngusel pada kucing garong ini. Tapi ikannya bukan sadar malah makin memancing terus.
"Peluk doang, Kak. Masa sih enggak boleh?" tanya Jenaka tanpa dosa.
"Gerah!"
"Ih Kakak bohong! Dingin banget malah udaranya, bikin aku mau peluk Kakak terus!" goda Jenaka.
"Jauhan ah, Jen!" Mandala semakin sulit menahan hasrat yang menggelora dalam dirinya.
"Aku bakalan jauhan kalo Kakak cium aku!" Jenaka sengaja mengulur waktu. Saat Jenaka memeluk Mandala, Ia bisa merasakan kalau adik Mandala terbangun. Ia semakin tertantang untuk menggoda suaminya tersebut. Melemahkan iman Mandala yang hanya mencintai Kinara seorang.
"Enggak! Udah ah aku mau pipis!" Mandala bergegas ke kamar mandi. Meninggalkan Jenaka yang tertawa cekikikan melihatnya.
*****
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak