NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM RATU MAFIA

BALAS DENDAM RATU MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / CEO / Bullying dan Balas Dendam / Mafia / Balas dendam pengganti
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Ketika Violetta Quinn, saudari kembar yang lembut dan penurut, ditemukan tak sadarkan diri akibat percobaan bunuh diri, Victoria Thompson tak bisa menerima kenyataan itu begitu saja. Tidak ada yang tahu alasan di balik keputusasaan Violetta, hanya satu kenangan samar dari sang ibu: malam sebelum tragedi, Violetta pulang kerja sambil menangis dan berkata bahwa ia 'Tidak sanggup lagi'.

Didorong rasa bersalah dan amarah, Victoria memutuskan untuk menyamar menggantikan Violetta di tempat kerjanya. Namun pencarian kebenaran itu justru membawanya ke dalam dunia gelap yang selama ini Victoria pimpin sendiri; Black Viper. Jaringan mafia yang terkenal kejam.

Di sanalah Victoria berhadapan dengan Julius Lemington, pemilik perusahaan yang ternyata klien tetap sindikat Victoria. Tapi ketika Julius mulai mencurigai identitas Victoria, permainan berbahaya pun dimulai.

Victoria masuk dalam obsesi Julius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18. MENGUASAI PERMAINAN

Victoria, yang pagi ini kembali berperan sebagai Violetta, datang lebih awal dari siapa pun. Ia sengaja tiba sebelum karyawan lain muncul karena mengambil hari libur kemarin dengan alasan sakit. Dalam diam, ia melangkah menuju meja kerjanya di divisi marketing.

Namun langkahnya berhenti. Alisnya terangkat tinggi.

Mejanya ... penuh dengan sampah kertas.

Bukan hanya satu atau dua lembar, tapi bertumpuk seperti gunung kecil. Tisu bekas, plastik kopi, cangkir kertas yang masih tersisa bekas lipstik merah muda, semuanya disusun seenaknya di atas mejanya.

Victoria menatap pemandangan itu selama beberapa detik. Hening.

Lalu, ia tertawa pelan.

"Benar-benar seperti kelakuan anak sekolah," kata Victoria, nada suaranya sarat ejekan. "Bodoh."

Victoria tidak marah. Justru sebaliknya, ada sinar kecil di matanya, semacam kepuasan aneh melihat betapa mudahnya orang-orang di kantor ini terpancing dengan permainan sepele.

Victoria menarik kursi, duduk, lalu mengeluarkan ponsel dari tas. Jemarinya menekan layar dengan santai, menelpon satu nama yang hanya bisa dihubungi lewat saluran aman.

Nada sambung berbunyi dua kali sebelum suara berat dengan nada malas menjawab.

"Masih pagi, Victoria? Apa lagi yang ingin kau mainkan kali ini?" tanya Nero di seberang telepon.

"Nero," suara Victoria terdengar datar namun tajam, "masuk ke komputer karyawan marketing DeLuca. Hapus semua berkas mereka."

"Semua? Kau yakin?" Nero menahan tawa kecilnya.

"Semuanya, termasuk komputer Violetta," jawab Victoria tenang. "Berani sekali mereka bermain dengan seorang Victoria. Mereka memilih cara anak sekolah, aku akan bermain dengan cara yang membuat mereka menangis tanpa air mata."

Keheningan sejenak terdengar di seberang sana sebelum Nero tertawa kecil, rendah, nyaris seperti desahan.

"Kau belum berubah sedikit pun. Baiklah, aku akan mulai nanti, setelah ruangan ramai, supaya lebih ... dramatis. Pastikan kau back up isi komputermu dulu," kata Nero.

"Sempurna," sahut Victoria.

Victoria menutup telepon dengan senyum samar. Ia melepas jaketnya, menggulung lengan kemeja putih hingga siku, lalu mulai membersihkan mejanya dengan tenang. Satu per satu sampah dilemparkannya ke tong di sudut ruangan. Ia tidak perlu mencari tahu siapa pelakunya ... ia tahu betul siapa yang punya tangan kotor dan otak dangkal di ruangan ini.

Kelly Grason.

Nama itu muncul begitu saja di benaknya, bersama wajah palsu dengan senyum manis yang selalu Victoria anggap menjijikkan.

Waktu berlalu, dan perlahan-lahan karyawan lain mulai berdatangan. Suara sepatu, sapaan pagi, dan denting cangkir kopi mengisi udara. Victoria duduk tenang di mejanya, seolah tak ada apa-apa yang terjadi.

Sesekali pandangan Kelly melirik ke arah meja Victoria, mungkin berharap melihat gadis itu marah atau histeris. Tapi yang Kelly temukan hanya satu hal, senyum tenang dari 'Violetta'.

Itu saja sudah cukup membuat Kelly mengernyit kesal.

Sekitar setengah jam kemudian, Victoria menyalakan komputernya, memeriksa beberapa dokumen penting, lalu dengan tenang mem-backup seluruh data dan laporan kerja ke dalam flashdisk kecil berwarna perak yang ia simpan di saku.

Ia tahu Nero akan segera bergerak. Dan saat itu tiba, ia akan duduk manis menonton semuanya hancur.

Sebelum keluar ruangan, Kelly mendekat dengan nada pura-pura sopan.

"Violetta, kau mau ke mana pagi-pagi begini?" tanya Kelly.

Victoria menoleh, menampilkan senyum lembut ala Violetta yang polos. "Oh, aku mau ke ruangan Leon. Ada berkas yang perlu dia tanda tangani. Sekalian menyapanya."

"Jam segini?" Kelly menyipitkan mata, nada suaranya mulai terdengar sinis.

"Ya," jawab Victoria ringan. "Aku pikir akan lebih cepat kalau aku langsung memberikannya sebelum rapat dimulai."

Victoria lalu mengambil map biru dari meja, melangkah pergi dengan elegan, meninggalkan Kelly yang menatap punggungnya dengan tatapan penuh curiga dan kebencian.

Ruangan Leon Lemington berada di lantai atas; luas, mewah, dan penuh aroma kopi mahal. Saat pintu diketuk dan terbuka, Leon langsung mendongak dari balik mejanya, dan wajahnya berbinar terang begitu melihat sosok di ambang pintu.

"Violetta! Pagi sekali kamu datang," sapa Leon.

Sebelum Victoria sempat bereaksi, Leon sudah bangkit dan memeluk gadis itu dengan antusias.

Pelukan yang terlalu akrab. Terlalu panas.

Dan Victoria menahan diri sekuat tenaga agar tidak menampar pria itu saat itu juga.

Dalam pikirannya, bayangan tentang Leon bersama perempuan lain di ruangan ini masih segar. Ia tahu segalanya, ia tahu Leon, yang mengaku mencintai Violetta, tidur dengan Kelly di tempat yang sama ia berdiri sekarang.

"Aku hanya ingin menyerahkan berkas ini," ucap Victoria datar, melepaskan diri pelan.

Leon tersenyum, menatapnya dengan mata lembut. "Kau terlihat cantik pagi ini."

Victoria menelan kekesalan, lalu memutuskan untuk memainkan perannya. Ia mengambil napas dalam, menunduk, dan dengan nada sedih berkata,

"Leon, boleh aku bicara sesuatu?" Nada suara Victoria lembut, goyah, persis seperti Violetta yang lembut dan mudah tersentuh.

Leon mengernyit khawatir. "Ada apa?"

Victoria mulai berakting, air mata palsu sudah ia siapkan sejak dari bawah.

"Aku ... aku merasa akhir-akhir ini semua orang di kantor berubah. Mereka sering menggangguku. Kelly bahkan ... pagi ini menumpuk sampah di mejaku. Aku tidak tahu apa salahku," ujarnya dengan isakan.

Suara Victoria bergetar sempurna, tangannya memegang map seolah mencari pegangan.

Leon langsung mendekat, memeluknya lagi dengan lembut.

"Hei, jangan menangis. Aku akan urus semuanya. Aku janji, tidak ada yang boleh memperlakukanmu seperti itu," kata Leon.

"Aku hanya tidak mengerti," lanjut Victoria dengan nada sedih. "Aku tidak ingin membuat masalah, tapi rasanya mereka semua membenciku tanpa alasan."

Leon mengusap punggung sang gadis penuh simpati.

"Tenanglah, Sweetheart. Aku akan pastikan mereka berhenti mengganggumu. Aku tidak akan biarkan siapa pun menyakiti Violetta-ku," ucap Leon serius.

Dalam hati, Victoria tersenyum dingin.

Semudah itu?

Namun permainan belum selesai.

Ia mengangkat wajahnya, mata yang tampak berkaca-kaca menatap Leon dengan ragu.

"Leon, ada satu hal lagi."

"Apa?"

"Ada seseorang di kantor yang bilang dia melihatmu bersama Kelly di ruangan ini ...," suaranya mengecil, seperti takut dengan jawabannya sendiri. "dan kalian terlihat ... bermesraan. Apakah itu benar?"

Leon langsung terdiam.

Darahnya seperti naik ke kepala. Ia mencoba tertawa, tapi terdengar gugup.

"Itu ... itu tidak benar! Siapa yang bilang begitu? Aku tidak pernah melakukan hal seperti itu! Aku tidak mungkin melakukannya," kata Leon membela diri.

Victoria menunduk, memainkan ekspresi sakit hati yang begitu meyakinkan.

"Aku tidak tahu harus percaya apa ... tapi kalau itu benar, Leon, aku pikir aku ... aku tidak bisa lagi," ucap Victoria yang kembali menangis.

"Tidak!" seru Leon cepat, panik. "Violetta, dengarkan aku. Aku tidak akan melakukan hal seperti itu padamu! Aku mencintaimu! Aku bersumpah hanya kau yang aku inginkan."

Suara Victoria bergetar. "Kau yakin?"

Leon mengangguk berkali-kali. "Tentu saja! Aku akan buktikan. Aku akan buat semua orang tahu siapa yang penting bagiku. Aku janji! Jangan tinggalkan aku."

Victoria berpura-pura terkejut, menghapus air matanya. Victoria mendapatkan titik lemah Leon hanya dari mata yang pria ini ucapkan.

"Terima kasih, Leon ... kalau tidak ada kamu, mungkin aku sudah tidak kuat bekerja di sini. Kau memang pria terbaik," ucap Victoria. Ia mencondongkan diri sedikit, mencium pipi Leon dengan lembut.

Sebuah senjata kecil, tapi cukup untuk membuat Leon luluh sepenuhnya.

Dan tepat ketika Leon hendak mencium bibirnya kembali, suara berisik terdengar di luar.

Tok tok tok!

"Mr. Lemington! Sesuatu terjadi di ruang marketing! Semua komputer error!"

Leon segera menjauh, kesal karena momennya dengan sang kekasih diganggu.

"Apa?"

"Semua file hilang, Sir!"

Victoria menahan tawa yang hampir pecah di tenggorokannya.

Leon langsung berlari keluar ruangan, dan tentu saja, Victoria mengikutinya.

Ketika mereka tiba di ruang marketing, kekacauan sudah terjadi.

Suara panik, teriakan, dan bunyi keyboard ditekan tanpa henti memenuhi udara. Di layar-layar komputer, tampak pesan error bertuliskan;

Data corrupted. File not found.

Beberapa karyawan tampak hampir menangis.

"Laporan bulanan hilang!"

"Proposal presentasi-nya lenyap!"

"Semua data klien menghilang, Tuhan!"

Kelly berdiri di tengah-tengah ruangan, wajahnya pucat dan keringat menetes di pelipis.

"Tidak mungkin ... file rancangan penjualanku, semua laporan ... aku baru saja menyimpannya kemarin!"

Leon menatap layar komputer Kelly dengan bingung. "Apa yang terjadi di sini?!"

Kelly membanting mouse dengan frustrasi. "Aku tidak tahu, semua ini tiba-tiba!"

Di tengah kepanikan itu, Victoria bersandar santai pada pintu, menatap keributan di depan matanya dengan tatapan tenang. Ia menautkan tangan di dada, senyum kecil muncul di bibirnya.

Ketika Kelly akhirnya menyadari keberadaan Victoria, pandangan mereka bertemu.

Victoria hanya menggerakkan bibirnya perlahan, tanpa suara, dua kata yang jelas terbaca:

"Game Over, Bitch."

Wajah Kelly langsung memerah. Ia melangkah cepat ke arah Victoria, amarah memuncak.

"Kau!" serunya, sebelum menarik rambut Victoria dengan kasar. "Kau pasti yang melakukan ini!"

Suara teriakan membuat semua orang menoleh.

Leon refleks menarik Kelly menjauh, menamengi 'Violetta' dengan tubuhnya.

"Kelly! Apa-apaan ini?!" seru Leon marah.

"Dia!" Kelly menunjuk Victoria dengan mata liar. "Ini pasti ulahnya! Dia membenci kami, dia membenci aku!"

Victoria langsung berakting gemetar, menunduk, suara kecilnya terdengar seperti tangisan.

"Aku tidak tahu apa-apa ... aku bahkan tidak mengerti soal komputer, Leon ... bagaimana mungkin aku melakukan hal seperti ini?" ucap Victoria. Ia memegang lengan Leon seolah mencari perlindungan.

"Aku cuma karyawan biasa. Aku bukan anak IT. Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi," lanjut Victoria.

Beberapa rekan kerja mulai saling berbisik, pandangan mereka bergeser dari Kelly ke Victoria.

"Violetta benar, bagaimana mungkin dia mengerti tentang komputer. Lagi pula sejak tadi dia ada di ruanganku, jadi bagaimana dia melakukannya?" bela Leon.

Victoria mengangkat wajahnya, menatap Kelly dengan air mata di sudut mata.

"Kenapa, Kelly? Aku pikir kita teman ... sahabat baik. Tapi kenapa kau menuduh aku seperti ini? Apa kau diam-diam membenciku?" ujar Victoria. Kata-katanya seperti racun halus.

Dan racun itu menyebar cepat.

Karyawan lain mulai berbisik, beberapa memandang Kelly dengan tatapan tidak percaya.

Kelly semakin gelisah. "Itu bohong! Dia memutarbalikkan semuanya!"

Kelly melangkah maju, hendak menampar Victoria, tapi Leon lebih cepat menahan tangannya.

"Cukup!" seru Leon keras. "Kau tidak profesional, Miss. Grason. Ini tempat kerja, bukan taman bermain!"

"Tapi-"

"Tidak ada tapi!" suara Leon tajam. "Violetta adalah kekasihku. Dan aku tidak akan biarkan siapa pun, termasuk kau, bersikap tidak hormat padanya!"

Ruangan hening seketika.

Semua mata kini tertuju pada Kelly, wanita yang selama ini dikenal ramah dan baik, kini terlihat seperti pecundang yang tertangkap basah.

Leon menghela napas berat, lalu menarik Victoria menjauh dari kerumunan.

"Kau tak apa-apa, Sweetheart?"

Victoria mengangguk lemah.

Leon mengelus rambut sang gadis lembut. "Tenang. Aku yang akan urus semuanya. Kelly akan mendapat pelajaran."

Sebelum meninggalkan ruangan, Leon menatap Kelly dengan dingin.

"Satu kata lagi keluar dari mulutmu, Grason, dan aku pastikan kau tidak lagi bekerja di sini."

Kelly terdiam, wajahnya memerah antara marah dan malu.

Saat mereka keluar dari ruangan, Victoria menoleh sekilas ke belakang. Ia melihat semua orang masih menatap Kelly, beberapa dengan iba, sebagian besar dengan rasa muak.

Dan di sudut bibir Victoria, senyum kecil muncul. Tenang, lembut, tapi mematikan.

Langkahnya ringan menyusuri koridor, sepatu haknya berdetak seperti irama kemenangan.

Di ujung lorong, ia menyandarkan diri di dinding, menatap keluar jendela besar yang menampilkan langit biru cerah.

Ia menekan tombol di ponselnya, mengirim satu pesan singkat pada Nero:

'Sempurna. Efek domino berjalan lancar. Good job, Nero.'

Ia menyimpan ponselnya, menatap jauh ke luar gedung, lalu bergumam, "Begini caranya seorang Victoria bermain."

Hari itu, kabar kekacauan ruang marketing menyebar cepat ke seluruh kantor. Beberapa orang berusaha memerbaiki sistem, sebagian lain sibuk menghindari Kelly. Leon mengurung diri di ruangannya bersama Victoria, memeriksa laporan dan menenangkan 'Violetta' dengan perhatian berlebih, persis seperti yang diharapkan Victoria.

Setiap langkahnya, setiap lirikan mata, setiap kata lembut yang Victoria ucapkan, semuanya adalah bagian dari rencana.

Ia tahu satu hal pasti: tidak ada yang bisa mengalahkan perempuan yang tahu cara membalas dengan kepala dingin dan senyum di wajahnya.

Di sore hari, ketika suasana kantor masih riuh, Victoria keluar dari ruangan Leon. Ia melangkah menuju lift dengan langkah ringan, flashdisk kecil masih tersimpan di saku.

Victoria tertawa puas.

1
Miss Typo
awas Julius nanti ditelan Victoria hidup² 🤣
makin seru Victoria luar biasa mendalami peran nya hehe
semoga rencana Julius dan Victoria berhasil
Miss Typo
semangat Victoria kamu pasti bisa 💪
semangat juga thor 💪
Archiemorarty: Siapp 🥰
total 1 replies
Miss Typo
good Victoria
Miss Typo
bisakah Victoria bebas dari Sean yg gila itu, dan kapan waktunya kalau menang bisa?
Sean obsesi bgt ke Victoria
Ima Ima wulandari
Bagus banget
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
wah ternyata Victoria lebih licin dari belut y thor🤣🤣🤣🤣🤣
Archiemorarty: Ohh...tentu 🤭
total 1 replies
PengGeng EN SifHa
Q bacanya kok nyesek sampek ulu hati thooorr...

boleh nggak sih ku gempur itu retina si sean thooorr ??😡😡😡😡
Archiemorarty: Silahkan silahkan 🤣
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor
Archiemorarty: Siap kakak 🥰
total 1 replies
Miss Typo
hemm semuanya akan berakhir
LB
pada akhirnya mereka tetap lebih bodoh dibandingkan sikopet 😮‍💨
Archiemorarty: Hahahaha...
total 1 replies
Pawon Ana
kenapa para psikopat diberi otak genius sih...🤔😔
Archiemorarty: Karena dia jenius itu makanya jadi sikopet karena gx sesuai kehendak dia jadi cari cara biar bisa sesuai 😌
total 1 replies
Pawon Ana
percayalah jika kau masih bisa bersikap tenang dan berfikir bijak saat berhadapan dengan sumber trauma, itu luar biasa ✌️💪
Archiemorarty: Benarr setujuu 🤭
total 1 replies
Jelita S
lnjut thor😍😍
Archiemorarty: Siap kakak
total 1 replies
Miss Typo
badai baru di mulai dan kapan ya
badai pasti berlalu
Miss Typo
gmn cara menyingkirkan Sean? dan pasti tidak akan mudah dan Victoria semoga kamu bisa menghadapi Sean bersama Julius
Miss Typo: semangat
total 2 replies
Miss Typo
Victoria semangat-semangatnya balas perbuatan Kelly, eh orang yg membuatnya trauma muncul.
semangat Vivi, pelan-pelan pasti kamu bisa .
Julius selalu bantu Vivi biar dia kuat dan bisa menghadapi semuanya
Miss Typo: cemangat juga buat othor 💪
total 2 replies
Pawon Ana
hal yang sulit adalah ketika bertemu dengan seorang atau sesuatu yang pernah menjadi trauma
Archiemorarty: Bener itu...😌
total 6 replies
Jelita S
good job victoria🤣
Deyuni12
misi berlanjuuut
Pawon Ana
ini masih jauh dari jalan untuk menjangkau Sean 😔
Archiemorarty: Ndak juga 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!