"𝘽𝙧𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. 𝙗𝙚𝙣𝙜.. "
𝘼𝙙𝙪𝙝 𝙖𝙬𝙖𝙨... 𝙝𝙚𝙮𝙮𝙮... 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧.. 𝘼𝙡𝙖𝙢𝙖𝙠..
𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠𝙠...
Thalia putri Dewantara gadis cantik, imut, berhidung mancung, bibir tipis dan mata hazel, harus mengalami kecelakaan tunggal menabrak gerbang, di hari pertamanya masuk sekolah.
Bagaimana kesialan dan kebarbaran Thalia di sekolah barunya, bisakah dia mendapat sahabat, atau kekasih, yuk di simak kisahnya.
karya Triza cancer.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TriZa Cancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MOLY (SI JAGUAR)
Thalia kembali melajukan si Coki menuju masion Dewantara. Saat sampai gerbang Thalia melihat mang Toha si penjaga gerbang sedang menyeruput kopinya.
"Beeep.. Beeepp.. "
"Eh.. Copot.. Lontong loncat.. " Kaget Mang Toha di kelakson Thalia.
Dari dalam pos Mang Toha buru-buru melangkah menuju gerbang "Astaga Non mang kira tukang paket tadi, sampe kaget denger suara kelakson yang nyaring.. "
Thalia mendelik "Enak aja, masa cantik gini di kira tukang paket, Lia kan tukang ojeg..Mang!!" Absurd Thalia sambil berjalan menuju pintu Masion, sedangkan Mang Toha yang mendengar celetukan nonanya hanya bisa melongo.
"Selamat Sore mommy ku yang cantik jelita.. " Sapa ceria Thalia sambil memeluk leher Riana yang sedang duduk menonton televisi.
"Emmm... tumben anak mommy pulang, biasanya nginep di rumah Lily." Sindir Riana.
Thalia mendudukan dirinya ke sofa di samping Riana."Lia kan kangen mommy, daddy dan moly.. "Manja Thalia memeluk Riana. " Oh iya mom... Moly di kasih makan gak selama aku gak ada..? "
"Di kasih makan sama Daddy kamu, ya..walaupun daddy harus merasakan senam jantung tiap detik." Ucap Riana menatap Thalia yang tertawa kecil.
"Masa sih mom harus senam jantung, Moly kan baik, penurut, gak pernah nakal.. "
Riana mendesah panjang sambil menatap wajah anak gadisnya yang tampak polos tapi jelas menyimpan sejuta keisengan.“Lia… mommy tuh masih belum paham kenapa dari semua hewan lucu di dunia, kamu malah pilih jaguar buat dipelihara.”
Thalia menaruh tasnya di sofa, lalu duduk di samping Riana sambil menautkan kedua tangan di dagu.“Karena moly tuh kuat, cantik, galak, tapi kalau udah kenal sama orangnya bisa manja banget. Mirip siapa hayo?” godanya sambil mengedip nakal.
Riana memutar bola mata. “Mirip kamu, cuma bedanya… moly gak pernah ngelawan kalau disuruh tidur.”
“Wah mommy jahat banget!” Thalia tertawa keras, lalu memeluk kembali lengan mommynya manja.
Dari arah dapur, Bi Tini muncul membawa segelas jus jeruk.
“Non, jus kesukaan non Thalia. Sama roti bakar udah saya siapin juga.”
“Wah, Bibi emang paling the best!” seru Thalia sambil mengambil jusnya dengan ceria.
Riana melirik Bi Tini yang masih berdiri canggung.
“Bi...Bilangin ke Mang Toha itu jaguar kecilnya jangan lupa dikasih makan gitu ya, tapi ingat jangan sendirian, nanti Mang Toha yang malah jadi santapan.”
Bi Tini langsung pucat. “Aduh non, itu moly kalau ngelihatin suami bibi Mang Toha itu yah..udah kayak ngelihatin sate berjalan.”Terang Bi Tini pada Thalia.
Thalia ngakak sampai menepuk meja. “Tenang Bi bilang sama Mang Toha, moly biar saya kasih makan sendiri sore ini, kecuali dia minta tulang.. Biar mang Toha aja yang masuk kandang."
“LIAAA!!!” teriak Riana refleks membuat Thalia langsung mengangkat tangannya tanda menyerah.“Becanda mom, tenang aja. Moly biar Lia aja yang ngasih makan, sekalian mau Lia mandiin nanti. "
Riana menatap anaknya tajam beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum kecil.
“Dasar anak absurd. Tapi mommy senang kamu pulang. Daddy kamu lagi di ruang kerja, nanti makan malam bareng, ya.”
Thalia tersenyum lembut, berbeda dari biasanya yang selalu usil. “Iya mom, udah lama juga gak makan bareng Daddy.”
Riana menatapnya penuh kasih, lalu mengelus kepala putrinya.“Kadang mommy lupa, di balik tingkah barbar dan absurd kamu, kamu tetap anak kecil mommy yang manis.”
Thalia tersenyum tipis, menatap ke arah jendela tempat cahaya sore mulai meredup.
Dalam hatinya, ia bergumam pelan, hari ini capek banget, tapi entah kenapa, bayangan si tembok dingin itu malah terus nongol di kepala gue…
Sebelum memandikan dan memberi makan Moly, Thalia melangkah menuju ruang kerja Daddy nya.
"Tok.. Tok.. Tok"
"Masuk.. "
"Daddy tau siapa dalangnya..?." Pertanyaan Ambigu yang Thalia lontarkan, membuat Rian terdiam sejenak. Sebelum mengingat laporan anak buahnya, jika Thalia sebelum tiba di masion dia di hadang para pria berbadan besar.
Rian menatap putrinya, "Biasa itu mah saingan bisnis Daddy yang gak terima kalah tender.. " Jawab Rian santai. Thalia mengangguk mulai mencondongkan kepalanya.
"Daddy tau gak Max dari MM grup..?."Tanya Thalia melihat Daddynya siap mendengarkan Thalia melanjutkan ucapannya. "Lia heran Dad..kenapa data perusahaannya mudah di retas itupun oleh kak Lily yang masih pemula."Paparnya. "Dia juga minta bertemu langsung sama Lia"
Rian yang semula fokus pada layar laptopnya kini menutupnya perlahan, lalu menatap Thalia serius dari balik meja kerjanya yang rapi dan megah. Nada suara Thalia mungkin santai, tapi dari sorot matanya yang tajam, Rian tahu anaknya itu sedang memikirkan sesuatu yang tidak biasa.
“MM Grup, Tuan Max…” gumam Rian sambil mengetukkan jarinya di meja.
“Kalau datanya mudah diretas, itu bukan kebetulan, Lia. Perusahaan sekelas mereka pasti punya sistem keamanan tinggi. Bisa jadi mereka sengaja membiarkan celah agar kita tertarik mengintip. Umpan.”
Thalia mengernyit. “Umpan? Jadi mereka pengen narik perhatian kita?”
Rian mengangguk. “Tepat. Dan kalau dia minta langsung ketemu pemilik L Grup, itu artinya dia tahu sesuatu. Minimal, dia curiga kamu bukan sekadar siswi SMA biasa.”
Thalia terdiam sejenak. “Tapi kan cuma rumor, Daddy. Gak ada bukti konkret kalau aku itu...”
Rian memotong lembut, “Rumor bisa jadi senjata, Lia. Apalagi kalau yang menyebarkan tahu setengah kebenaran.”
Ia bangkit dari kursinya, berjalan ke arah putrinya, lalu meletakkan tangan di pundak Thalia.“Dengar ya, Princess. Dunia bisnis itu lebih beracun dari dunia bawah yang kita hadapi. Kalau benar si Max punya niat lain, jangan temui dia sendirian. Daddy akan kirim lebih banyak anggota bayangan. Biar kelihatan kamu datang sendiri, tapi sebenarnya gak.”
Thalia mengangguk perlahan, ekspresinya berubah serius. “Baik, Daddy. Tapi Lia gak mau sembunyi terus di balik perlindungan orang lain. Kalau memang dia punya niat jahat, Lia pengen tahu sendiri seberapa jauh dia berani melangkah.”
Rian tersenyum kecil mendengar keberanian anak gadisnya, tapi tatapannya mengeras.
“Keberanian tanpa perhitungan itu bukan kekuatan, Lia. Itu undangan menuju bahaya.”
Thalia tersenyum kecut. “Berarti Lia harus tetap berhitung sambil menyiapkan rencana cadangan, gitu kan?”
Rian menghela napas. “Kamu ini benar-benar gabungan Mommy kamu dan aku. Separuh logika, separuh nekat.”
Mereka berdua tertawa kecil, sejenak suasana kembali hangat.
Namun sebelum Thalia keluar, Rian menambahkan dengan nada berat “Oh ya, Lia… nama Max itu bukan nama asing. Dia pernah muncul di catatan merger ilegal tujuh tahun lalu. Orang ini berbahaya, bukan cuma bagi perusahaan, tapi juga buat kita dunia bawah.”
Thalia menatapnya dalam diam beberapa detik, lalu menjawab pelan namun tegas,
“Kalau begitu, biar Lia yang cari tahu dulu siapa sebenarnya dia.”
Thalia kembali keluar ruangan, kini Ia melangkah ceria menuju halaman belakang masion, "MOLLYYYYY..... "Teriak heboh Thalia.
"Gue Kangen banget.. "
Moly yang tengah berbaring santai di bawah rindangnya pepohonan mendadak bangkit, tubuh besarnya melangkah anggun namun suaranya menggetarkan udara,
"Grrrrr…"
Thalia malah tertawa lebar, bukannya takut. “Heh, jangan pura-pura galak deh, gue tau lo juga kangen sama gue, iya kan, Moly?”
Suara raungan Moly malah makin keras, membuat beberapa penjaga di sekitar halaman refleks menatap ke arah Thalia dengan wajah panik.
“Non Thalia! Tolong jangan di keluarin ya non..ngeri banget lihat mukanya yang siap nerkam..”
Belum sempat penjaga itu menyelesaikan kalimatnya, Thalia sudah melangkah lebih dekat ke jeruji kandang dan bersiul pelan. Membuka kandang Moly dan masuk kedalam.
Ajaibnya, Moly langsung tenang. Hewan besar itu mendekat, dan menggosokan kepalanya, meminta di elus Thalia sambil mendengkur pelan seperti kucing manja.
“Lihat kan?” Thalia menoleh ke arah penjaga sambil terkekeh. “Dia cuma buas ke orang yang gak dia suka. Atau ke orang yang jahat, Kalau ke Aku, dia manis banget.”
Thalia menepuk lembut kepala Moly. “lo tuh jaguar paling keren di dunia. Cuma semua orang bilang lo nyeremin Moly. Padahal lo kan cuma misunderstood cat, bener gak...?”
Moly mengeluarkan suara serak seperti balasan, sementara ekornya bergoyang pelan.
Thalia menatap mata hewan kesayangannya itu dan berkata lirih,“Moly, kalau nanti ada orang asing datang, lo jangan keluar kandang ya. Soalnya mommy bakal ngamuk kalau lo bikin orang pingsan lagi.”
Tiba-tiba, dari arah balkon atas terdengar suara berat dan penuh nada geli.
“Ngomong sama si Moly lagi, Princess?”
Thalia mendongak, Rian berdiri di sana, menatap anaknya yang berbicara dengan hewan buas seperti berbicara dengan sahabat.“Daddy!” seru Thalia sambil nyengir. “Moly tuh ngerti kok kalau diajak ngobrol. Kan hewan juga punya hati.”
Rian menghela napas sambil tersenyum tipis. “Punya hati, iya. Tapi giginya juga punya fungsi, Nak.”
Thalia nyengir makin lebar. “Tenang aja, Daddy. Kalau Moly sampe gigit orang, paling yang digigitnya orang yang nyebelin. Misalnya…”
Ia menggumam pelan, “...si tembok.”
Rian menatap putrinya tajam namun geli. “Athar, ya?”
Thalia langsung pura-pura batuk, “He-he... Kenapa Athar..?”
Rian tertawa kecil dan berbalik masuk ke dalam rumah, sementara Thalia kembali menatap Moly dan berkata pelan,“Lihat kan, Moly? Bahkan Daddy aja udah bisa baca pikiran gue sekarang. Dunia ini makin susah buat nyimpen rahasia, huh…”
Moly mendengkur pelan seolah setuju. Padahal Moly sudah lelah dengan ke absurdan majikannya.
thalia salting yaa gemeshh 🤭😁
semangat 💪💪💪
sangat bikin perut kram, ngakak🤣🤣🤣