Laura, gadis miskin yang berstatus mahasiswi. dia baru berusia 20 tahun, namun harus memikirkan bagaimana cara dia mendapatkan uang untuk biaya kuliah dan juga kehidupan nya.
Laura mencari kerja kesana kemari namun tidak ada yang menerimanya. tidak ingin menyerah begitu saja, dia mencoba mencari lowongan kerja melalui internet.
saat melihat ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai Baby Sister tanpa syarat pendidikan yang baik. Laura ingin melamar. namun usianya tidak cukup. apa yang harus dia lakukan? haruskah dia berhenti berkuliah dan mati kelaparan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33_ balas dendam
hujan baru saja berhenti dan menyisakan gerimis dan juga genangan air. angin berhembus membuat dedaunan bergerak gerak dan rasa dingin semakin terasa.
Sepasang kaki berjawab dengan sepatu hitamnya menginjak kenangan air yang ada di jalan. Kakinya terus melangkah hingga menginjak banyak dedaunan coklat yang sudah di basahi oleh air.
jam sudah menunjukan pukul 2 malam. Orang orang sudah pada tidur. Namun tidak dengan kaivan. Dia memakai baju Hoodie hitam dan menutupi kepalanya dengan tudung Hoodie.
Pintu gerbang yang menjulang tinggi di depannya perlahan terbuka. dia pria yang berpakaian hitam membungkuk hormat menyambut kedatangan nya.
" kalian sudah memastikan nya?" tanya kaivan datar.
" sudah tuan, nyonya besar dan tuan besar sudah tertidur " ujar salah satu dari pria itu.
Kaivan melangkah masuk. Langkah nya tegas dan mantap. matanya menyorot tajam, wajah nya terlihat dingin tanpa ekspresi.
pintu mansion terbuka. Mansion yang dulunya menjadi tempat ternyaman untuk mereka pulang. Mansion yang dulu menjadi rumah mereka. Mansion yang memiliki banyak kenangan indah sekaligus buruk.
" kalian boleh pergi, tinggalkan mansion ini segera" ujar kaivan pada wanita yang membuka pintu untuknya.
" baik tuan" jawab wanita itu lalu segera masuk untuk memberitahu teman temannya.
kaivan menekan tombol earphone nya. " bawa semua nya sekarang" ujar kaivan.
" siap tuan!"
Kaivan menaiki tangga. Suara langkah kakinya menggema di ruangan sepi itu. dia berhenti di depan pintu kamar utama. Kamar yang dulu sering mereka masuki untuk menemui papa dan juga mama mereka.
kaivan membuka pintu tersebut hingga terbuka lebar. Suasana sepi dan pencerahan yang remang remang langsung menyambut kedatangan nya. Kaivan melangkah maju dan menatap dingin dua manusia yang sedang tertidur pulas.
" aku memilih menjadi anak durhaka dari pada melihat kalian hidup bahagia di atas penderitaan kami. Melihat kalian aman dengan harta peninggalan papa ku. Melihat Kalian baik baik saja setelah merebut nyawa papa ku" batin kaivan.
Kaivan tidak ingin membuang waktu. kaivan mendekati ibunya. Tangan nya terangkat lalu mulai mencekik leher wanita yang telah melahirkan nya.
Mata Laily terbuka, wajahnya memerah karena kehabisan oksigen. Tangan nya memegang tangan Kaivan berusaha untuk menyingkirkan tangan yang sedang menekan kuat lehernya.
Kakinya menendang-nendang udara memberikan pemberontak. wajahnya menahan sakit dan juga terkejut saat melihat siapa yang sedang berusaha membunuh nya.
" le....pas... Mphhh" Laily kesusahan bersuara. Dia ingin membangunkan suaminya yang tertidur pulas di sampingnya. namun dia tidak mampu melakukan itu.
" bagaimana rasanya? sakit? cemas? Panik? Terkejut? Takut? " tanya kaivan dengan suara lirih " itu yang papa ku rasakan saat kalian membunuh nya" lanjut nya dengan kemarahan yang tiba tiba menyala saat mengingat penderitaan papanya di saat detik detik terakhir nya.
Mata kaivan penuh dengan kebencian. tangan nya semakin menekan leher Laily. Hingga Laily terbatuk batuk dan wajahnya memerah menyala hingga tenaganya melemah.
" SIAPA KAMU!!! lepaskan istri ku!!" teriak suaminya Laily yang sudah terbangun.
Kaivan menyeringai iblis saat melihat Juna terduduk dengan wajah ketakutan dan panik. mata kaivan mengarah pada Juna namun tangan nya tetap pada leher Laily.
" kau ingin menyelamatkan nya?" tanya kaivan dengan nada meledek.
Lalu dia melepaskan leher Laily. Laily terbatuk batuk dan menghirup udara dengan rakus. Dia pikir dia akan selamat, namun dia salah.
Kaivan mengeluarkan pisau dari sakunya. lalu tanpa buang buang waktu. Pisau itu menusuk dada Laily, tepat pada jantung wanita itu.
" ka..i..va...n" ujar Laily terbata bata.
uhuk uhuk
Laily terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Darah segar mengalir mengotori mulut hingga lehernya. sedangkan dadanya kini sudah di penuhi oleh darah dan mengotori ranjang nya.
" yaa, ini aku kaivan, anak mu. anak yang telah kau lahirkan. Kini menjadi orang yang membunuh mu" ujar kaivan menyeringai.
Kaivan mencabut pisau itu hingga darah semakin keluar dengan deras. perlahan namun pasti, tubuh Laily kehilangan kesadaran bersamaan dengan nyawanya yang menghilang.
" apa yang kau inginkan?" tanya Juna ketakutan dan mundur perlahan menghindari kaivan yang terus mendekati nya dengan pisau yang berlumuran darah di tangan nya.
" jangan bunuh aku, aku.... Aku tidak akan menganggu keluarga kalian lagi" ujar Juna benar benar ketakutan.
Kaivan semakin menyeringai" tenang saja, aku tidak akan membunuhmu. kamu cukup pegang pisau ini, jangan lepaskan " ujar kaivan menyerahkan pisau itu pada Juna.
Juna mengeleng keras. dia tidak mau menyentuh pisau yang sudah di penuhi oleh darah.
" kau tidak mau? Jadi kau memilih mati sama seperti dia?" tanya kaivan.
" tidak! Tidak! aku tidak mau " ujar Juna mengeleng cepat.
Juna buru buru mengambil pisau itu. Hanya mengambil nya dan nyawanya akan selamat. dia tidak mau mati sia sia.
Kaivan tersenyum puas. lalu dia segera pergi ke balkon dan melompat ke bawah dengan gesit.
tidak lama, setelah kaivan tiba di bawah. Mobil polisi datang dan memasuki rumah itu. Para polisi menggeledah seluruh rumah. Termasuk kamar utama.
dia orang polisi memborgol tangan Juna membawa Juna pergi. Juna menjadi tersangka, hanya dia yang ada di sana. Berdiri sambil memegang pisau.
" tidak! Jangan tangkap aku! bukan aku pelakunya!" teriak Juna memberontak tidak ingin ikut dengan polisi.
Namun para polisi tidak mendengarkan nya. Tetap membawa Juna pergi dari sana. Kaivan, duduk Santai di atas pohon yang ada di Sana. dia menatap petunjukan itu dengan puas. dia akan memastikan juna mendapatkan hukuman yang berat.
••••••••
Esok paginya. Laura terkejut kala melihat berita yang sedang panas di bahas di media. Seorang suami tega membunuh istrinya dengan sadis.
" mama" gumam Laura lirih menatap nanar jasad seorang wanita yang sangat dia kenali di lumuri oleh darah. wajahnya pucat, lehernya terdapat memar bekas cekikikan.
Air mata Laura menetes keluar. Memang ini yang dia inginkan, namun hati nya tetap terasa sakit. Bagaimana Laily adalah ibunya. Wanita yang telah melahirkan nya dan juga memberikan kasih sayang untuk nya selama 13 tahun lamanya.
" ada apa?" tanya Grayson panik saat melihat Laura menangis menatap layar ponselnya.
" Grayson, aku ingin pulang sekarang. Kita harus pulang sekarang" ujar Laura.
" tenangkan dirimu? apa yang terjadi? Katakan pada ku" ujar Grayson menenangkan Laura yang terlihat panik.
" ibu ku... Dia mati... Mati di bunuh oleh Juna" ujar Laura terbata bata.
Laura tidak tahu kebenarannya. Kaivan tidak pernah menceritakan apapun padanya tentang rencana itu. Laura berfikir itu semua murni salah Juna.
" leondra, aku harus pulang dan menemui leondra. Dia pasti sangat terpukul sekarang" ujar Laura.
Di antara mereka bertiga. leondra lah yang paling dekat dengan ibunya. Dia juga yang paling menyayangi ibunya.
" iyaa, kita akan pulang sekarang"