Setelah melewati pernikahan selama empat tahun, semia kebahagiaan seakan sirna hanya karena belum bisa menghadirkan buah hati yang diidamkan oleh keluarga besar mereka. Terutama keluarga besar suaminya Jayandru Kertanegara
Ditambah lagi kesibukan mereka berdua yang makin menggila, pernikahan yang dulunya penuh cinta bisa terasa hampa.
Belum lagi keinginan Mama Jayandru yang menginginkan mantan kekasih Jayandru yang dulu menjadi istri putranya.
"Dia bisa memberikan Dru, anak, Nara. Keluarga Dru butuh pewaris."
**semoga suka, ya**
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama Jayandru
Mereka sama sekali tidak makan malam itu. Pagi ini perut Nara mulai terasa kelaparan.
Dia masih merasakan dekapan Jayandru. Begitu hangat. Setelah beberapa hari berlalu, dia merasakannya lagi.
Saat Nara membuka matanya ternyata Jayandru sedang menatapnya.
"Sudah lapar?"
Nara mengangguk dengan senyum malu.
"Kita melewatkan makan malam." Jayandru masih tetap memeluknya.
Nara ngga menyahut, hanya balas menatap Jayandru.
"Aku punya mie instan. Kamu mau?"
"Tapi aku malas masak. Bisa pesan online aja ngga ya?"
Jayandru tersenyum. Dia tau kalo sudah membuat semua tenaga Nara raib malam tadi.
"Baru jam setengah empat. Memang ada orang gila yang jualan online jam segini?" kekeh Jayandru sambil melepaskan pelukannya.
Nara tersenyum.
Cheff hotel pasti juga baru bangun, batinnya.
Dia menyibakkan selimut mereka
"Biar aku yang masak," ucapnya sambil bangun dan mengambil boxernya yang berserakan di ujung tempat tidur.
Nara tersenyum lebih lebar.
Sudah lama sekali dia tidak dimasakkan Jayandru.
"Sayangnya aku ngga ngestok cabe rawit kesukaan kamu," tawanya lagi sambil berjalan ke arah laci meja di depannya.
Nara akhirnya mengeluarkan suara tawa pelannya.
"Mie goreng, ya." Jayandru mengulurkan dua bungkus mie instan favorit mereka.
"Ya." Nara malah menaikkan selimutnya sambil melihat laki laki itu mulai mendidihkan air. Kemudian meletakkan bumbunya di atas sebuah piring. Kemudian menuangkan air panas yang sudah mendidih itu ke mangkok yang sudah berisi mie. Sambil menunggu mienya matang dan mengembang, Jayandru membereskan bungkusan bungkusan kosong itu ke tempat sampah.
Selalu menarik tiap Jayandru melakukan apa pun. Walau hanya memasak mie.
Laki laki itu sudah meracuni mata dan pikirannya untuk terus menatap dan memikirkannya saja.
Ketika Jayandru sudah menyaring mienya ke piring, Nara mulai bangun.
"Piringnya cuma satu, jadi sepiring berdua," tawa Jayandru lagi.
"Ngga apa apa. Makasih," ucap Nara.
"Sama sama."
"Lapar banget, ya?" tanya Jayandru ketika melihat Nara makannya tampak lahap.
"Iya." Nara tertawa malu. Gimana ngga lapar, Jayandru mengeksplornya habis habisan tadi malam.
"Nih." Jayandru malah mendekatkan garpu yang berisi lilitan mienya.
"Aku udah," tolak Nara malu. Di piring hanya tinggal beberapa suapan lagi. Dia sudah menghabiskannya cukup banyak.
"Aku ngga begitu lapar. Kan, sudah makan kamu," kekeh Jayandru dengan nada bercanda.
Wajah Nara tambah merona.
"Wajar, sih. Kalo Jayandru merasa sudah kenyang, suaminya itu sudah memakannya habis habisan.
Nara ngga menolak lagi. Bahkan Jayandru ngga makan lagi, tapi malah memberikan suapan suapan terakhir mie itu untuknya.
"Aku akan meminta koki mengantarkan makanan kita ke kamar," ucap Jayandru di suapan penghabisan.
Nara mengangguk. Laki laki ini membawa piring mereka pergi ke arah wastafel, Nara hanya memperhatikan.
Sudah lama sekali Jayandru tidak sesweet ini dengannya Mungkin mereka bisa memperbaiki hubungan di mulai dari titik ini.
Nara tersenyum. Teringat nasehat dari Tante Ivana. Ngga ada pernikahan yang bebas dari masalah.
*
*
*
Pagi ini koki hotel mengantarkan sarapan tepat pukul enam pagi. Sesuai.yang diminta Jayandru.
Menunya ringan dan menggugah selera. Setelah makan mie tadi, Jayandru memakannya lagi.
Tubuhnya sekarang lemas.
"Nanti kamu ikut aku meninjau proyek baru aku, ya," ujar Jayandru.
Nara mengangguk. Dia akan go public lagi sebagai istri Jayandru setelah empat tahun.
Nara mengambil ponselnya, dia terkejut melihat banyaknya pesan dan miscall dari mami Jayandru.
Nara, kenapa telponnya ngga diangkat?
Nara, kamu dimana?
NARA! INI MAMI! ANGKAT TELPONNYA!
SURUH DRU ANGKAT TELPON!
Kasian Marlo, dia jadi ngga makan karena Dru ngga bisa dihubungi!
NARA! KAMU KENAPA SULIT DIHUBUNGI!!
Nara menunjukkan pesan pesan itu pada Jayandru dengan wajah kalut.
"Kan, aku udah bilang ada telpon. Kamu ngelarang aku angkat. Mami kamu marahnya ke aku, kan," omel Nara, kemudian dia menghela nafas panjang.
Untung saja hal buruk di pagi ini ngga mempengaruhi rasa laparnya.
Jayandru tersenyum melihat Nara tetap menikmati sarapannya.
"Biarkan saja."
"Tapi Marlo?" Nara tetap ngga tega dengan anak kecil walaupun dia ngga suka dengan maminya-Monica.
"Dia masih punya mamanya. Juga opa dan omanya." Jayandru tetap menjawab tenang.
"Makan saja yang banyak, kamu kelihatan sangat leleh," tawa Jayandru.
"Itu, kan, gara gara kamu." Nara juga tertawa.
Rasanya sudah lama sekali suasana kaku tanpa beban ini hilang.
Tapi baru juga mereka melepas tawa, ponsel Nara bergetar lagi.
Nara melihat yang menelponnya.
"Mami....." Nara menghela nafas, baru aja dia merasa lepas. Dengan enggan Nara bermaksud menerimanya, tapi Jayandru cepat meraih ponselnya.
"Dru.....?" kaget Nara, tapi Jayandru meletakkan jari telunjuknya ke atas bibirnya. Nara menahan nafas.
"Halo mam......"
"Jayandru?"
Nara menghela nafas perlahan mendengar suara kaget Mami Adel-maminya Jayandru, karena suaminya meloudspeaker.
"Nara di sana sama kamu?" Suara Mama Adel terdengar tercekat.
"Iya, mam."
"Jadi malam tadi kamu pergi dengan Nara?"
"Iya, mam."
"Jayandru! Kenapa kamu ngga ngasih tau Monica. Kasian Marlo. Nara ngga suka kalo kamu ngajak Marlo?" Suara mami mertuanya terdengar meninggi.
Nara menghembuskan nafas perlahan menahan kesal.
Selalu saja berprasangka buruk.
"Aku aja yang ngga ingin diganggu saat bersama Nara, mam."
"Jayandru!"
"Mam, udah dulu, ya." Jayandru langsung menutup telponnya.
"Dru, kamu bikin masalah buat aku," de sah Nara kemudian menatap lagi makanannya. Untung udah separuh lebih dia makan.
"Maaf kalo selama ini aku ngga bisa tegas dengan mami." Jayandru meneguk kopinya.
Baru kali ini dia membantah maminya cukup keras.
Semoga maminya ngga apa apa, batinnya resah.
Nara masih diam, menyuap pelan makananya.
"Penyakit jantung mami udah lumayan parah. Aku harus hati hati bicara dengannya," ucap Jayandru pelan.
Nara mengangguk. Dia tau. Setahun yang lalu penyakit jantung mami mertuanya pernah kumat cukup parah. Nara selalu berpikir itu karena dirinya yang belum bisa memberikan cucu. Sampai sekarang Nara masih merasa amat sangat bersalah.
"Maaf sering mengabaikan perasaanmu demi mami." Jayandru meraih tangan Nara. Menggenggamnya erat.
"Aku yang minta maaf. Aku belum bisa ngasih mami cucu. Mami pasti kepikiran dengan pertanyaan orang orang. Mami sakit, aku merasa bersalah banget, Dru."
"Sakit mami ngga ada hubungannya dengan kamu." Rahang Jayandru mengeras sejenak
Itu karena papi, lanjutnya dalan hati. Jayandru belum siap mengungkapkan kebobrokan papinya pada Nara.
"Tapi....," protes Nara dengan tatap bersalahnya.
Jayandru tersenyum lembut
"Kita harus siap siap."
Nara henya menganggukkan kepalanya.
Bisa ga sih kak Author Monica di culik Andi di bawa pergi yg jauh ke segitiga Bermuda kek, lagian Andi sama Monica juga masih suami istri,
bikin juga Adel jantungnya kumat, stroke, biar mulutnya menyon ga bisa ngomong lagi.
Kasihan Nara tertekan karena punya Mertua GILA PARAH
waspada Jayandru, Andy mengincar istrimu
kasih nara thor jahat sekali mami dru huhuhu
nanti sangat menyesal klo kehilangan nara..
kan yg salah monica sendiri menolak ndru ..
mama adel mau nggak ya kira2 punya madu..papanha ndru nikah lagi🤔