Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemilik Tahta.
Setelah melewati drama panjang serta harus keramas untuk kedua kalinya, akhirnya Gracia mendapat izin dari Gilang untuk kembali bekerja.
"Aku mengizinkanmu kembali bekerja, tapi bukan berarti selepas jam kerja nanti kamu boleh pergi kemanapun yang kamu mau tanpa izin dariku. Segera kembali ke apartemen setelah pulang kerja, jangan malah kelayapan seperti malam itu!." pesan Gilang sembari memastikan penampilannya melalui pantulan cermin besar yang ada di kamar.
"Siap..." Jawab Gracia sambil mengulas senyum manis diwajahnya. sebuah senyuman manis yang nyaris membuat Gilang mengurungkan niatnya untuk mengizinkan Gra kembali bekerja. Ya, membayangkan Gracia bertemu dengan Rafa, serta membayangkan istrinya tersebut tersenyum semanis itu dihadapan Rafa membuat hati Gilang mulai tak tenang.
"Jangan tersenyum seperti itu, kau terlihat jelek jika tersenyum seperti itu!."
"Masa' sih, mas?." dengan polosnya Gracia bertanya, bahkan gadis itu sampai memastikannya di depan cermin.
"Apa jangan-jangan mata mas kali yang salah? Soalnya kata papa senyuman aku itu adalah senyuman termanis di muka bumi ini." masih dengan wajah polosnya Gracia menyampaikan kalimat pujian yang selalu terucap dari mulut ayahnya.
"Itu hanya karena beliau papa kamu, makanya bilang begitu. Ayah juga bilang aku ini tampan, dan aku tahu beliau bilang begitu karena aku ini anaknya." paling bisa memang si Gilang ini mencari alasan.
"Tapi apa yang ayahnya mas Gilang katakan benar kok, mas Gilang memang tampan. Itu artinya ayahnya mas Gilang nggak bohong, pasti papa juga begitu."
Dari panjangnya kata-kata Gracia, hanya kosa kata tampan yang paling menarik ditelinga Gilang.
"Jadi menurutmu aku ini tampan, begitu?." pertanyaan Gilang sekaligus menyadarkan Gracia atas kata-katanya tadi, di mana secara tidak langsung ia telah mengakui ketampanan pria itu.
Mau tidak mau Gracia pun menjawabnya dengan anggukan kepala, hingga membuat senyuman di bibir Gilang merekah seketika.
"Jika menurutmu aku ini memang tampan, lalu kenapa kau tidak berpikir untuk mencintaiku?."
Deg.
Gracia tidak tahu harus menjawab apa, gadis itu hanya terdiam mematung.
Gilang mengelus sekilas puncak kepala Gracia. "Jika menurutmu aku ini tampan, maka belajarlah untuk mencintaiku!." Ujar Gilang.
"Kamu memintaku untuk mencintaimu, sementara kamu sendiri belum tentu menerimaku dengan sepenuh hati menjadi istrimu, mas." batin Gracia seraya menatap punggung Gilang yang kini menghilang dibalik pintu kamar.
Tak lama kemudian, Gracia menyusul Gilang. Ya, sesuai dengan kesepakatan, hari ini Gracia dan Gilang akan berangkat bersama. Sebenarnya sih bukan kesepakatan karena faktanya Gracia harus setuju tanpa boleh protes untuk berangkat bersama. Semuanya diputuskan oleh Gilang, pria pemegang tahta tertinggi di kehidupan Gracia.
Setibanya di depan gedung Handoyo Group, Gracia mengedarkan pandangan ke sekitarnya, memastikan situasi aman sehingga tak ada yang melihatnya turun dari mobil CEO. Untuk saat ini Gilang pun tak menegur tindakan Gracia tersebut karena faktanya ia pun belum siap jika berita tentang pernikahan mereka beredar, baik dikalangan pegawainya ataupun orang luar.
"Pulang nanti langsung tunggu di mobil, jangan pulang sendirian!." peringat Gilang sebelum Gra hendak membuka pintu mobil.
"Baik paduka, hamba akan menuruti semua perintah dari paduka raja." tentu saja Gracia masih menggunakan akal sehatnya dengan baik sehingga kalimat tersebut hanya terucap di dalam hatinya saja.
"Kenapa diam? Kamu tidak sedang mengumpat dalam hati kan?." tebak Gilang dengan tatapan curiga.
"Hohoho....tentu saja tidak, mana mungkin saya berani, mas." Gracia terpaksa tertawa sambil membekap mulutnya dengan telapak tangannya.
"Kalau begitu, aku turun duluan ya mas." Pamit Gracia.
"Hem."
"Sebenarnya ibunya mengidam apa saat mengandungnya dulu, kenapa dia sangat menggemaskan seperti itu?." gumam Gilang sambil menatap tubuh Gracia yang semakin menjauh dari mobilnya.
Baru saja memasuki pintu ruangan staf petugas kebersihan, Ola langsung menarik tangan Gracia, menjauh dari beberapa rekan kerja mereka yang lainnya.
"Kau baik-baik saja kan, Gra? Tuan Gilang tidak sampai melakukan hal yang bukan-bukan sama kamu, iya kan?." terlihat jelas jika Ola begitu mencemaskan kondisi sahabatnya itu, apalagi sejak malam itu ponsel Gracia tidak dapat dihubungi.
"Seperti yang kamu lihat La, aku baik-baik saja." Gracia berusaha menampilkan senyum senatural mungkin untuk meyakinkan Ola kalau dirinya baik-baik saja.
"Sebentar...!." Ola teringat sesuatu.
"Kenapa kau menamai nomor kontak pak Gilang dengan My Love di ponselmu? Apa ada sesuatu yang tidak aku ketahui, Gra?." tanya Ola dengan tatapan menyelidik.
"Gra, aku bertanya seperti ini bukannya ingin menyudutkan kamu ataupun ingin ikut campur terlalu dalam dengan urusan pribadi kamu, tapi aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja, tidak sedang berada dalam situasi dan kondisi tertekan, Gracia." Sebagai sahabat baik Gracia, Ola bisa menebak apa yang terjadi pada sahabatnya itu meskipun Gracia tidak mengutarakannya sekalipun. Dan Ola juga tahu bahwa Gracia selalu berusaha menyimpan kesulitan yang dihadapinya seorang diri.
Gracia merasa mungkin sudah saatnya ia berterus terang pada sahabatnya itu. Menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Gilang kepada Ola. Ola tahu bahwa Gilang sangat membenci dirinya akibat kasus Kematian adiknya, Maka wajar jika Ola mencemaskan dirinya jika berada dekat dengan Gilang, seperti malam itu.
"La, sebenarnya aku dan mas Gilang sudah menikah." Gracia berbicara dengan nada lirih.
"APA? Menikah?." Saking kagetnya, tanpa disadari oleh Ola, suaranya naik beberapa oktaf.
"Siapa yang menikah, La?." pertanyaan dari salah seorang rekan kerjanya sekaligus menyadarkan Ola dari kekhilafannya.
"E...bukan menikah, tapi Agnes Monica. Gracia nge-fans banget sama Agnes Monica." Ola terpaksa berdalih.
"Oh begitu ya...aku pikir dari kalian berdua ada yang mau nikah." ujar rekannya tadi sebelum sesaat kemudian pamit untuk memulai pekerjaannya. Hampir semua rekan kerja mereka sudah meninggalkan ruang staff sehingga kini hanya tersisa Ola dan Gracia saja.
"Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi, Gra? Bagaimana mungkin kamu bisa menikah dengan pria yang sangat membencimu, Gracia?." Ola merasa ada yang tidak beres dengan pernikahan Gracia dan Gilang, mengingat seberapa besarnya kebencian Gilang terhadap Gracia yang dianggap sebagai penyebab Kematian sang adik tercinta.
"Ceritanya panjang, La. nanti aku ceritakan." Kata Gracia dan Ola pun mengangguk setuju.
Waktu terus berjalan dan tanpa terasa waktu istirahat makan siang pun tiba. Ola mengajak Gracia untuk makan siang di luar agar bisa mengobrol tanpa khawatir ada orang yang mendengar obrolan mereka.
Sebelum Ikut bersama Ola tentunya Gracia mengirim pesan singkat terlebih dahulu kepada Gilang, dan Syukurnya Gilang langsung mengiyakan ketika Gracia meminta izin untuk makan siang di luar bersama Ola.
Satu Fakta yang tidak diketahui oleh Gracia, yakni Gilang sudah berspekulasi bahwa Ola pasti ingin penjelasan dari Gracia tentang kedatangannya menjemput Gra malam itu, sehingga Gilang pun memberikan izin tanpa harus ada drama bujuk-membujuk terlebih dahulu.
Rafa bukan gilang
ntar baru sadar langsung heboh ini...
🥰🥰🥰🥰🥰
jangan Gilang...ntar poligami jadinya 😭
benci berakhir cinta...