Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Untuk pertama kalinya selama hidup Bos, ia mengalah demi seorang gadis," batin Charles saat ia berjalan keluar dari lorong hotel, membiarkan sang bos mengikuti kata hatinya.
Malam hari.
Cahaya bulan menembus tipis tirai putih kamar sederhana itu. Udara dingin menyusup, hanya suara jarum jam yang terdengar berdetak pelan.
Cat sudah terlelap di ranjang, wajahnya yang biasanya penuh perlawanan kini terlihat tenang, tanpa topeng emosi. Rambutnya terurai menutupi sebagian pipi, nafasnya teratur.
Di ujung ranjang, berdiri Maximilian. Pria itu menatap lekat-lekat, dengan mata gelap yang menyimpan sesuatu di antara keinginan, rasa marah, dan kerinduan. Tangannya terkepal di sisi tubuh, seolah menahan diri.
"Saat tidur kau sangat manis… tapi saat sadar, kau selalu menantangku," gumam Maximilian lirih. Matanya sedikit meredup. "Dua hari lagi hari pertunanganku… apakah kau tidak cemburu sama sekali?"
Cat menggeliat kecil, membalikkan tubuhnya menghadap kiri. Namun, perasaan aneh membuatnya tersentak. Ia membuka mata perlahan, merasakan ada yang berdiri dalam kegelapan.
Refleks, ia bangkit dan duduk, jantungnya berdegup kencang. "Siapa di sana?" tanyanya cepat sambil meraih lampu meja di samping ranjang.
Klik.
Cahaya lampu kuning temaram menerangi ruangan. Pandangannya langsung bertemu dengan Maximilian yang berdiri di sana, tersenyum tipis.
Wajah Cat berubah seketika, dari terkejut menjadi kesal. Ia meraih bantal dan guling, lalu melemparkannya ke arah pria itu.
"Malam-malam begini kenapa datang ke kamarku?" hardiknya.
Maximilian hanya membungkuk santai, meraih bantal dan guling yang jatuh, lalu menaruhnya kembali di sisi ranjang.
"Ingin melihatmu saat tidur. Ternyata wajahmu saat ini… sangat jelek sekali," ejeknya ringan.
Cat melotot, wajahnya merah karena kesal. "Maximilian Zhang, apakah kau tidak tahu sopan santun? Kenapa bisa masuk ke sini lagi?"
Maximilian melangkah mendekat, lalu duduk di tepi ranjang. Kehadirannya membuat udara kamar seakan menyempit. Cat langsung memundurkan tubuhnya ke arah dinding, menjaga jarak.
"Aku penasaran dengan tempat tinggalmu. Apa yang membuatmu rela tinggal di sini, padahal lokasinya lebih jauh dari perusahaan?" tanyanya dengan nada datar namun penuh rasa ingin tahu.
Cat mendengus. "Kalau bukan karena kau membeli apartemen itu, mana mungkin aku pindah ke sini. Kenapa selalu saja muncul di depanku seperti hantu?"
Alis Maximilian terangkat, senyumnya menyeringai. "Apakah aku mirip dengan hantu?"
"Tidak mirip," jawab Cat cepat, sorot matanya menantang. "Tapi kau lebih menakutkan daripada hantu. Aku akan pindah besok! Dan tidak akan membiarkanmu tahu lagi tempat tinggalku."
Cat bangkit dari ranjang, tapi gerakannya langsung tertahan saat Maximilian meraih pergelangan tangannya. Dalam sekejap, ia mendorong gadis itu kembali ke ranjang dan menindih tubuhnya.
Cat meronta, wajahnya memerah antara marah dan gugup. "Jangan! Cepat lepaskan tanganmu!"
Maximilian menahan kedua pergelangannya. menunduk begitu dekat hingga nafas hangatnya menyentuh pipi Cat.
"Jangan bergerak lagi. Kalau tidak, aku tidak akan bisa menahan diri. Kau sudah dewasa… aku bisa melakukannya kapan pun aku mau."
Cat menatapnya tajam, meski jantungnya berdebar kencang. "Kalau berani menyentuhku, aku akan meracunimu sampai mati!"
Maximilian terdiam sebentar, menatap lekat ke matanya. Suaranya melembut tapi tetap penuh tekanan. "Apakah kau tega? Bagaimanapun… aku adalah tunanganmu."
Cat menoleh ke samping, menahan emosi. "Salah! Kau bukan tunanganku. Kau hanyalah pria yang aku campakkan."
Maximilian justru tersenyum, senyum yang penuh bahaya. "Semakin dewasa, semakin tajam ucapanmu. Tapi aku suka. Jangan pernah coba-coba pindah lagi… karena kau tidak akan pernah bisa lepas dariku."
Cat menatapnya tajam. "Apa maksudmu? Kau ingin mengatakan di sini adalah wilayahmu, dan anggotamu menguasai segalanya? Maximilian Zhang, bukankah dulu kau juga gagal menemukanku? Butuh empat tahun sampai akhirnya kau berhasil—dan itu pun hanya kebetulan."
Tatapan Maximilian berubah dalam, mengandung rahasia. Suaranya rendah namun jelas.
"Cat Liu, karena kau mengungkitnya, aku baru ingat. Empat tahun lalu, kau menyamar menjadi orang lain dan berhasil mengelabui Charles dan lainnya. Tapi tetap saja… kau tidak pernah bisa terlepas dari pandanganku."
Cat menatapnya kaget, napasnya tercekat. "Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya gemetar tapi penuh selidik.
seru" smua karya mu thorrrr
amazingggggg
tiap karya punya ciri khas sendiri
tiap up nya ga bisa d.tebak
🤣🤣🤣