Sebuah kisah tentang seorang wanita bernama Rumondang yang memilih menganut ilmu hitam untuk membalas dendam dan memiliki kekayaan.
Berawal dari sebuah kekecewaan dan penderitaan yang begitu berat, membuat ia harus terjerumus dalam lembah hitam untuk bersekutu dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Ia menempuh jalan sesat dengan memilih memelihara sesosok makhluk mengerikan yang berasal dari daerah suku Batak, Sumatera Utara, yang disebut dengan Begu Ganjang. dimana sosok makhluk ini semakin akan memanjang keatas jika semakin dilihat dan siapa yang bertemu dengannya, maka kematian yang akan ia dapatkan...
Apakah Begu Ganjang? dan apakah Rumondang dapat mencapai tujuannya?
Begu Ganjang, suara yang memanggil dalam kegelapan. Membawa kematian yang sangat mengerikan, teror yang tidak berkesudahan.
Bagaimana kisah selanjutnya, ikuti novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Delapan
Rumondang akhirnya kembali ke rumahnya setelah dijamin tidak akan ada tindakan anarkis padanya karena tuduhan yang ditujukan kepadanya belum terbukti benar.
Akan tetapi, pria berperut buncit yang mengalami kebutaan itu tampaknya tak senang dengan apa yang dialaminya. Meskipun jelas tidak ada sangkut pautnya dengan Rumondang atas kejadian yang dialaminya, tetap saja ia menyalahkan wanita itu, karena menganggap jika kucing tersebut adalah peliharaannya.
Langkahnya yang tergesa-,gesa membuat nafasnya tersengal dengan dadanya yang naik turun menahan gemuruh yang memburu.
Ia mungkin harus bersikap waspada. Bisa saja warga akan menyelidikinya secara diam-diam, dan pastinya ia akan dalam ancaman bahaya.
Sebab peristiwa masa lampau masih jelas diingatan para warga, dimana salah seorang Par Begu Ganjang harus berakhir dengan amukan warga dengan penyiksaan yang sangat mengerikan dan tubuhnya dibakar hidup-hidup.
Membayangkan kengerian itu, ia harus menyusun rencana serapih mungkin, dan semua itu agar mereka tidak mencurigainya.
Rumondang yang baru saja mengalami musibah atas kematian suaminya memasuki rumahnya dengan suasana hati yang menentu.
Antara takut diamuk warga karena rahasianya akan terbongkar dan juga rasa was-was jika sampai Begu Ganjang itu kembali menggila untuk meminta korban tanpa terkendali.
Suasana yang harusnya menjadi duka, kini terlibat hambar. Namun kedua orangtua Ambolas yang mengetahui kabar kematian putera mereka secara sadis tidak dapat menerimanya begitu saja. Mereka meminta jika kasusnya diusut dengan tuntas.
Keduanya menyambangi rumah Rumondang. Begitu juga Norma yang mendengar kabar tersebut tercengang dibuatnya. Sebab selama ini mereka tak melihat keberadaan Ambolas dirumah itu. Bahkan saat kematian Togar, tak tampak pria itu dirumah. Keluarga mengira jika pria itu kabur entah kemana.
Beberapa keluarga mulai datang. Namun Rumondang tak mengabari Ture, berharap ia tidak datang untuk melayat, namun keluarga memberitahunya, dan membuat gadis itu pulang ke rumah.
Rumondang yang melihat kedatangan para keluarga mencoba bersikap tenang, dan mungkin memasang wajah sedih, agar apa yang sedang terjadi seolah tidak ada kaitan dengannya.
Wanita berambut putih dengan disanggul ala kadarnya dan menggunakan ulos sibolang rasta pamontari berbentuk selendang yang diletakkan dipundak sebagai pelengkap.
Dimana ulos ini biasanya dipakai saat acara duka ketika yang meninggal.sudah berkeluarga namun belum memiliki cucu dan dipakai
Wajahnya yang sudah berkeriput dan garis penuaan terlihat sangat jelas menghiasi kulitnya yang sudah kendur.
Ia menghampiri Rumondang yang duduk diatas sebuah tikar dengan wajah menunduk, mencoba bersedih, tetapi sia-sia, hati dan fikirannya tidak sinkron, sehingga terlihat datar.
Wanita itu mendengar kematian puteranya begitu sangat tragis, dan hal itu membuat ia ingin bertanya langsung pada sang menantunya, apa yang sudah membuat Ambolas mengalami hal semengerikan itu, meskipun ia belum melihat jasad puteranya dengan mata kepalanya sendiri.
Akan tetapi, cerita warga dan video yang beredar, membuat hatinya sangat miris, dan ia tak sabar ingim bertanya tentang hal itu.
"Parumaen, Boasa mate anak laki-lakion?" (Menantuku, mengapa anakku bisa meninggal?)
Rumondang mengangkat wajahnya dengan tatapan setenang mungkin, meski wajahnya masih datar, sudah berupaya memaksa air mata itu untuk keluar, namun hatinya bersikeras untuk tidak bersedih.
"Santabi, Inang. I ma naung ditontuhon Tuhan," (Maaf, Inang. Semuanya sudah takdir dari Tuhan," ia mencoba masih bersikap tenang dan sopan seperti biasanya, meskipun wanita itu jelas seolah sedang menyudutkannya.
Sedangkan Norma mengamati kedua orang tersebut dengan perasaan yang sangat penasaran. Ia tahu kematian Ambolas tak wajar, tetapi mengapa Simatua itu bertanya seolah Rumondang adalah pelaku pembunuhannya.
"Aku merasa ada yang janggal dengan semua ini, dan semua kematian anak-anakmu secara beruntun, seolah ada yang memintanya secara sengaja," sindir wanita itu dengan wajah sedih dan tatapan tajam menghujam.
Ucapannya membuat Rumondang tersentak kaget. Meskipun kedua matanya membeliak, ia masih menundukkan wajahnya. Menyembunyikan kekesalannya.
"Jangan terlalu berfikir terlalu jauh, Matua. Aku juga seorang ibu yang kehilangan dua orang anakku. Aku tahu apa yang sedang Matua rasakan ini." Rumondang kembali mengangkat wajahnya. Namun tatapannya seolah sebilah pedang yang siap menghujam, meski tutur katanya masih setenang air tanpa gelombang, tetapi hatinya dipenuhi riak amarah.
Ia menarik nafasnya dengan sangat berat, lalu menghelanya dengan kasar. "Inang mungkin lupa, aku juga seorang wanita yang pernah menjadi istri dari anak Matua. Aku mengalami penderitaan yang cukup pelik, tanpa perhatian dari siapapun, dan aku bertahan dengan penderitaanku, tetapi bukan berarti aku yang membunuhnya," kilahnya dengan cepat.
"Aku tidak menuduhmu membunuhnya, tetapi kau saja yang merasa. Aku hanya merasa janggal saja, mengapa keluargamu terus - menerus ditimpa bencana, seolah ada dosa berat yang sedang terjadi." sindir wanita bertubuh kurus dengan rambutnya yang memutih.
Rumondang mengulas senyum sinis. "Ya, mungkin saja itu dosa besar yang pernah dilakukan olehnya, sehingga membuatnya mati dengan kondisi yang sangat miris. Sebab selama ini sudah terlalu menyakiti istri dan anak-anaknya, bahkan membunuh Tiur secara tidak langsung, dan tanpa merasa bersalah,"
Sontak saja wanita itu membolakan kedua matanya. Ia tak senang ketika sang menantu menyudutkan puteranya yang saat ini sudah meninggal dengan tuduhan sebagai pelaku penyebab kematian Tiur.
"Kau jangan asal bicara. Tidak mungkin puteraku tega membunuh puterinya sendiri!" ucap wanita itu dengan nada penuh penekanan. Tubuhnya menggigil, bukan karena ia kedinginan, tetapi karena rasa gemuruh didadanya saat Rumondang mengatakan hal buruk tentang puteranya.
Saat mereka dalam ketegangan antara mertua dan menantu, tiba-tiba saja Ture datang bersama.Opung Boru dengan wajah sembabnya yang menangis sepanjang jalan saat mendengar kabar kematian Bapaknya.
Ia masih mengenakan seragam sekolah, dan memasuki rumah dengan iringan tatapan orang-orang yang datang berbelasungkawa, meski tak seramai biasanya, karean sebagain warga memilih untuk tidak melayat, karena menaruh rasa curiga padanya.
"Inang." Ture mendekap sang wanita yang telah melahirkannya dengan perasaan kacau. Bagaimana tidak, malam tadi ia masih bertemu dengan pria itu, dan membersihkan pakaiannya. Lalu pagi tafi ia mendengar kabar sang Amang sudah meninggal tergantung didahan pohon andaliman.
Pundak gadis itu terguncang. Air matanya mengalir deras, terlihat kesedihan didalam dirinya begitu sangat dalam. Hal itu tentu berbeda dengan Rumondang, sebab sekeras apapun ia mencoba menangis, tetapi tetap saja tidak tersentuh hatinya.
Rumondang mengusap punggung puterinya. Berusaha menenangkan Ture yang terus tersedu.
Sedangkan Simatua memilih untuk menjauh dari Rumondang yang terlihat sangat datar dalam bersikap padanya.
Wanita lanjut usia itu sedang menunggu hasil autopsi dari dokter dan Kepolisian untuk mengetahui penyebab kematian dari Ambolas.
Ia sangat berharap jika pelakunya hrus diadili seadil-adilnya. Tidak mungkin Ambolas dapat tersangkut didahan pohon andaliman yang cukup tinggi dan berduri, bagaimana ia melakukannya?
berarti JK Harta Kekayaannya ikutan Musnah ,, Rumondang kembali jd Kismin lagi donk yaa ,, kembali ke Kehidupan Awal lg 🤔🤔😱😱
semoga jg Perkampungan yg td nya Mati kembali Hidup lagi dg banyak nya Masyarakat yg kembali ke Kampung Halaman nya lagi 🤗🤗🤗
Semangat Datu Silaban ,,, Kamu psti bisa Mengembalikan Tondi nya Ture lg ke Jasad nya ,, Aku menaruh Harapan Besar pada Mu , Datu 🥳🥳😘😘
Agam nya Selamat dr si Begu nya ,,, tapi Ture nya malah sdh tak berdaya ,, mna sdh di Cekik nya ,,, apakah Ture selamat , kak ❓❓🤔🤔
knp pula tu Tas yg berisi ramuan nya mlh jatuh dn hilang entaah kmna 😤🥺🥺
sumpah Loch aku deg degan bgt bacanya 😱😱
Takut jg si Agam mati di tangan si Begu 🙈🙈🙈
pdhal mereka baru menyatakan perasaan nya masing-masing Loch ,,, masa mo berpisah alam 😔🥺
ahahayyy tp kek mana dgn wrg desa yaaa kira2 akan ngamuk g ya
ogn nyebur aja dehh 🤣🤣🤣
kekasih hati yg blm terungkap secara lisan 🤣🤣🤣