Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
🌷Happy Reading🌷
Mobil mereka telah memasuki jalanan hutan membuat debu berterbangan. Rahendra segera memasukan mobilnya kedalam garasi.
Mereka bertiga langsung turun dan berjalan masuk ke dalam rumah. Mereka langsung saja duduk melingkar di ruang tamu, di tengah-tengah mereka berada satu laptop yang sudah menyala terang.
Ayunda membuka browser lalu mengetik nama 'Gilang Fernando' seketika deretan artikel bermunculan, namun ayunda terus saja menggulir hingga menemukan artikel yang berada paling bawah.
Dengan segera mungkin, wanita itu membuka artikel tersebut. Dan.... mereka dibuat terkejut dengan isi artikel itu.
"Gilang Fernando, yang lebih sering di sapa tuan gilang itu terkenal dengan bisnis di bidang industri. Namun siapa sangka, jika seorang gilang fernando juga memiliki bisnis sampingan, bisnis gelap. Bisnis itu sangat ditutup rapat olehnya, disembunyikan dari publik hingga saat ini pun tidak ada yang mengetahui nya. Bisnis itu meliputi perdagangan organ manusia serta narkoba."
Ayunda menutup mulutnya saking shock membaca isi artikel itu, ia tak percaya jika ada orang sekejam gilang fernando didunia ini.
"Gila!! Pantesan aja dia kaya raya, rupanya memiliki bisnis kayak gitu." Rahendra menggelengkan kepalanya tanda tak percaya dengan artikel yang barusan mereka baca.
"Kalo gilang fernando aja punya bisnis kayak gitu besar kemungkinan wijaya dan yang lainnya memiliki bisnis yang sama." Asumsi Mbak dania yang ada benarnya juga.
"Sampai sekarang, aku masih penasaran dengan nama papa yang nggak ada di browser atau aplikasi pencarian lainnya." Ujar ayunda, ia sungguh penasaran.
"Eh ayunda, tumben sekali ibu ida nggak ada menghubungi kamu beberapa hari ini? Biasanya kan selalu telpon buat nanya kabar." Tanya rahendra yang tiba-tiba teringat akan bu ida.
"Benar juga ya? Bahkan aku udah coba menghubungi nomornya, namun tidak ada jawaban. Chat pun hanya ceklis satu." Sahut ayunda lesu, ia ingin ke panti. Namun masalah yang mereka hadapi tak kalah penting.
Tidak terasa matahari sudah mulai terbenam, memberikan cahaya keemasan. Suhu udara di dalam hutan mulai menurun, menciptakan suasana sejuk setelah panasnya matahari.
Malam pun datang, suara burung yang riuh digantikan dengan suara jangkrik yang berbunyi nyaring.
Ayunda, rahendra, dan mbak dania sudah duduk dimeja makan. Mereka bertiga mulai menyantap makan malam untuk mengisi perut sebelum menjalankan rencana selanjutnya yang sudah mereka susun sore tadi.
Suara dentingan sendok yang beradu dengan piring mengalun keras bagaikan melodi rusak, mereka bertiga dengan terburu-buru menghabiskan makanan yang berada di piring.
Setelah selesai makan barulah mereka duduk kembali di depan laptop yang masih menyala tentunya masih menampilkan artikel yang membahas gilang fernando.
"Malam ini kita mulai menyelidiki satu persatu dari mereka." Ucap mbak dania.
"Ayo!!" Sahut rahendra dengan semangat empat lima.
Mereka bertiga masuk kedalam mobil, rahendra langsung memundurkan mobilnya meninggalkan area rumah.
Mobil melaju kencang keluar dari area hutan, hanya memerlukan waktu 10 menit saja mereka sudah tiba di jalan raya yang sepi. Kiri dan kanan jalan hanya diterangi lampu jalan yang mulai meredup.
Rahendra semakin menambah kecepatan laju mobilnya, kini mereka telah memasuki kawasan perkotaan yang padat akan penduduk. Namun mobil itu tetap melaju hingga tiba rumah keluarga alexandra.
Dari dalam mobil, ayunda bisa melihat edward yang sedang mengelus perut clarissa dengan lembut serta menciumnya.
Setelah itu edward masuk kedalam mobil hitam yang langsung melaju kencang. Tak membuang kesempatan itu, rahendra langsung tancap gas mengikuti mobil yang membawa edward dengan jarak jauh agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Mobil yang membawa edward memasuki jalanan sunyi, tak ada penerangan sama sekali bahkan kendaraan lewat satupun tidak ada.
Mobil hitam itu memasuki halama ruko yang terbengkalai dan menghilang dibalik tembok yang terbuat dari seng.
Sedangkan ayunda, rahendra, dan mbak dania mengangguk. Mereka bertiga memakai masker, topi, serta hoodie hitam yang kebesaran.
Dugg!!
Dugg!!
Dugg!!
Mereka bertiga keluar dari dalam mobil, berjalan mendekat kearah pagar ruko yang tidak tertutup rapat. Mbak dania mengintip sedikit melewati celah yang ada disana, ia bisa melihat jika di halaman depan tidak ada orang sama sekali.
"Ayo masuk!!" Ucap mbak dania yang membuka pintu pagar seng itu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.
Setelah pintu terbuka sedikit lebar barulah mereka bertiga menyelinap masuk. Mereka bertiga mendekati kearah jendela yang bisa melihat langsung seluruh isi ruko tersebut.
"Apa kalian sudah berhasil menangkap wanita itu?" Tanya sebuah suara yang sangat di kenali oleh ayunda, suara milik edward.
"Maaf tuan, kami belum sempat menangkap mantan istri tuan." Sahut salah satu anak buah edward dengan takut-takut.
'"Bodohh!!! Menangkap satu perempuan saja tidak becuss!!" Teriak edward, wajahnya merah padam. Ia begitu marah karena sampai saat ini pun ayunda belum kembali.
"Apakah kalo udah ketemu akan langsung di eksekusi?" Tanya fadil, anak buah edward
"Bisa."
Sedangkan diluar, ayunda merasakan keringat dingin membasahi telapak tangannya. Ternyata ia selama ini diincar oleh anak buah edward
"Segera tangkap dan bawa wanita itu kehadapanku, supaya aku dan yang lainnya bisa mengeksekusi." Seringai tajam menghiasi wajah tampan itu, edward langsung berbalik badan keluar dari dalam ruko lalu masuk kedalam mobil yang langsung meninggalkan area ruko.
Ayunda, rahendra, dan mbak dania langsung kembali masuk kedalam mobil, kini tujuan mereka adalah danau. Disana mereka akan melihat bintang sembari memikirkan rencana selanjutnya.