Evelyn, penulis webtoon yang tertutup dan kesepian, tiba-tiba terjebak dalam dunia ciptaannya sendiri yang berjudul Kesatria Cinta. Tapi alih-alih menjadi tokoh utama yang memesona, ia justru bangun sebagai Olivia, karakter pendukung yang dilupakan: gadis gemuk berbobot 90kg, berkacamata bulat, dan wajah penuh bintik.
Saat membuka mata, Olivia berdiri di atas atap sekolah dengan wajah berantakan, baju basah oleh susu, dan tatapan penuh ejekan dari siswa di bawah. Evelyn kini harus bertahan dalam naskahnya sendiri, menghindari tragedi yang ia tulis, dan mungkin… menemukan cinta yang bahkan tak pernah ia harapkan.
Apakah ia bisa mengubah akhir cerita sebagai Olivia? Atau justru terjebak dalam kisah yang ia ciptakan sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28.Halaman belakang sekolah.
Saat Oliv melompati pagar belakang seperti biasa ia ingin menghindari sekumpulan siswa yang usil didepan gerbang dan mendarat ringan di halaman kosong di samping gedung olahraga, ia tidak menyadari bahwa tiga pasang mata tengah memperhatikannya dari balik dinding. Langit yang terlihat cerah. Oliv menepuk-nepuk debu di roknya dan ia di kejutkan dengan kedatangan tiga siswa yang berdiri didepan Oliv.
"Pantas saja, kami tidak melihatmu masuk pintu depan" Ucap Jack.
"Ternyata di sini artis kita ini masuk" Sahut Rico.
Oliv hanya menatap tajam kearah mereka, seolah tidak menggubris ucapan mereka.
Jack menyilangkan tangan di depan dada, wajahnya menyiratkan keisengan yang sudah menjadi kebiasaannya. Rico berdiri di sampingnya sambil memainkan tutup botol yang entah darimana ia dapatkan, sementara siswa ketiga Leon teman mereka bersandar santai pada dinding, matanya mengamati Oliv dari kepala hingga kaki dengan senyum setengah mengejek.
“Kau pikir dengan masuk dari pagar belakang bisa lolos dari kami, Liv?” kata Leon sambil menendang-nendang kerikil kecil ke arah kaki Oliv.
Oliv mengangkat dagunya sedikit. “Minggir,” ucapnya datar, suaranya tajam dan dingin seperti pisau yang diselipkan di balik kata-kata.
“Tunggu dulu, artis Red High,” Jack menahan langkah Oliv dengan berdiri tepat di depannya. “Kami cuma mau ngobrol. Kan jarang-jarang lihat selebriti sekolah melakukan aksi parkour tiap pagi.”
"Iya nih, pengen kabur saja nih!. Jangan hanya dekat dengan 3T saja, kami bertiga juga tidak kalah keren dari mereka" Sindir Rico.
Oliv dengan sikap dinginnya tidak menggubris ucapan mereka bertiga.
“Apa kalian gak punya kelas?” Oliv membalas, suaranya tidak meninggi, tapi sarat akan ketidaksabaran. Matanya melirik ke kiri dan kanan, menilai apakah bisa menyelinap lewat sela mereka atau harus mengambil jalan memutar.
Rico tertawa pelan. “Kelas? Demi kamu, kita rela bolos sepuluh menit. Lagi pula, bukankah kamu juga sedang kabur dari gerbang utama karena ‘alasan tertentu’? Atau… karena kamu gak kuat dengan semua sorotan dan bisik-bisik itu?”
Leon menyela, “Kasihan banget ya, seharusnya 3T melindungi mu,tapi mana mereka?”
"Lebih baik kamu kejar kami" Sahut Rico sambil tertawa terbahak-bahak.
Lalu diikuti dengan kedua temannya itu, membuat Oliv tidak nyaman didekat mereka bertiga.
Sekilas, rahang Oliv mengeras. Tapi ia tidak bereaksi lebih dari itu.
“Kalau sudah selesai mengejekku kalian, minggir.” Oliv mulai melangkah, tapi Jack menyodorkan lengannya ke depan, menghalangi jalannya.
“Eh, eh, belum selesai. Kita belum sempat nanya.siapa yang paling kamu incar sih? Si kaku Leo? Si ramah Damian? Atau si misterius Owen?”
Oliv tersenyum dingin. “Kalian pikir kalian lucu?”
“Kami tahu kami lucu.” Rico terkekeh, tapi tawanya berhenti saat Oliv melangkah maju, memukul lengan Jack agar jatuh dari hadangan.
“Sentuh aku lagi, dan aku pastikan kalian bertiga masuk ruang BK sampai akhir semester.” Nadanya pelan, namun mengandung ancaman yang cukup membuat Rico dan Leon saling pandang.
Jack mengerutkan dahi, tapi tidak mengatakan apa-apa saat Oliv berjalan melewatinya dengan kepala tegak, tanpa mempercepat langkah sedikit pun.
Angin pagi mengangkat ujung rok seragamnya ketika ia pergi, meninggalkan ketiganya dalam diam yang canggung.
“Gila, dia punya nyali juga,” gumam Leon akhirnya.
“Dan tatapan itu…” Rico mengusap tengkuknya, “kamu bikin aku takut...”
Jack mendengus pelan. “Kita lihat bagaimana dirimu tanpa 3T mu di Red High ini.”
Mereka bertiga pun akhirnya mulai melecehkan Oliv, dari pegang ujung roknya, cubit tangannya dan sampai wajahnya.
"Kalian minta di hajar! " Bentak Oliv yang kesal.
Tapi larangan Oliv tidak di gubris oleh mereka, dan mereka terus saja mencoba melecehkan Oliv.
Tangan Leon mencubit pipi Oliv sambil tertawa, sementara Rico menarik ujung roknya dengan iseng. Jack, yang berdiri paling dekat, berani menyentuh dagunya.
“Lucu juga kalau kamu marah, Liv. Tapi sayangnya, kamu gak bisa ngelaporin semuanya, ya kan?” bisik Jack dengan suara licik.
Cukup sudah.
Oliv meraih tangan Jack yang menyentuh wajahnya dan memelintirnya dengan gerakan cepat. Anak laki-laki itu meringis kesakitan, membuat dua temannya tersentak mundur.
“Aku sudah bilang,” suara Oliv rendah dan tajam seperti pecahan kaca. “Kalian sentuh aku lagi, kalian akan menyesal.”
Dengan cepat ia melempar tasnya ke tanah, bersiap menghadapi mereka bertiga jika mereka nekat. Sorot matanya tidak gentar sedikit pun, bahkan ketika Jack memegang pergelangan tangannya yang kesakitan sambil menggeram.
Namun sebelum situasi makin memburuk…
___
Sementara itu, di depan gerbang utama Red High..., Owen merasa cemas yang terus mondar-mandir didepan pintu masuk sekolah mereka.
“Dia biasanya masuk lima menit sebelum bel bel sekolah, bukan lima belas menit setelah,” gumam Owen sambil melirik jam tangannya dengan cemas.
Damian, yang bersandar pada pagar besi, mengangkat alis. “Kamu terlalu overthinking, Owen. Mungkin dia cuma muter dulu ke koperasi atau kantin belakang.”
“Enggak,” potong Owen cepat. “Dia gak pernah telat kayak gini. Bahkan semalam dia bilang bakal masuk pagi buat nyiapin presentasi sejarah.”
"Semalam?, kalian saling berhubungan sampai larut. Wah!, hubungan kalian sejauh apa nih? " Goda Damian.
"Jangan Goda aku!, aku lagi cemas malah kamu goda mau ku hajar! " Seru Owen dengan kesal.
Leo yang berdiri di belakang mereka, menyilangkan tangan dengan wajah serius. “Kamu gak salah. Ini aneh. Dan… itu dia.” Ia menunjuk ke arah gerombolan siswi yang sedang tertawa-tawa di bawah pohon dekat gerbang.
Owen memicingkan mata. “Luna?”
“Yup,” kata Damian. “Dan lihat… dia sama Melisa dan gengnya mungkin mereka bersama Oliv. Bukannya barusan Luna bilang mau bareng Oliv pagi ini?”
Mereka bertiga saling pandang. Wajah Owen semakin tegang, lalu mereka bertiga menghampiri Luna dan Melisa serta kawan-kawannya.
"Lun, mana Oliv? " Tanya Owen dengan tegas.
"Bukankah Melisa tadi bilang ia sudah ada di kelasnya" Jawab Luna yang kebingungan.
"Oliv belum di kelas!, lalu untuk apa kamu disini? " Ucap tegas Owen.
"Saat aku menunggu Oliv, Melisa mengajakku untuk mengambil laporan di ruang guru. "
"Apa!, bagaimana bisa kamu tinggalkan Oliv sendirian? " Ucap Owen dengan nada tinggi seakan marah dengan Luna.
Leo lalu memegang pundak Owen yang sudah terlihat marah. "Ini bukan salah Luna, pasti Melisa yang sekarang tahu dimana Oliv berada. "
Damian yang sudah mengurus Melisa dan kawan-kawan nya, setelah mengorek informasi dengan cara lembut.
"Owen, Oliv masih di halaman belakang sekolah! " Teriak Damian.
Tanpa bicara Owen berlari ke arah tempat yang di tuju oleh Damian, Leo mencoba menenangkan Luna yang terkejut dengan sikap Owen tadi.
Setelah itu mereka berdua menyusul Owen sudah mulai berlari ke arah halaman belakang sekolah mereka, diikuti Damian dan Leo dari belakang.
___
Oliv yang saat ini berlari dari mereka bertiga, ia masuk kedalam gedung olahraga yang kosong untuk bersembunyi.
"Oliv, jangan bersembunyi seperti itu! " Teriak Jack.
"Benar, keluarlah dan hibur kita seperti kamu menghibur anak 3T itu" Ucap Rico sedikit keras.
Lalu tiba-tiba tangan Oliv di tarik oleh Leon untuk keluar dari tempat persembunyiannya, "akhirnya kami menemukan mu!. "
Oliv pun yang tadi terjatuh dan berdiri tegak menghadapi mereka bertiga sendiri, Oliv mundur satu langkah saat Rico mengambil ancang-ancang, seolah ingin merebut tasnya.
“Kembalikan—”
BRAK!
Sebuah suara keras menghentikan segalanya. Pintu samping gedung olahraga terbuka dengan kasar, dan suara langkah kaki mendekat cepat.
“O-LIV!” seru Owen, nadanya nyaris panik.
Jack dan dua temannya langsung menoleh. Wajah mereka berubah ketika melihat siapa yang datang,Owen dengan napas memburu, diikuti Damian dan Leo.
Leo segera bergerak maju, matanya menatap tajam ke arah Jack.
Jack, Rico, dan Leon terdiam. Mereka sadar, situasinya sudah berubah. Tiga dari cowok paling disegani di Red High berdiri di depan mereka sekarang. Dan kali ini,mereka bukan datang untuk bercanda.