Azzam Syauqi Atharis pria yang dulunya memilik sifat ceria dan jahil berubah menjadi sosok pria dingin setelah tragedi na'as yang terjadi di dalam keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joelisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Mas, jauhan dikit ih.." Letta sedikit merinding melihat tingkah suaminya,setelah mereka selesai sarapan tadi.
Suaminya selalu menempel padanya seperti perangko saja."Mas."
Azzam pura-pura tidak mendengar teguran istrinya, membuat istrinya kesal salah satu daya tarik tersendiri baginya. Terlebih jika Letta sudah mengeluarkan ciri khasnya, pipi mengembung dan bibir yang mengerucut lucu. Sungguh kombinasi yang membuat Azzam semakin jatuh cinta.
Selucu itu istrinya, Letta.
"Mas geser, aku sempit!"protes Letta lagi. Mereka masih berada di kamar dengan Letta yang bersandar pada kepala ranjang, mereka bahkan sarapan di dalam kamar karena Azzam tidak mengizinkan istrinya turun dari ranjang. Azzam yang tiba-tiba bangun,langsung merebahkan kepalanya di paha istrinya.
"Ya Allah Mas, baru aja kaki ku bebas dari kesemutan, langsung kamu tindihin aja."keluhnya.
"Daripada Mas rebahan di betis orang, mending di betis kamu."
Letta tidak lagi protes,ia malah tersenyum mendapati suaminya sudah memejamkan matanya. Dengan lembut ia mengelus surai hitam suaminya.
"Mas nggak berangkat kerja?" tanya Letta.
Azzam menggeleng masih dengan memejamkan matanya,ia menikmati tiap sentuhan yang Letta berikan,sifat manjanya keluar jika sudah seperti itu.
"Mas mau kerja dari rumah aja."jawab Azzam.
Letta mengangguk, ia paham sekarang kalau suaminya ini sosok pria yang haus akan belaian. Maklum saja suaminya itu tidak memiliki siapa-siapa selain Oma nya di tambah lagi selama ini, ia selalu sibuk dengan urusan kantor.
Azzam tidak mungkin meninggalkan istrinya di saat seperti ini, ia tidak ingin di cap sebagai suami tidak bertanggung jawab yang hanya mau enaknya saja, padahal belum tentu istrinya akan berpikir seperti itu.
Sebenarnya Azzam ingin mengulang yang semalam,tapi ia sadar bahwa istrinya masih sakit dan itu pasti tidak nyaman. Jadi ia mengalihkannya dengan bermanja pada Letta.
"Mas, sedang lihat apa?"Letta penasaran karena melihat Azzam yang sibuk dengan ponselnya.
"Mas sedang mengosongkan jadwal mas, untuk beberapa hari kedepan." jawab Azzam.
"Lho, kenapa?"
"Hm. Mas baru sadar, kita sudah menikah hampir dua bulan. Tapi Mas sama sekali belum meluangkan waktu untukmu. Mas mau ngajak kamu liburan."
Wajah Letta langsung terlihat sumringah saat mendengar kata liburan.
"Beneran? Mas nggak bohong,kan?"
Azzam mengangguk pelan," Semuanya sudah Mas urus, besok pagi kita berangkat."
Azzam bangkit dari tidurnya,ia merapat pada Letta menarik pinggang istrinya agar mendekat kearahnya.
"kita honeymoon." bisik Azzam yang mampu membuat Letta merinding seketika.
*
*
*
"Mas, aku nggak lagi mimpi,kan?"
Azzam mencium pipi istrinya sekilas," Nggak sayang, kamu lagi nggak mimpi. Ini nyata!"
Senyum manis merekah dibibir Letta, menatap keindahan yang terpampang di depan matanya. Mereka sudah sampai di penginapan Phuket-Thailand. Azzam menyewa satu villa yang menyuguhkan pemandangan sangat indah. Letta benar-benar bisa menikmati pemandangan indah dengan berdiri di balkon penginapan mereka.
Sri panwa memang seindah ini.
Azzam berdiri di belakang istrinya, lalu memeluknya dari belakang,hal itu sontak membuat Letta membeku.
"Kok diem? Gak suka?" Azzam melonggarkan pelukannya, namun pergerakan itu di tahan oleh Letta.
Gadis manis itu menahan lengan kekar suaminya, yang melingkari pinggangnya."Suka."bisik Letta.
Keduanya pun terdiam sembari menikmati pemandangan alam didepan mereka."Cantik."gumam Azzam.
Letta mengangguk mengiyakan, pemandangan di hadapan mereka memang sangat cantik.
"Bukan pemandangannya, tapi kamu."
Azzam memutar tubuh Letta menghadap kearahnya, dan gadis itu melingkarkan tangannya ke leher Azzam keduanya hanyut dalam suasana yang indah.
perlahan Azzam mendekat,lalu mencium bibir istrinya yang membuatnya candu, melumatnya dengan penuh kelembutan, Letta yang sudah mulai terbiasa itu mencoba membalas ciuman suaminya meskipun masih terasa kaku, tapi Azzam menyukainya karena ia tahu ini pertama bagi Letta dan dirinya mereka masih sama-sama belajar.
Azzam melepas pangutan bibirnya,lalu berbisik pada Letta dengan suara paraunya."Mas pengen,boleh?"
Letta mengangguk pelan, Azzam langsung menggendong istrinya seperti koala setelah mendapat persetujuan dan membawanya masuk kedalam kamar mereka.
Kedua insan itu kembali merajut kasih mereka yang halal,hangat dan penuh cinta. Bukan hanya tentang tubuh yang melebur, tapi hati yang saling menyatu, saling memberi, saling belajar dan saling menjadi dalam cinta yang tak pernah kehabisan amunisi.
Hingga langit menggelap Azzam baru berhenti, entah berapa kali mereka melakukan penyatuan, pria itu seakan tidak memiliki rasa lelah, bahkan saat ini ia sedang menikmati wajah cantik istrinya yang tertidur pulas di sampingnya.
"Sayang," panggilnya pelan, membelai pipi istrinya.
"Hmm.." Letta hanya bergumam.
"Bangun dulu, ya?" bisik Azzam lagi.
"Mas.. Bentar deh..lima menit."rengek Letta, masih dengan mata terpejam.
" Kalau diturutin lima menit bisa jadi lima jam."goda Azzam, mencubit hidung istrinya gemas.
Letta membuka matanya, menatap sayu, lalu dengan suara manja yang di sengaja dia berkata." Gendong."
Azzam terkekeh,"Jadi, gendong ke kamar mandi, gitu?"
"Ya iyalah, masa istrinya yang lemas ini disuruh jalan sendiri."
Tanpa banyak protes Azzam langsung menyibak selimut, lalu mengangkat tubuh Letta kedalam pelukannya. Letta reflek melingkarkan tangan di leher Azzam,lalu menyandarkan kepala di dadanya yang hangat.Letta tersenyum kecil, hatinya meleleh dengan perlakuan manis Azzam.
Setelah membantu Letta yang ternyata berubah menjadi koala dan manja luar biasa. Kini keduanya tengah berada di sebuah restoran yang tak jauh dari Villa yang mereka sewa.
"Terimakasih," ucap Letta setelah Azzam membantunya memotong daging steak miliknya.
"Lihat, manja sekali. Memotong steak sendiri saja tidak bisa." Sindir seorang wanita yang duduk tak jauh dari meja Azzam dan Letta. Menggunakan bahasa thailand.
Azzam yang mendengar itu dengan santainya membalas ucapan wanita itu." Apa urusannya denganmu, bisa atau tidaknya, aku tetap menawarkan diri untuk melayani wanitaku."
Letta hendak tertawa mendengarnya, namun ia sebisa mungkin menahannya. Wanita yang tadi berniat menjatuhkan Letta dan menarik perhatian Azzam, mengepalkan tangannya karena ia telah di tolak sebelum melanjutkan aksinya.
Setelah selesai makan malam Azzam mengajak Letta berjalan-jalan santai di sekitar villa. Ia menggenggam tangan istrinya dengan lembut."Jangan sampe ilang."ujar Azzam.
Letta langsung menggenggam erat tangan Azzam dia suka dengan perlakuan manis Azzam. Sangat lembut meskipun terlihat sedikit dingin.
Sejak tadi mata bulat Letta berbinar melihat betapa memukaunya pemandangan di sekitar mereka.
"Mas.." panggil Letta pelan.
Azzam berdeham pelan merespon panggilan istrinya.
"Kamu pernah kesini sebelumnya?" tanyanya hati-hati.
Pria yang masih setia menggenggam tangannya itu mengangguk."Pernah. Dulu waktu masih SMP." jawabnya jujur.
Azzam melirik istrinya yang nampak belum puas dengan jawaban yang Azzam berikan tadi.
"Dulu, Mas, Razzan, Mommy dan Daddy pernah liburan kesini." jawab Azzam jujur.
Letta menoleh kearah sang suami," Maaf, aku tidak bermaksud mengingatkan mas pada mereka kembali." ucap Letta merasa bersalah.
"Nggak papa," pria tampan itu menarik istrinya untuk duduk di sebuah bangku kayu yang berada di bawah pohon rindang.
"Mas mau cerita?"tanya Letta hati-hati.jujur ia sangat penasaran dengan kehidupan Azzam sebelumnya, ia sudah bertanya pada beberapa maid dirumah, namun tak ada yang berani bercerita.
Azzam terdiam cukup lama, lalu terdengar hembusan nafas kasar dari mulutnya.
Semuanya bermula dari kabar itu.
Flasback.
Azzam tengah bermain basket di lapangan sekolah bersama Leo, David, dan beberapa teman lainnya.
Tiba-tiba ia mendengar suara teriakan dari pinggir lapangan, Razzan saudara kembarnya berteriak memanggil namanya sambil menangis histeris.
"Azaaammm..."
Azzam langsung membanting bola di tangannya,lalu berlari menghampiri saudara kembarnya, ia takut terjadi apa-apa pada Razzan karena saudaranya itu memiliki fisik yang lemah.
" Zan, lo kenapa?" tanyanya ketika sudah berada di hadapan Razzan.
Razzan yang sudah tidak sanggup berbicara itu menyerahkan ponsel miliknya pada Azzam adiknya.
Azzam menerima ponsel tersebut, di layar pipih itu terpampang sebuah artikel berita terkini, pesawat penerbangan dari jerman ke indonesia dinyatakan hilang kontak dan sampai saat ini belum di ketahui keberadaannya.
Tubuh Azzam tiba-tiba limbung ke belakang,untung saja Leo sigap menangkapnya. Pesawat itu adalah pesawat yang di tumpangi kedua orang tuanya.
"Kunci motor," ucap Azzam seketika,ia menatap ke arah Leo meminta kunci motornya." Gue pinjam motor lo." Azzam merogoh saku celananya mengeluarkan kunci mobil miliknya,lalu menukarnya dengan kunci motor milik Leo.
" Zam, tunggu. Gue ikut." Razzan mengejar Azzam yang sudah berlari menuju parkiran.
Leo dan David yang merasa tidak tenang pun ikut mengejar mereka.
Azzam mengemudikan motor milik Leo dengan kecepatan di atas rata-rata dengan Razzan yang berada di boncengannya. Tujuannya hanya satu yaitu bandara. Pikirannya sangat kalut,ia tidak bisa berpikir jernih dan hingga saat motor mereka sampai di persimpangan, sebuah mobil truk besar melaju Azzam yang terkejut melihat kemunculan truk tersebut lantas tidak bisa menghindar dan kecelakaan na'as itu pun terjadi.
Braakkkk!
Tubuh keduanya terpelanting,sedangkan motornya ringsek terlindas truk. Beberapa pengendara yang melihat kejadian itu langsung berhenti.
Leo dan David yang tadinya menyusul di belakang menghentikan mobilnya saat melihat keramaian di depan mereka. Leo yang penasaran menghentikan satu pejalan kaki untuk bertanya.
" Maaf,pak. Ada apa ya di depan sana?"
"itu dek,ada kecelakaan. Mobil truk menabrak sepeda motor yang di tumpangi dua orang remaja."
Deg.
Perasaan Leo langsung tidak enak,ia menembus kerumunan di ikuti oleh David di belakangnya.
Permisi.
Permisi.
Ucapnya,dan saat ia berhasil menembus kerumunan itu,Leo terkejut melihat pemandangan di hadapannya.
Azzzaammmm...
Razzzaaaannn...
Teriaknya lalu berlari ke arah dua remaja yang terkapar di tengah jalan,suara sirene ambulance terdengar nyaring dan beberapa polisi sudah datang ke lokasi kejadian. Leo yang berniat menghampiri kedua saudaranya di tahan oleh dua orang polisi.
"Pak, lepasin pak. Itu saudara saya.." ucap Leo.
"Maaf,anda tidak boleh mendekat,sebaiknya langsung menyusul ke rumah sakit saja." ucap salah satu polisi.
David tidak bisa berkata- kata ia melihat tubuh kedua sahabatnya di bawa masuk kedalam ambulance.
David menarik tangan Leo,membawanya menuju mobil." kita susul kerumah sakit." ucapnya masuk kedalam mobil di ikuti oleh Leo.