Sudah empat tahun ini kebun pisang milik Raharjo menjadi tempat yang paling menakutkan bagi warga sekitar, jangan kan malam hari, siang saja tidak ada yang berani mau lewat sana.
Bahkan keluarga Raharjo juga menghilang begitu saja, membuat warga menduga keluarga tersebut punya pesugihan.
kemana kah Raharjo menghilang bersama keluarga nya?
siapa yang sudah menjadi hantu di kebun pisang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Menemukan mayat
Radja turun dari mobil nya menatap rumah yang sudah sangat lama dia tinggalkan selama tinggal di kota, sungguh tidak terawat sama sekali karena memang tidak ada yang mau merawat, terlebih dia pun pergi begitu saja dan tidak ada satu orang pun yang tau soal kepergian keluarga nya Raharjo dan juga anak anak nya.
Juwita yang juga ikut pun menatap rumah yang sangat bagus dan juga besar, lengkap pula akan kebun yang sangat luas sehingga bila ??di jual memang laku sekitar satu M lebih ini. Juwita berpikir untuk memberikan pada pengusaha properti saja, pasti akan jadi banyak perumahan dan bisa bagi dua saja hasil nya.
"Besar sekali rumah nya, sayang lah kalau tidak di urus." ucap Juwita.
Namun ucapan Juwita sama sekali tidak di gubris nya sedikit pun karena Radja menang sudah sangat malas, terserah istri nya mau ngomong apa karena dia pun tidak peduli akan hal itu. mau jungkir balik pun terserah, karena saat ini ada yang lebih di perhatikan oleh Radja.
"Tidak ada, kemana dia pergi?" batin Radja melihat sekitar.
"Lihat ni sangat kotor, untuk apa juga kamu simpan rumah kalau tidak di urus." Juwita masih saja terus bicara.
"Kamu kok diam saja sih dari tadi, aku capek ya ngomong terus sama kamu!" Juwita kesal juga lama lama.
"Bila capek maka tidak usah bicara, aku pun malas mendengar suara mu!" sengit Radja berlalu pergi.
"Bangsat, awas saja kau!" Juwita menggeram setelah di tinggal begitu saja dengan suami nya.
Sungguh Radja memang sama sekali tidak peduli akan siapa istri nya dan mau apa juga istri nya, hubungan rumah tangga ini bukan cuma hambar saja melainkan memang sudah tidak bisa lagi mau di satukan karena rasa sakit nya yang tidak bisa mau di ucapkan dengan kata kata. apa lagi mereka menikah juga bukan karena cinta, sehingga sudah pasti ada jarak nya lah, mungkin pernikahan lain akan membaik saat sudah lama berumah tangga dan bisa saling cinta juga.
"Rasa nya mustahil juga kalau orang tua mu hidup kau akan dapat warisan." gumam Juwita melihat kedalam kamar.
Krieeeet.
Suara pintu yang sudah berkarat dan sudah lana tidak di bersihkan sehingga saat baru di buka langsung saja bersuara begitu, ini kamar yang paling cantik sehingga bisa di pastikan adalah kamar seorang gadis dulu nya. Juwita melihat lihat dengan teliti, seisi kamar penuh dengan warna pink yang sangat cantik.
"Ini pasti kamar gadis itu, cih ternyata memang sangat cantik!" Juwita melihat foto seorang gadis dalam sebuah foto menggunakan baju adat jawa.
Braaaaak.
"Aaaah, kenapa pakai acara jatuh segala?!" Juwita kaget karena foto gadis yang ada di dinding malah jatuh kelantai.
Glodaaak, Glodaaaak.
"Apa itu, apa yang bersuara di dalam lemari?" Juwita sudah takut tapi hati nya masih penasaran juga untuk melihat apa yang ada di dalam lemari.
Penasaran apa yang sedang bersuara di dalam lemari itu maka Juwita pun segera bergerak mendekat untuk membuka, jantung sudah berdegup tidak karuan karena rasa takut yang tambah besar. mana dia pun sendirian di dalam kamar ini, Radja pergi kekamar lain karena malas debat terus dengan istri nya tersebut.
Braaaak.
"Aaaaahkk!" Juwita terpekik karena pintu lemari terbuka lebar.
Seonggok tubuh yang sangat kecil ada di dalam lemari itu, Juwita tidak kenal siapa dia karena Juwita bukan lah orang sini, mana mayat tersebut dalam keadaan telanjang bulat tanpa menggunakan apa apa. tapi yang jelas dia adalah bocah perempuan, maka Juwita segeta berteriak memanggil suami nya.
"MASSSSS!"
"CEPAT KAU KESINI, MAAAAS!"
"Apa sih dia ini, selalu aja saja tingkah nya!" Radja amat kesak saat mau mendatangi kamar.
"Cepat lah kau datang, lihat ini apa yang aku temukan!" Juwita masih saja berteriak.
"Apa yang membuat mu sangat ribu sih, Juwita!" Radja membentak keras.
"Kau lihat itu!" Juwita menunjuk kedalam lemari.
Kali ini Radja juga sangat kaget karena di dalam lemari itu ada seorang mayat yang sudah kaku dan kelihatan mungkin tadi pagi meninggal, Radja bingung harus bagai mana mengambil tindakan. dia baru saja datang tapi sudah menemukan kejadian seperti ini, maka dapat di pastikan sangat syok sekali.
"Siapa yang meninggal ini, kita lapor saja pada Pak RT nya agar tidak jadi masalah." usul Juwita.
"Cepat keluar, ayo kita cari rumah Pak RT!" Radja juga tidak mau kena masalah.
"Tas ku!" Juwita menyambar tas yang tadi sempat terlempar.
"Astaga, ini lah kenapa aku malas sekali mau datang kesini." Radja kesal sendiri di dalam mobil yang meluncur.
Tujuan nya sudah pasti adalah rumah Pak RT dan dia harus bertanya juga pada orang orang yang ada di sini, sebab Radja pun tidak tau di mana rumah RT nya. sudah sangat lama dia pindah, ada keraguan pula apa kah RT nya sudah pindah atau masih tetap sama saja, yang penting sekarang dia harus menemukan secepat mungkin untuk membuat laporan.
...****************...
"Apa apaan kalian?!" Asri berontak saat rombongan Ibu Ibu datang kerumah untuk menggeledah.
"Pokok nya kami mau melihat keadaan yang di bawah amben!" tegas Kopsah.
"Ini rumah ku dan aku ada hak untuk menolak kalian masuk!" Asri pun tam kalah tegas.
"Asri, bila kamu memang tidak bersalah maka tidak akan keberatan kami masuk." ujar Bu Ita.
"Kalian yang tidak punya kasihan padaku, mentang mentang aku orang miskin sehingga bisa saja menuduh aku begini. padahal kemarin sudah di geledah oleh Pak Lurah!" Asri mulai menangis.
"Tidak usah playing victim lah kau, ayo kita lihat bawah amben itu." desak Kopsah tak sabar lagi.
"Biar kan saja mereka masuk, Mak. biar melihat kalau di karung gandum itu tidak ada apa apa!" Lula membuka pintu lebar.
Asri langsung pucat karena dia menyimpan barang curian itu ada di sana dan bila di geledah maka akan ketahuan oleh para Ibu Ibu ini, entah bagai mana nasib Asri apa bila para wanita yang mendapati dia sudah mencuri. kalau ada Pak Lurah kemarin dia masih bisa di bela, tapi kali ini dia harus melindungi diri sendiri.
"Masuk saja, Bu." suruh Lula yang ingin melihat fakta juga.
"Terima kasih ya, Nak. kami hanya akan melihat bawah amben saja kok!" ujar Bu Ita.
"Lihat lah, Bu." angguk Lula sama sekali tidak keberatan.
Asri yang keberatan karena dia tau sebentar lagi dia akan habis kena hujat, semua inu salah Sarjo, mana sekarang dia tidak peduli dan asik tidur saja setelah kaki dan tangan di rantai oleh para warga karena mereka takut.
Selamat siang besty ku, jangan lupa like dan comen nya ya biar othor semangat, terima kasih buat para pembaca setia othor.
member purnama emang ngeselin, ngeyelan.. apalagi duo kunti itu 😆
siraja mlh djadiin papan selancar n sidewa juga g sengaja megang SS nya siratu burunghantu 🤣🤣🤣🤣