NovelToon NovelToon
Rahasia Di Balik Kandungan

Rahasia Di Balik Kandungan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Pengantin Pengganti / Romansa
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Leel K

Semua orang melihat Claire Hayes sebagai wanita yang mengandung anak mendiang Benjamin Silvan. Namun, di balik mata hijaunya yang menyimpan kesedihan, tersembunyi obsesi bertahun-tahun pada sang adik, Aaron. Pernikahan terpaksa ini adalah bagian dari rencana rumitnya. Tapi, rahasia terbesar Claire bukanlah cintanya yang terlarang, melainkan kebenaran tentang ayah dari bayi yang dikandungnya—sebuah bom waktu yang siap menghancurkan segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leel K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. Rasanya Nyaman

Di sudut ruangan, Charles dan Eva Silvan, melangkah mendekat. Eva, dengan mata berkaca-kaca, segera mendekap Claire. "Oh, Sayang... kau sungguh hebat! Selamat, Nak." Eva mencium kening Claire, lalu beralih menatap Ethan dengan penuh kasih sayang. "Selamat datang, cucu Nenek!" 

Charles, meskipun lebih kalem, juga tampak sangat bahagia. Ia menepuk bahu Aaron, "Selamat, Putraku. Kau sudah menjadi seorang ayah." Ia kemudian tersenyum pada Claire. "Terima kasih, Nak. Terima kasih sudah melahirkan cucu kami yang sehat." Meskipun masih terdengar formal, ada kehangatan yang jelas dalam suaranya, sebuah penerimaan yang Claire rasakan.

Selama beberapa jam berikutnya, ruangan itu dipenuhi kehangatan keluarga. Eva dan Charles bergantian menggendong Ethan, memuji betapa miripnya bayi itu dengan Aaron.

"Bagaimana bisa dia begitu mirip denganmu, Aaron?" ujar Eva, memuji dengan tulus, matanya berbinar. Ia mengamati setiap detail wajah mungil Ethan, mencari kemiripan dengan putranya.

Aaron dan Charles bersitatap, pandangan mereka bertemu. Ada sebuah percakapan tak terucap di antara dua pria itu, saling memahami tanpa kata. Sebuah keheningan singkat, penuh makna. Kemudian Aaron menghela napas pelan, mengalihkan pandangannya pada bayi kecil yang digendong ibunya. Aku adalah pamannya, bukan hal aneh jika dia begitu mirip denganku, pikirnya dalam hati. 

Aaron menoleh ke Claire, mendapati wanita itu sedang menatapnya lemah, namun ada sorot mata penuh kemenangan dan kelegaan. Ketika mata mereka bertemu, Claire tampak berusaha untuk tersenyum, senyum tipis yang tulus.

Aaron mendekatinya. Claire langsung meraih ujung tangan Aaron yang bebas begitu pria itu mendekat, menariknya dan memeluk tangan kiri Aaron yang besar itu dengan kedua tangannya.

Claire menekan tangan Aaron ke pipinya yang hangat. "... Aku berhasil," bisiknya lirih, suaranya sarat emosi. "Aku berhasil melahirkan anak kita, Aaron."

Aaron tersenyum tipis, sebuah sentuhan kelembutan yang jarang terlihat di wajahnya. Kemudian, ia mengusap kepala Claire dengan tangannya yang lain, pelan dan begitu penuh dengan kasih sayang. "Ya, kau berhasil." Ia membungkuk, mengecup kening itu, lembut tapi dalam, sebuah janji tanpa kata yang mengikat.

Sementara itu tak jauh di belakang punggung lebar Aaron, baik itu Charles, Eva, dan juga David yang masih berada di ruangan yang sama, melihat pemandangan itu. Eva menutup mulutnya dengan ujung jarinya, matanya melebar, pipinya sedikit merona. Kali pertama ia melihat putranya—Aaron yang kaku dan datar, yang selalu menjaga jarak dari wanita manapun—bersikap begitu manis. Terlebih lagi, kepada wanita milik mendiang kakak laki-lakinya yang dulunya begitu ia benci sampai seolah meludahinya pun membuatnya enggan. Pemandangan itu adalah sebuah keajaiban.

"Aku hampir tidak mengenalinya," gumam Eva kagum, suaranya tertahan, hampir tidak percaya dengan apa yang disaksikannya.

Charles menghembuskan napas tipis di bibirnya, bibirnya tersenyum. Ia turut bersyukur dengan perubahan Aaron. "Ketika seorang pria sudah menjadi seorang ayah," ujar Charles pelan, matanya menatap putranya dengan bangga, "barulah matanya terbuka untuk banyak hal yang dia lewatkan."

...****************...

Keesokan harinya, Claire dan Ethan diizinkan pulang. Penthouse terasa berbeda. Susan dan beberapa staf lain telah menyiapkan kamar bayi di lantai dua dengan sangat indah. Dindingnya dicat warna krem lembut, dihiasi bintang-bintang kecil yang bersinar dalam gelap. Sebuah crib mewah berwarna putih gading berdiri di tengah ruangan, dikelilingi boneka-boneka binatang lucu dan selimut-selimut lembut.

Pasti Aaron yang meminta semua ini. Claire tersenyum, hatinya menghangat. Betapa manisnya…

Ketika mereka tiba, Aaron langsung menggendong Ethan dari dalam carrier bayi. "Selamat datang di rumah, Ethan," bisiknya, suaranya lembut, tidak seperti Direktur Aaron Silvan yang dingin.

Claire melihatnya, dan senyumnya melebar. Aaron tampak begitu alami dengan Ethan di gendongannya, meskipun sesekali ia melirik Claire, seolah mencari petunjuk cara menggendong yang benar.

Beberapa hari pertama di penthouse adalah ritme baru yang canggung namun manis. Ethan menjadi pusat perhatian. Aaron, yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya, kini lebih sering berada di dekat Claire dan bayinya. Ia akan bekerja dari sofa ruang keluarga, namun matanya akan sering melirik ke arah Ethan yang tidur di bassinet di dekatnya, atau ke arah Claire yang menyusui.

"Apakah kau sudah makan?" Aaron akan bertanya pada Claire, jika ia melihat Claire terlalu fokus pada Ethan.

"Sebentar lagi, Aaron," jawab Claire yang sedang menidurkan Ethan.

"Tidak ada sebentar lagi. Makan sekarang," kata Aaron dengan nada tegas, namun kemudian ia akan mengambilkan piring dan meletakkannya di hadapan Claire. 

Aaron bahkan beberapa kali terlihat canggung ketika mencoba mengganti popok Ethan di bawah pengawasan Susan.

"Bagaimana ini, Susan? Apa aku sudah benar?" tanya Aaron, alisnya bertaut, membuat Claire terkikik geli.

"Sempurna, Tuan!" Susan akan menjawab sambil tersenyum.

Momen-momen itu menjadi rutinitas baru mereka. Claire, yang kini merasa lebih nyaman dan berani, akan memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendekat pada Aaron.

Suatu siang, saat Ethan tidur pulas di crib dan Claire merasa lelah setelah menyusui, ia melihat Aaron hendak pergi ke ruang kerjanya di lantai atas.

"Aaron," panggil Claire pelan, suaranya sedikit manja.

Aaron menoleh. "Ya?"

Claire menepuk sofa di sampingnya. "Bolehkah kau... kau duduk di sini sebentar?"

Aaron menatapnya, lalu menghela napas samar. Ia melangkah mendekat, duduk di samping Claire. Claire langsung menyandarkan kepalanya di bahu Aaron. Tangan Aaron, tanpa disadari, bergerak ke atas, mengusap lembut rambut Claire.

"Aku... aku hanya merasa sedikit lelah," bisik Claire.

"Kau harus istirahat lebih banyak," jawab Aaron, suaranya tenang. Tangan kanannya kini turun, meraih tangan Claire dan menggenggamnya perlahan. Sentuhan itu tidak memiliki hasrat, namun ada kehangatan yang mendalam, sebuah jaminan tak terucap.

Claire merasakan kehangatan yang mengalir dari sentuhan itu, dan ia menekan wajahnya lebih dalam ke bahu Aaron.

Malam harinya, di kamar tidur, setelah Ethan tertidur di samping mereka, Aaron mematikan lampu. Claire berbaring di sampingnya, menghadap Aaron. Aaron, dengan punggung menghadapnya, tiba-tiba membalikkan badan. Ia menatap Claire, lalu tangannya terulur, perlahan mengusap perut Claire yang kini terasa lebih lembut.

"Dia tidur dengan nyenyak," gumam Aaron, matanya terpaku pada Ethan yang terlelap.

Claire mengangguk. "Ya."

Aaron menarik napas panjang. Ia menoleh, menatap Claire, lalu sebuah senyum tipis terukir di bibirnya. "Kau tahu, Nona Hayes? Aku...  tidak menyangka ini akan terasa seperti ini."

"Seperti apa?" tanya Claire, menatapnya.

"Nyaman," jawab Aaron, matanya kembali menatap Ethan. "Rasanya... nyaman." Ia tidak mengatakan lebih, namun Claire mengerti. Itu adalah pengakuan besar dari Aaron. Ia tidak lagi melihat semua ini sebagai beban, melainkan sebuah kenyamanan yang baru.

Pipi Claire merona. Dia nyaman denganku. Dia nyaman dengan kami.

Claire mendekat, masuk ke pelukan Aaron. "Aku juga," katanya, ia mendongak dari dalam pelukan Aaron. "Aku merasa sangat nyaman berada didekatmu, Aaron."

Aaron mengangguk, mengelus surai rambutnya. 

Aaron Silvan, pria yang selalu memprioritaskan logika dan keteraturan, kini mendapati dirinya menemukan kenyamanan dalam kekacauan kecil yang dibawa Claire dan Ethan ke dalam hidupnya. Tanggung jawab ini, yang dulu terasa membelenggu, kini mulai terasa seperti ikatan yang tak ingin ia lepaskan.

Aaron memejamkan mata, membiarkan kehangatan itu meresap. Ia tidak lagi bisa membayangkan penthouse yang sunyi, malam-malam tanpa tangisan bayi, atau hari-hari tanpa kehadiran Claire. Ini adalah keluarganya. Ini adalah Ethan. Dan ini adalah Claire. Sebuah penerimaan. Sebuah keterikatan yang tak terduga.

1
Aulia Syafa
semangat kk
Aulia Syafa
kami sayang juga
gaby
Aq baru gabung ka. Sepertinya bagus, yg penting rajin up & jgn sampe hiatus di tengah jalan
Novie Achadini
agK sakit jiwa nih claire
Novie Achadini
claire lemah caper. udh bagus dinikahi aeron banyak bgt nuntut.
Leel K: Aduh, keselnya sampai sini 😌
total 1 replies
Ezy Aje
lanjur
Aura Cantika
Kepalang suka deh!
Leel K: Aaah... makasih 🤗
total 1 replies
Coke Bunny🎀
Cerita yang bikin baper, deh!
ナディン(nadin)
Nggak bisa move on.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!