NovelToon NovelToon
Last Chance

Last Chance

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: CutyprincesSs

Daniel Ferondika Abraham adalah cucu pertama pemilik sekolah menengah atas, Garuda High School.
Wajahnya yang tampan membuatnya menjadi idaman siswi sekolahnya bahkan di luar Garuda juga. Namun tidak ada satupun yang berani mengungkapkan rasa sukanya karena sikap tempramen yang di miliki laki-laki itu.
Hal itu tak menyurutkan niat Dara Aprilia, gadis yang berada di bawah satu tingkat Daniel itu sudah terang-terangan mengungkapkan rasa sukanya, namun selalu di tolak.
Mampukah Dara meluluhkan hati Daniel? dan apa sebenarnya penyebab Daniel menjadi laki-laki seperti itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CutyprincesSs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 27

Tinggalkan jejaknya gesss👍🏼👍🏼

---

Hari itu bahkan belum berlalu sejak 24 jam, tapi waktu dipaksa berjalan cepat ke kediaman keluarga Hao. Daniel baru saja pulang dari rumah sakit. Ingatannya penuh dengan kata-kata dokter dan suara mesin jantung. namun saat ini, dia dihadapkan dengan situasi yang menyadarkan dirinya dan tanggung jawabnya.

Pesta itu baru kemarin. bunga-bunga segar masih tertinggal baunya di lorong rumah itu. namun di lantai 3 ruang kerja Abraham mendadak berubah menjadi tempat perundingan.

Nicko, adik laki-laki Daniel meletakkan setumpuk dokumen di atas meja kaca titik meskipun remaja itu baru 16 tahun, ia sedikit banyak tahu tentang bisnis. Tangannya gemetar dan wajahnya di tekuk, "Ini bukti bang." ucapnya dengan suara pelan. "dana yayasan diputar. Ada pengeluaran fiktif, transfer ke rekening pribadi, anggaran untuk beasiswa dan mitra-mitra sekolah lain sudah keluar dari rekening namun tidak ada bukti tujuan dan semua berhubungan ke keluarga-" Nicko tak sanggup melanjutkan.

Daniel duduk terpaku, wajahnya kosong– seperti bangun dari mimpi buruk. Ayahnya duduk menyandar di kursi besar bersama ibunya yang duduk tegak di sampingnya namun dengan wajah tenang.

"Kalau sampai ini bocor," ucapnya tak dilanjutkan, "nama keluarga Abraham bisa hancur. Belum ada seminggu kamu jadi suami orang Dan, tapi ini bukan hanya soal kamu."

Daniel melihat tumpukan kertas di meja. "Jadi... kita tutupin?" tanyanya. "untuk sementara," jawab Hao, nadanya mantap.

"Mulai sekarang kamu harus siap. Yayasan nggak bisa kosong. Apapun yang kakek mah telusuri, kamu harus melanjutkan. dan kendali yayasan harus balik ke keluarga Mama kamu, itu peninggalan kakek. Mereka sudah merusak kepercayaan kita."

Rebecca yang dari tadi berada dalam pelukan Rena berkata, "Kak Daniel, Kenapa kakak nikah sama Kak Ebie?" dia jahat, suka nyuruh-nyuruh dan ngatur-ngatur! terus Mama juga sering nangis sekarang." kalau tehnya membuat hati Daniel berdenyut nyeri. Ia makin menunduk, Nicko melihatnya.

"Gua tahu lo nggak bahagia bang, beban ini seharusnya nggak lo tanggung sendiri."

Hao berdiri, menepuk bahu anak sulungnya.

"Kamu anak pertama di keluarga ini, tapi kamu nggak sendirian. Kita bersama akan melindungi yayasan ini, keluarga kita... bahkan jika itu artinya harus menghadapi keluarga yang baru saja resmi menjadi bagian dari kita." Daniel tak menjawab, ia merasa putus asa.

Rena menurunkan Rebecca yang berlari ke arah Nicko, ia lalu menatap Daniel.

"Tadi Mama sempat bicara dengan pak Suryo. Dulu dia kepala administrasi yayasan sebelum pensiun 5 tahun lalu, satu-satunya orang yang dipercaya kakekmu." Daniel merasa tertarik dengan perkataan mamanya, ia mengangkat sebelah alisnya. "Terus?"

"Pak Suryo bilang dia tahu Dan, dari lama. tapi dia nggak berani lapor. Dia bilang yang bantu semua ini adalah Arvin. Karena menghargai hubungan keluarga, dia bungkam." Daniel mengepalkan tangannya, menutup mata sebentar. Nama paman yang dia hormati selama ini, Arvin, ternyata dalang dibalik semuanya.

Sementara itu, di belahan dunia lain.

Pesawat yang membawa darah dari Jakarta menuju London dengan waktu hampir 17 jam itu mendarat di Heathrow Airport. matahari London belum benar-benar muncul, langit masih kelabu.

Dara menarik koper perlahan menuju ke luar gate kedatangan internasional. Rambutnya di kuncir asal, hoody kelabu menutup sebagian wajahnya.

Terlihat di tengah kerumunan, seorang pria paruh baya melambaikan tangan ke arahnya.

"Dara!" seru Erik, adik dari ibu Dara. di sebelahnya ada istri, sekaligus tantenya, Wanda dan seorang cowok berambut ikal memakai coat hitam dan sepatu sneakers putih. "Gua Martin." katanya, senyum kecil.

Dara mengangguk, dan ikut tersenyum padahal matanya sembab. "Thanks for picking me up." Wanda langsung memeluk ponakannya itu. "Ayo pulang! Tante udah buatin roti panggang spesial buat kamu." Dara menurut, merasa pelukan hangat Wanda dan senyum menenangkan Erik terasa seperti rumahnya.

Martin membawa koper-koper Dara dan dimasukkan ke dalam bagasi. "Jetlag ya Ra?" tanya Erik yang sudah masuk mobil dan duduk di kursi kemudi ditemani Martin yang duduk di sebelahnya. Dara tersenyum lemas, "Perjalanan jauh om." adu nya memejamkan mata.

Wanda menggenggam tangannya lagi.

"Mama kamu sudah cerita semuanya, kamu fokus aja ke kuliah kamu ya? tinggal di rumah aja Ra. Jarak Oxford dari rumah nggak jauh-jauh banget kok. Martin bisa antar jemput kamu sekolahnya searah." Martin mengangguk. "Makasih banyak tante Wanda."

Mereka tiba di rumah sederhana dua tingkat dengan latar rumah yang luas dikelilingi bunga rosemary. Erik menurunkan barang-barang Dara bersama Martin, sementara Wanda mengajak Dara masuk ke dalam rumah. Dia meninggalkan gadis itu di ruang tamu, "Tunggu di kamarmu ya? Tante ambilkan susu dan roti panggang madunya. Martin akan mengantarmu." ucapnya mengelus pipi Dara sambil tersenyum, Dara mengangguk dan mengedarkan pandangannya melihat interior rumah om dan tantenya yang tidak banyak berubah sejak dia terakhir berkunjung saat kelulusan SMP.

Tak lama Martin masuk dengan dua tas di tangannya, iya membawa Dara naik ke lantai 2. "Ini kamarmu, maaf kalau agak sempit tapi setidaknya ada jendela yang langsung menghadap ke taman." ucapnya saat membuka kamar itu sambil meletakkan tas di samping pintu. "Ini lebih dari cukup, terima kasih." Martin menggangguk, "Gua ambil sisa barang-barang lo dulu." setelah itu dia berbalik.

Dara membiarkan pintu kamarnya masih terbuka karena Wanda pasti akan datang sebentar lagi. sambil menunggu, Dara melangkahkan kakinya menuju jendela. Senyumnya menghangat. "Hai girl, this is for you." ucap Wanda dengan membawa nampan berisi segelas susu dan roti panggang madunya. ia meletakkan di nakas samping tempat tidur dan menghampiri Dara.

"Tante harap kamu betah dan bisa beradaptasi di sini. Kita bisa berbelanja bersama dan tante ada teman di rumah ini." Wanda merangkul bahu Dara. Dara menoleh, "Dara sudah bertekad tante Wanda dan suasana di sini sangat mendukung untuk proses healing ku." jawabnya.

Wanda menepuk pelan bahunya, "Makan dan istirahatlah." setelah itu ia keluar dan meninggalkan Dara sendiri. Suara pintu tertutup perlahan, Dara terdiam dan hanyut dalam pikirannya. Ia merindukan Daniel.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!