NovelToon NovelToon
Return After 100.000 Years In The Abyss

Return After 100.000 Years In The Abyss

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Action / Spiritual / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Lin Zhiyuan, adalah pemuda lemah yang tertindas. Ia menyelam ke kedalaman Abyss, jurang raksasa yang tercipta dari tabrakan dunia manusia dan Dewa, hanya untuk mendapatkan kekuatan yang melampaui takdir. Setelah berjuang selama 100.000 tahun lamanya di dalam Abyss, ia akhirnya keluar. Namun, ternyata hanya 10 tahun terlalui di dunia manusia. Dan saat ia kembali, ia menemukan keluarganya telah dihancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18 Kehancuran Kota Wangzen

Langit runtuh. Kota menjerit. Dan Patriark Wang berubah menjadi badai kehancuran yang tak lagi mengenal batas manusia.

Qi merah membuncah bagai lahar neraka yang tumpah dari surga.

BOOOOOM!!!

Tanah terbelah. Rumah-rumah beterbangan bak serpihan kertas. Jalan utama yang dulu dipenuhi pedagang kini menjadi sungai darah dan api.

Teriakan manusia menyayat udara—anak-anak, orang tua, para penjaga—semuanya tersapu tanpa pandang bulu oleh amukan seorang pria yang tak lagi menjadi manusia.

Patriark Wang menghantam tanah dengan langkahnya—setiap tapak mengguncang bumi hingga lapisan bebatuan terdalam.

“ZHIIIIYUUUAANNN!!!”

Sosoknya melompat, Chi-Yin menggeledek merah—bukan pedang, melainkan mulut naga penuh dendam yang ingin menelan dunia.

Mata Patriark Wang liar, penuh kegilaan, cinta yang membusuk, dan penyesalan yang telah membakar diri.

Zhiyuan berdiri di tengah badai kehancuran itu, jubahnya berderai, rambutnya berkibar oleh angin maut. Di kedua matanya, hanya ada kesunyian.

Ia menutup mata. Sejenak, sekedar untuk menghormati tragedi ini. Lalu membukanya kembali.

“Domain Abyss.”

Suaranya tenang, dingin. Tapi bersamaan dengan itu-

BLIP.

Dunia menghilang. Semua warna lenyap. Semua suara ditelan.

Tidak ada angin, tidak ada cahaya, tidak ada ruang—seolah keberadaan itu sendiri ditelan oleh kekosongan purba.

Patriark Wang terhuyung… lalu membeku.

Tubuhnya tidak dapat digerakkan, Qi-nya berhenti mengalir, roh-nya tercekat di antara denyut dan hampa.

Ia tidak dapat merasakan pedangnya. Tidak dapat merasakan tubuhnya sendiri. Bahkan dendam yang tadi membara pun lenyap entah kemana. Semuanya hilang ditelan oleh kehampaan absolut.

"… apa ini… di mana aku…?

Bahkan suaranya mati di tenggorokan.

Pikirannya tumbang ke dalam keheningan yang memakan jiwa.

Lalu—

CRESS!

Rasa sakit mendadak meledak tepat di dadanya.

Patriark Wang melihat lubang terbuka, darah merah kehitaman mengalir, menetes ke dalam kehampaan tanpa suara.

Pedang Chi-Yin terlepas dari genggamannya dan jatuh, suara dentingnya tidak pernah terdengar. Aura merah menguap, tercerai seperti asap tersapu angin yang tidak ada.

Ketika kegelapan menghilang, dunia—atau apa yang tersisa darinya—akhirnya kembali terlihat.

Kota Wangzen kini hanyalah kuburan luas. Debu, darah, tulang, kobaran api, sisa-sisa manusia, dan langit kelam yang menangis dalam diam.

Zhiyuan berdiri tepat di hadapannya dengan tangan yang menembus dada Patriark Wang—mencengkeram erat denyut terakhir yang tersisa.

Patriark Wang berusaha berbicara, tapi tidak ada kata yang keluar. Hanya darah yang mengalir dari bibirnya.

Zhiyuan menatapnya tanpa murka. Tanpa kemenangan. Hanya ketenangan yang lebih menakutkan dari dendam itu sendiri.

“Dia tidak pernah ingin hidup yang kau paksa padanya.”

Patriark Wang menggemetar—seperti akhirnya ia mengerti… atau mungkin hanya mulai menyesal.

Zhiyuan menarik napas tipis, lalu berbisik lirih, “Semoga kau menemukan kedamaian… jika dunia berikutnya masih menerimamu.”

CRACK!

Ia menghancurkan jantung Patriark Wang dari dalam. Tubuh sang Patriark runtuh ke tanah tanpa suara.

Seorang raja jatuh, kalah karena cintanya yang buta.

Zhiyuan menatap tubuh tanpa nyawa itu dingin. Tak ada belas kasihan manusiawi di matanya meski tahu jika Patriark Wang melakukan semua ini demi cintanya. Baginya hal itu belum cukup untuk mendapatkan belas kasihannya.

“Tuan Muda!”

Suara seorang wanita memecah kesunyian yang menggantung di atas reruntuhan.

Zhiyuan menoleh pelan.

Dari balik puing-puing dan asap tipis, Jinzu muncul. Sepatu botnya menginjak pecahan batu dan sisa-sisa manusia yang pernah hidup. Napasnya berat, rambutnya berantakan, matanya sedikit membelalak melihat pemandangan yang kini menjadi neraka terbuka.

Ia berhenti tepat di depan tuannya, satu tangan bertumpu di lutut untuk menahan napas.

“Anda… huff… Anda baik-baik saja?”

Zhiyuan melirik tubuh Patriark Wang yang sudah tak bernyawa, lalu kembali menatap Jinzu.

“Yah, seperti yang kau lihat."

Jinzu menegakkan tubuhnya. Tatapannya jatuh pada dada Patriark Wang yang berlubang. Sedikit keterkejutan tercetak di wajahnya, meski hanya sepersekian detik sebelum ia menenangkan ekspresinya lagi.

“Kota ini…” gumamnya lirih, ia menatap hamparan kehancuran di sekeliling mereka. “Sudah hancur. Banyak warga kota yang mati.”

Zhiyuan hanya mengangguk ringan. “Ayo kita pergi.”

Kata-katanya meluncur begitu dingin, begitu sederhana, seperti ia baru saja selesai menonton hujan—bukan menyaksikan pembantaian sebuah bangsa.

Jinzu terperangah. “Pergi?”

Ia menoleh ke sisi jalan yang dipenuhi puing. Dari sana terdengar rintihan kecil—seorang bocah di bawah papan kayu, tangannya terjulur lemah.

Di sisi lain, seorang lelaki tua merangkak, darah menetes dari dahinya. Ada pula seorang ibu yang mendorong tubuh anaknya, melindunginya dengan tubuh yang sudah nyaris tak bernyawa.

Zhiyuan mengikuti arah pandangan Jinzu. Napasnya tipis, tak ada emosi yang mengiringinya.

“Itu bukan urusanku,” ucapnya datar—seolah mengomentari cuaca.

Kata-kata itu lebih pedih daripada bau darah yang memenuhi udara.

Jinzu memejamkan mata sesaat. Ketika ia membukanya, pandangannya mantap.

“Tentu.”

Tidak ada protes. Tidak ada air mata. Hanya kesetiaan dingin yang dipilih secara sadar—karena di dunia kultivasi, moralitas hanyalah kemewahan bagi yang lemah.

Ia menyusul langkah tuannya. Dan keduanya berjalan pergi, punggung mereka membelah kabut tragedi seperti dewa kehampaan meninggalkan kuil yang tak lagi membutuhkan doa.

Di belakang mereka, jeritan terakhir manusia terhenti satu per satu.

Hari itu, Kota Wangzen hancur. Lebih dari setengah warganya tewas dengan cara paling mengerikan.

Dan mereka yang masih hidup terpaksa melarikan diri, meninggalkan tanah yang kini hanya menjadi ladang kematian dan kehancuran.

1
Winer Win
zhiyuan cool sekali..like deh ..😍😍😍😍
Winer Win
sabar..setelah ini giliran anda tuan muda Wang...
Winer Win
aku kalo baca novel genre ini..lama adaptasinya..Sam halnya nnton film2 cina..soalnya namnya hmpir mirip2..haha
mlh kalo baru awal2..kek semua tokoh tu mukanya smaaaaaaa..🤣🤣
Rizky Fathur
cepat bantai semua keturunan keluarga Wang buat juga mcnya bantai keluarga mo yang berani ikut campur dengan kejam
Rizky Fathur
cepat bantai Patriak Wang dengan kejam Thor bikin di melihat kehancuran keluarganya cepat hancurkan kultivasinya Patriak Wang bikin mcnya bikin sayembara untuk membunuh Semua keturunan Klan Wang dengan imbalan sumber daya besar bikin Patriak Wang ketakutan meminta ampunan kepada mcnya tapi mcnya tidak peduli malah tertawa kejam hahaha
y@y@
💥🌟⭐🌟💥
Raylanvas
Menarik
y@y@
👍🏿⭐🌟⭐👍🏿
Rizky Fathur
lanjut Thor cepat bantai Patriak Wang dengan kejam biarkan Dia melihat sendiri keluarga hancur dan di bantai bikin semua jiwa keluarga Patriak Wang di hancurkan Agar tidak bisa bereinkarnasi hahaha bantai Patriak Wang dengan kejam panjang tubuhnya sebagai peringatan
Rizky Fathur
cepat bantai mereka dengan kejam hancurkan jiwanya Agar tidak bisa bereinkarnasi Thor
Arafami
lanjut...
Arafami
seru lanjutkan...
Tara
sedih nya...seluruh keluarga binasa😱😭😓
y@y@
👍🏼🌟⭐🌟👍🏼
Arafami
lanjut...
Arafami
hmm interesting..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!