DICARI DENGAN SEGERA
Asisten pribadi.
• Perempuan usia max 27 tahun.
• Pendidikan terakhir min S1.
• Mampu berkomunikasi dengan baik dan bernegosiasi.
• Penampilan tidak diutamakan yang penting bersih dan rapi. (Lebih bagus jika berkaca mata, tidak banyak senyum, dan tidak cerewet.)
Kejadian itu satu setengah tahun lalu, saat dia benar-benar membutuhkan uang, jadi dia melamar pekerjaan tersebut. Namun setelah dia di terima itu adalah penyesalan untuknya, sebab pekerjaanya sebagai asisten pribadi benar-benar di luar nalar.
Bosnya yang tampan dan sangat di gemari banyak wanita itu selalu menyusahkannya dalam hal pekerjaan.
Dan pekerjaannya selain menyiapkan segala kebutuhan pribadi bosnya, Jessy juga bertugas menyingkirkan wanita yang sudah bosan dia kencaninya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
Jessy baru saja tiba di apartemen saat teleponnya berdering.
Tangannya merogoh saku lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Ye?"
"Besok hari minggu, mau pergi jalan-jalan? kita bisa pergi belanja?" tanya Mina di seberang sana.
Jessy melangkah ke arah nakas untuk meletakan tasnya. "Tidak bisa, aku harus menemani Chris."
"Chris?" Jessy meringis. "Ada yang kau sembunyikan dariku?" kata Mina.
"Begini, beberapa hari lalu dia menyatakan perasaannya padaku."
"Jadi, kau benar-benar menerimanya?" Mina berkata dengan sedikit terkejut.
"Belum menerima, Mina. Hanya memberi kesempatan untuk Chris membuktikan perasaannya."
"Dan aku yakin kau akan menerimanya." Jessy hanya terkekeh membuat Mina mencebik kesal. "Kau lupa bosmu itu playboy?"
"Tentu saja aku yang paling tahu. Tapi, bukan berarti dia tidak akan berubah, kan?"
"Kau mulai menyukainya?"
"Tak peduli aku menyukainya atau tidak, kita tidak akan bisa bersama."
"Kenapa aku merasa perkataanmu sangat ambigu?"
Jessy tertawa. Tentu saja dia tak mungkin bisa bersama Chris. Terlalu banyak kesenjangan diantara mereka. Bahkan meski dia akan jatuh cinta pada Chris, pria itu tetap mempermainkannya. Dengan kata lain Jessy sedang bermain api dengan perasaannya sendiri. "Sudahlah, ini sudah malam, tidurlah."
"Baiklah selamat malam." Jessy mematikan teleponnya, lalu melanjutkan langkahnya le arah kamar.
Tiba di kamar Jessy merebahkan dirinya sebentar sebelum membersihkan diri sebelum tidur.
.....
Di seberang sana Mina mengeryit, meski sambungan telepon telah mati, namun dia masih menatap layar ponselnya saat menemukan beberapa panggilan tak terjawab.
Mina menghela nafasnya, lalu menelungkupkan ponselnya tanpa melihat lagi. Hingga ponselnya kembali berdering Mina tak berniat menerimanya dan pergi ke arah pantry untuk mengambil air minum.
Sambil memasukan air ke dalam gelas Mina bergumam sendiri. "Padahal aku membutuhkan teman." Dan Jessy selalu sibuk dengan urusannya. "Tapi aku juga tak boleh egois, bukan?" Jangan mentang- mentang dia sedang patah hati dia terus merepotkan Jessy untuk menemaninya. Hanya saja dia sangat membutuhkan teman untuk bicara. Bagaimana pun dia baru di khianati oleh kekasih yang selama ini dia anggap sebagai jodohnya. Jika tidak mungkin perasaannya akan terus terasa berat.
Mina meneguk minumannya lalu berjalan kembali ke arah ponselnya, dia berniat untuk segera tidur. Namun baru akan memasuki kamarnya dia mendengar suara bell berbunyi.
Mina mengeryit lalu berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa orang yang datang. Baru saja melihat kamera Mina tak bisa tak mencebik saat melihat siapa yang berdiri di balik pintu.
Mina melihat ponselnya lalu menekan tombol panggil.
"Ada apa?"
"Tidak membiarkan aku masuk?"
Mina mencebik. "Aku tidak punya urusan denganmu." Mina akan mematikan teleponnya, namun pria di seberang sana segera berkata..
"Aku akan beritahu sahabatmu itu tentang apa yang terjadi ..." Mina memejamkan matanya kesal, lalu membuka pintu apartemennya.
Saat membuka pintu dia melihat Jordy tersenyum menyeringai. "Tahu begini, sejak kemarin aku menggunakan Jessy untuk mengancammu."
Mina mendengus. "Sebenarnya apa maumu? Kenapa terus menggangguku?"
"Mudah. Aku ingin kau menjadi kekasihku," ucapnya dengan ringan, seolah apa yang dia katakan bukan apa- apa.
"Apa orang seperti kalian selalu mudah mendapatkan kekasih hanya dengan mengucapkan itu?" tanya Mina dengan wajah kesal yang tak bisa dia sembunyikan.
"Kalian? Siapa kalian yang kau maksud? Ah, benar ... seharusnya aku bertanya, dengan siapa kau bertelepon tadi hingga mengabaikan teleponku? Kau punya pria lain?" Saat Jordy mencoba menghubungi Mina tadi, ponsel Mina justru sibuk.
Mina memutar matanya malas.
"Kau datang hanya untuk ini? Jika sudah pergi sana!" Mina membuka pintu dan menggerakkan kepalanya agar Jordy segera keluar.
"Kau sungguh tak peduli dengan apa yang sudah terjadi di antara kita?" wajah Mina memerah.
"Dengar, aku hanya terbawa suasana malam itu. Lagi pula itu tak asing. Dan jangan bertingkah seperti pria sejati. Apa setiap wanita yang kau ajak tidur akan mendapat penawaran tanggung jawab darimu?"
Jordy terdiam. Jelas tidak, sebab dia hanya melakukannya pada Mina. Hanya saja entah kenapa Jordy tak bisa lupa dengan tatapan Mina saat mereka bercinta malam itu. Malam saat dia mengantar Mina setelah gadis itu mengacau di pesta pernikahan kekasihnya.
Untuk pertama kalinya Jordy merasa ada perasaan berbeda saat dia bercinta, dan dia hanya mendapatkannya saat bersama Mina. Dia tahu saat itu mungkin dia hanya menjadi pelampiasan atas kesedihan Mina sebab dikhianati kekasihnya. Namun tatapan Mina yang penuh kesedihan itu, membuat Jordy ingin melindunginya.
"Baiklah, anggap aku tidak mengatakan apapun. Tapi bisakah kau menemaniku ke pesta besok?"
Mina mengerutkan keningnya. "Kenapa harus aku? Kau bisa membawa wanitamu."
"Untuk saat ini hanya kau wanitaku."
Mina mendongak lalu tertawa. "Untuk saat ini?"
Pria ini benar-benar!
Jordy mengangguk tanpa rasa bersalah. "Tentu saja, aku belum berencana menemukan penggantimu."
"Pria brengsek!" Mina hendak menendang Jordy, namun dengan cepat dia menghindar.
"Tidak kena," ucap Jordy dengan tertawa.
"Brengsek! Pergi sana! Lagi pula siapa yang mau dengan pria hidung belang sepertimu!" Bukannya lari ke arah pintu, Jordy berlari masuk lebih jauh ke apartemen Mina, hingga membuat Mina geram dan mengejarnya.
"Ayolah, Sayang. Hanya untuk besok." Jordy memelas. Pria itu bahkan menambahkan kata 'Sayang' yang membuat Mina semakin muak.
"Tidak mau! Pergi kau!" Mina melempar bantal sofa ke arah Jordy.
"Jika tidak mau aku akan katakan pada Jessy kalau kita menghabisian malam panas bersama," ancamnya. "Aku ingin lihat apa yang akan sahabatmu pikirkan. Bagaimana kau memanfaatkan aku untuk pelampiasanmu. Ayolah aku sudah ternoda." Jordy memeluk dirinya.
"Sialan, kau! Lagi pula kau juga menikmatinya, dan sama sekali tidak di rugikan."
"Benar juga. Tapi, ayolah, Mina hanya untuk besok. Setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi."
Mina menghela nafasnya. "Baiklah, aku beri tiga detik. Kalau kau tidak pergi aku tidak akan mau!"
"Satu."
"Dua..."
Dan Jordy berlari ke arah pintu keluar. "Baiklah aku akan menjemputmu besok." Jordy membuka pintu dan segera keluar.
Baru saja Mina menghela nafasnya lega dia kembali mendengar ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.
Mina berdecak kesal dan membuka pesan tersebut, namun dia tertegun saat melihat isi pesannya.
Aku menyimpan gaun di depan pintu untuk kau kenakan besok.
Mina berjalan ke arah pintu, lalu membukanya. Benar saja dia menemukan sebuah kotak disana.
Mina membuka kotak tersebut, dan matanya tak bisa tak berbinar saat melihat gaun cantik di depannya.
....
Chris menggenggam tangan Jessy saat memasuki aula pesta dimana Deborah mengadakan pesta ulang tahunnya.
"Apa Nenek akan suka hadiah kita?" Jessy menatap paper bag di tangannya dimana dia menyiapkan kado secara mendadak saat mereka dalam perjalanan. Sebenarnya Jessy tahu jadwal Chris hari ini adalah menghadiri pesta ulang tahun Neneknya, hanya saja dia tak tahu jika Chris akan mengajaknya untuk datang. Dan semalam Chris mengajaknya secara mendadak, hingga dia belum menyiapkan hadiah sama sekali.
"Nenek tidak akan peduli, yang dia pedulikan adalah kehadiranmu," ucap Chris menenangkan.
"Tetap saja, aku gugup. Kau lupa saat itu aku hanya berpura-pura menjadi kekasihmu."
"Tapi, sekarang tidak. Aku membawamu benar-benar sebagai kekasihku." Jessy tersenyum saat Chris mengecup punggung tangannya.
"Kau disini?"
aku ikutin kok
semangat juga buat Othornya biar Up terus😍😍🔥🔥🔥🔥🔥