Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~35
"Jadi benar kamu memberikan ku izin?" ulang Hanna seraya melangkah kearah pria itu, tentu saja ia sangat senang bahkan tanpa sadar kini mendekati pria yang masih mengenakan handuk tersebut.
"Hm," sahut Jiro singkat.
Hanna pun kembali mengulas senyumnya. "Terima kasih banyak," ucapnya dan tanpa sadar menyentuh lengan kekar pria itu karena saking senangnya.
Ehm,
Jiro pun langsung berdehem nyaring hingga membuat Hanna tersadar dan pandangannya pun tak sengaja kearah dada telanjang pria itu.
"Ma-maaf, baiklah aku akan segera membersihkan ini." Hanna segera pergi mengelap nakas dengan salah tingkah meskipun tak ada debu disana.
"Tapi dengan satu syarat," ucap Jiro kemudian dan tentu saja itu membuat Hanna langsung menghentikan tangannya lalu berbalik badan menatap pria itu.
"Syarat?" ucapnya dengan pandangan curiga, seketika perasaannya tidak enak.
"Hm, aku akan mengantarmu." tegas Jiro seraya berlalu kearah walk in closet tempat semua pakaiannya tersimpan disana.
"A-apa? apa dia sedang bercanda?" gumam Hanna menanggapi lantas di kejarnya pria itu namun wanita itu langsung berteriak terkejut ketika tak sengaja melihat bosnya itu sedang memakai celana da lam nya.
"Dasar mesum!" umpatnya lantas kembali menjauh.
"Mataku benar-benar ternodai," gerutunya ketika mengingat apa yang ia lihat tadi dan wanita itu pun langsung menggeleng cepat berharap segera lupa ingatan.
Sementara Jiro hanya tersenyum sinis dan dengan santainya kembali memakai pakaiannya, sebuah kemeja yang lengannya digulung sampai siku dipadukan dengan celana panjangnya.
Penampilan santai menurutnya tapi tidak dengan Hanna yang kini melihatnya seperti layaknya pria kaya sombong yang ingin tampil menonjol dibanding dengan yang lain.
Mungkin setelah mengantarnya akan pergi menemui Sofie pikirnya mengingat hari libur seperti ini memang waktunya menghabiskan hari bersama sang kekasih. Jika ia punya pacar pun juga pasti akan melakukan hal yang sama.
"Baiklah ayo!" ajak Hanna yang nampak menunggunya di sofa ruang tamu, wanita itu pun segera beranjak dari duduknya.
"Apa kamu tak punya pakaian lain? rokmu terlalu pendek," Jiro menatap penampilan wanita itu yang terlihat sedikit seksi dimatanya.
"Tidak ada dan ini satu-satunya pakaian terbaikku jadi jangan banyak protes," tegas wanita itu. Ia tidak ingin waktunya habis hanya karena terlalu banyak berdebat dengan pria itu, lagipula siapa dia kekasih juga bukan berani sekali mengatur pakaiannya. Semua pakaian Sofie saja banyak yang kurang bahan kenapa tidak diurusi?
Jiro nampak membuang napasnya kemudian terpaksa mengikuti langkah wanita itu meninggalkan apartemennya.
"Jalanmu jauh-jauh saja biar orang tidak berpikiran macam-macam!" tukas Hanna seraya membuat jarak dengan pria itu.
Jiro hanya menggeleng kecil, dasar wanita kampungan pikirnya. Sepertinya pria itu terlihat kesal menghadap sikap pelayannya tersebut.
Beberapa saat kemudian mereka pun telah tiba di sebuah taman bermain dan Hanna segera melepaskan safety beltnya karena sudah tak sabar bertemu dengan teman-temannya juga mencoba beberapa wahana tentu saja.
Lama sekali ia tidak datang kemari dan mungkin terakhir kali datang beberapa tahun silam saat sebelum putus dengan mantan kekasihnya itu, mereka pernah menghabiskan waktunya disini dan mungkin itu satu-satunya hal terindah yang diberikan oleh pria itu di hari ulang tahunnya sebelum beberapa waktu kemudian ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
"Baiklah, terima kasih nanti akan ku usahakan pulang sebelum gelap." ucapnya sebelum turun namun dilihatnya pria itu juga nampak melepaskan safety beltnya, jangan bilang bosnya itu juga akan ikut dengannya? tidak, itu tidak boleh. Pria itu benar-benar mengganggu kesenangannya saja.
"A-apa kamu tidak pergi?" ucapnya ingin memastikan.
"Tidak, lagipula apa ada jaminan jika kamu tidak akan kabur tanpa pengawasanku?" sahut pria itu menatapnya lantas berlalu turun dari mobilnya.
"A-apa?" Hanna nampak tak percaya bahkan dihari liburnya pun pria itu tak memberikannya kebebasan, kemudian wanita itu pun segera turun mengejarnya.
"Tentu saja aku tidak akan kabur bahkan kamu bisa menyimpan kartu tanda pengenalku jika tidak percaya," Hanna pun langsung mengambil dompetnya lantas memberikan kartu identitasnya tersebut namun pria itu hanya menatapnya tak berminat.
"Jadi dimana teman-temanmu berada?" ucap Jiro mengalihkan pembicaraan seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh taman bermain yang lumayan ramai siang itu.
Hanna nampak menghentakkan kakinya kesal dan berlalu pergi kearah Sarah dan David yang rupanya telah menunggunya di loket pembelian tiket.
"Hai Hanna,"
Sarah langsung menyambut kedatangan sahabatnya itu lantas dipeluknya, meskipun mereka tak pernah lagi bertemu namun keduanya masih sering berhubungan melalui telepon.
Kemudian pandangan Hanna pun beralih kearah David, terakhir bertemu dengan pria itu malam itu dimana bosnya sedang menciumnya padahal beberapa waktu sebelumnya sahabatnya itu menyatakan perasaan padanya.
"Hai David," sapanya kemudian berharap pria itu sudah tak marah lagi.
"Hai Hanna," balas pria itu dengan senyuman tipisnya lalu pandangannya beralih kearah Jiro yang berdiri di belakang wanita itu.
"Selamat siang tuan Jiro," ucapnya menyapa bosnya di bar tersebut.
"Hm," Jiro hanya mengangguk kecil tanpa sedikit pun senyum dan itu membuat Hanna nampak menatapnya kesal. Benar-benar bos sombong pikirnya?
"Oh ya Hanna seperti yang ku katakan sebelumnya kita hanya perlu membeli tiket masuk namun tidak untuk tiket wahana karena David sudah memiliki voucher untuk kita bebas bermain," terang Sarah kemudian dengan antusias.
"Aku sudah membelikan mu tiket masuk," imbuh David menatap kearah Hanna.
"Benarkah? terima kasih David," Hanna menatapnya haru. Ia pikir pria itu masih marah padanya.
"Sama-sama," David kembali tersenyum menatapnya.
Ehm
Tiba-tiba Jiro berdehem nyaring hingga membuat mereka langsung menoleh kearah pria itu.
"Apa tuan Jiro juga ingin masuk dan menjajal wahana didalam?" tawar David kemudian meskipun itu tidak mungkin karena orang sekaya pria itu tidak mungkin melakukan hal konyol tersebut.
"Tidak, dia tidak ikut kita." tegas Hanna, masih teringat jelas di ingatannya beberapa tahun silam pria itu sedikit ketakutan mencoba beberapa wahana layaknya orang kaya yang takut kotor. Ia pikir karena waktu itu belum pernah saja namun kini ia tahu jika pria itu tak pernah menyentuh hiburan rakyat jelata sepertinya.
"Aku ikut," tegas Jiro dan tentu saja itu membuat mereka nampak terkejut mendengarnya terutama Hanna.
"Apa kamu bercanda, di dalam sangat panas, ramai dan juga kotor jadi mana mungkin orang kaya sepertimu akan betah." terang wanita itu kemudian.
"Beli semua tiket wahananya David!" Jiro pun langsung memberikan kartu debitnya kepada David.
"Ba-baik tuan," David pun langsung mengambilnya dan berlalu ke loket.
Sementara Hanna nampak menggerutu kesal, bahkan di luar pekerjaannya pun pria itu masih saja suka memerintah pikirnya.
pasti biang lala berhenti gara2 jiro nih...
dengan cara dia menghubungi anak buahnya
dimana2 kalo bener2 cinta itu walaupn disakiti ttp bertahan.. tp jiro ini di sakiti balik menyakiti
sama aja dia itu menyakiti diri sendiri...
dan saat iini..... serah Qinan deh....
apa sih Othor mesti gitu dech bikin otak aku traveling kesana kesini.... next thor 😍