Karena sebuah kecelakaan yang di sebabkan oleh Nayra, Naura yang merupakan suadara kembar Nayra harus kehilangan janin dalam kandungannya. Tak hanya itu, rahim Naura juga terpaksa di angkat sehingga ia tak mungkin lagi mengandung. Sedangkan suami Naura yang bernama Raka sangat mendambakan lahirnya seorang anak dari sang istri, karena Raka adalah anak tunggal dan ia butuh pewaris dalam keluarganya yang merupakan pengusaha kaya raya.
Naura yang tak mau kehilangan posisi sebagai menantu dan istri yang sempurna memaksa Nayra untuk bertukar peran dengannya sampai Nayra hamil dan melahirkan anak Raka. Namun, tentu saja tak boleh ada yang mengetahui hal itu. Jika Nayra menolak, Nuara mengancam akan bunuh diri.
Namun, apakah Nayra akan setuju berperan sebagai saudara kembarnya sementara Nayra sendiri sudah memiliki tunangan?
Sanggupkah Nayra menjalankan perannya sebagai istri Raka bahkan harus melayani Raka di ranjang demi lahirnya anak impian Nuara dan Raka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 - Amarah Dan Cemburu
"Selamat pagi, Nyonya ... eh, Non Nayra," sapa Bi Jum yang tampak salah tingkah bahkan kebingungan akan memanggil Nayra dengan sebutan apa. Jujur saja, kedua pelayan setia Raka itu masih tak percaya kini posisi Nyonya Naura bisa tergantikan oleh Non Nayra. Meskipun kini mereka sudah tahu di mana pokok permasalahannya, serta apa alasan di balik semua ini. Namun, tetap saja Bi Sum dan Bi Siti masih merasa sulit memahami keadaan ini.
"Pagi, Bi," sapa Nayra sembari melempar senyum hangat nan ramah.
"Mau sesuatu, Non?" tanya Bi Siti.
"Nggak, Bi, terima kasih," jawab Nayra tetapi wanita itu mengambil gelas, teh celup dan gula.
"Non Nayra mau bikin teh? Biar saya yang buatkan," seru Bi Jum.
"Nggak usah, Bi, aku bisa sendiri kok," jawab Nayra yang masih mempertahankan senyumnya. Kedua pelayan itu saling melempar tatapan penuh arti. "Oh ya, kalian mau masak apa pagi ini?" tanya Nayra sembari membuat teh.
"Tuan Raka bilang tidak usah masak, Non, karena pagi ini Non Nayra mau sarapan sate. Sedangkan nanti siang katanya dia mau membawa Non Nayra makan di luar," jawab Bi Siti yang membuat Nayra sedikit terkejut.
"Oh ya? Dia bilang gitu?" tanya Nayra untuk memastikan karena Raka sama sekali tak memberi tahu rencanannya itu.
"Iya, Non," jawab Bi Jum.
Nayra menghela napas panjang, ia sungguh tak ingin pergi ke mana pun saat ini. Nayra takut akan reaksi dan tanggapan orang jika mereka tahu bahwa yang bersama Raka adalah dirinya.
"Kenapa, Non? Non Nayra mau dibuatkan sarapan?" tanya Bi Siti lagi.
Nayra hanya menggeleng, setelah itu ia kembali ke kamarnya sembari membawa segelas teh panas yang baru ia buat. Saat Nayra sudah pergi, Bi Sum dan Bi Siti mulai bergosip tentang perbedaan Nayra dan Naura.
"Padahal kalau Nyonya Naura tuh apa-apa mau dilayani ya, Ti," ujar Bi Jum.
"Iya, Bi, beda banget sama Non Nayra. Pantas aja belakangan ini tuan Raka lebih betah di rumah terus sering sarapan di rumah, setiap pagi Non Nayra bantuin kita menyiapkan sarapan," tukas Bi Siti panjang lebar.
"Jujur saja, Ti, aku lebih suka Non Nayra dari pada Nyonya Naura. Lebih adem gitu, kan?"
"Benar-benar."
Sementara di sisi lain, kini Raka sedang mencari sate sesuai yang Nayra mau, tentu saja pria itu takkan membeli makanan di pinggir jalan. Bahkan, Raka sudah bertekad akan mengawasi Nayra agar dia tak lagi membeli makanan sembarangan.
Raka berhenti di salah satu restauran yang menjual sate, ia langsung memesan empat porsi sekalian untuk dirinya sendiri juga untuk kedua pelayannya.
Saat menunggu pesanannya siap, tiba-tiba ada seseorang yang menyapanya membuat Raka sedikit terkejut. "Bian?" gumamnya.
Tanpa berkata apapun, Bian langsung duduk di kursi yang bersebrangan dengan Raka. Kedua pria itu saling melempar tatapan yang penuh arti, raut wajah mereka juga tampak berbeda dari biasanya. Tak ada lagi sapaan ramah maupun senyuman seperti saat mereka bertemu sebelumnya.
"Aku ingin tunanganku kembali!" seru Bian akhirnya yang membuat hati Raka terkesiap, detak jantungnya pun berpacu lebih cepat.
"Dia sedang mengandung anakku, jadi dia akan selalu bersamaku," jawab Raka dengan dingin.
"Hanya sampai dia melahirkan," desis Bian dengan tajam. "Itu 'kan yang kamu mau? Hanya keturunan," imbuhnya dengan sinis.
Namun, Raka justru menatap Bian lebih sinis. "Maaf, Bian, tapi sekarang Nayra sudah menjadi milikku."
"HEY!" Bian berteriak marah bahkan dia langsung menarik leher baju Raka, tindakan Bian itu menarik perhatian beberapa kunjung restauran.
Raka pun juga sangat terkejut dengan tindakan Bian yang sangat tiba-tiba itu, dengan sekuat tenaga Raka mendorong Bian hingga pria itu menjauh darinya.
"Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, Raka!" geram Bian dengan emosi yang mulai memuncak. "Tega sekali kamu memanfaatkan kebaikan dan ketidakberdayaan Nayra!"
"Aku tidak memanfaatkan dia, Bian, aku mencintainya," seru Raka tanpa ragu.
Darah Bian terasa mendidih mendengar pengakuan Raka itu, dia sungguh tak bisa menerima ada pria lain yang mencintai dan memiliki Nayra.
"Omong kosong, dia itu adik ipar kamu!" desis Bian, mata pria itu sudah memerah, dadanya bergemuruh menahan amarah dan kecemburuan yang membuncah dalam jiwanya.
"Lalu kenapa?" desis Raka bahkan dia sambil mendorong dada Bian hingga pria itu terdorong ke belakang, membuat emosi Bian semakin memuncak hingga pria itu membalas mendorong Raka dengan sangat kuat hingga Raka langsung terjatuh ke lantai.
Sejurus kemudian Bian sudah berada di atas tubuh Raka dan pukulan pun ia layangka ke wajah pria itu. Seketika suasana menjadi tegang, ada beberapa pengunjung yang histeris melihat Bian memukul Raka dengan membabi buta. Bahkan, wajah Raka langsung babak belur dan sudut bibirnya pun berdarah. Namun, Raka tak mencoba menahan Bian apalagi membalas serangan pria itu.
Karena Raka tak melawan, itu menarik simpati beberapa pengunjung yang lain dan mereka pun berusaha menarik Bian dari atas tubuh Raka yang sudah tak berdaya itu.
Raka tahu, dia salah karena telah merebut Nayra dari Bian Dia juga tahu betapa hancurnya hati Bian saat ini, oleh sebab itu Raka membiarkan saja Bian mengajarnya sampai puas. Raka memang pantas menerimanya.
Bian masih terus memukul Raka dan dia mendorong semua orang yang berusaha menghentikan aksinya. Namun, aksi Bian harus terhenti saat ada karyawan yang datang dan mengancam akan memanggil poslisi. Seketika Bian menghentikan aksinya tersebut dengan sangat terpaksa, tetapi tatapan pria itu masih begitu tajam dan penuh amarah juga dendam.
"Kamu jahat, Raka! Kamu fikir bisa bahagia di atas penderitaan orang lain?" Raka tak menanggapi ucapan Bian yang begitu tajam itu, ucapan yang sebenarnya membuat hatinya terhenyak. Tetapi Raka tak bisa menanggapi ucapan Bian, sudah lama dia mencintai Nayra dan selama ini dia hanya bisa memendam rasa itu. Ketika dia punya kesempatan untuk memiliki cintanya yang selama ini dia fikir tak mungkin bisa dimiliki, bagaimana mungkin Raka melepaskannya begitu saja?
Raka dibantu berdiri oleh pelayan restaurant, bersamaan dengan itu pelayan yang lain datang membawakan pesanan Raka
"Pak, pesananmu," kata pelayan yang membawakan pesanan Raka.
Tanpa berbicara apapun, Raka segera mengambil pesanannya itu kemudian ia membayarnya. Setelah itu Raka segera pergi meninggalkan restaurant yang masih sedikit tegang juga meninggalkan Bian yang masih terbakar amarah dan cemburu.
Saat Raka pergi, Bian menitikan air matanya. Hatinya sungguh sakit menerima kenyataan ini, ia ingin merebut Nayra kembali tetapi ia tak tahu apa yang harus dia lakukan.
situ pernah gak mikirin perasaan Nayra dari sejak kecil hingga detik ini