NovelToon NovelToon
Istri Yang Ternodai

Istri Yang Ternodai

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Patahhati / Tamat
Popularitas:12.3M
Nilai: 5
Nama Author: Elis Kurniasih

🌺Judul sebelumnya Pesona Cleopatra🌺


Cleopatra, wanita yang biasa dipanggil Rara menghipnotis banyak kaum adam termasuk kakak beradik Fahreza dan Zayn.

Tepat di detik-detik pernikahan Rara dan Reza, Zayn merenggut kehormatan Rara.

Rasa cinta Reza yang besar tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menikahi gadis cantik bak ratu mesir di zaman dahulu itu. Namun, noda yang ada pada sang istri tetap membekas di hati Reza dan membuat ia lemah untuk memberi nafkah batin selama pernikahan.

Apakah Reza benar-benar tulus mencintai Rara? Atau Zayn, pria yang memang lebih mencintai Rara? bagaimana nasib Rara selanjutnya?

Baca sampe tuntas ya guys.
Terima kasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjadi model iklan

Hari terus berganti hari, bulan terus berganti bulan. Tak terasa Rara dan Reza sudah melewati delapan bulan paska malam romantis di puncak waktu itu.

Dan, sejak saat itu Reza benar-benar mewujudkan kata-katanya, setiap ia berhasrat, Reza selalu menyalurkannya pada sang istri. Kini, ia benar-benar sudah menenggelamkan trauma akan tubuh Rara yang pernah di sentuh Zayn. Tetapi cara bercinta Reza tidak mengasyikkan untuk Rara. Sering kali Reza langsung melakukan ke intinya, tanpa pemanasan terlebih dahulu.

Alih-alih menguatkan hati untuk bisa menyentuh Rara dan menenggelamkan trauma itu, ia lakukan dengan cara to the poin, langsung ke inti dan selesai. Alhasil, Rara tidak pernah merasakan nikmatnya bercinta. Ia semakin tidak bisa mengimbangi berbincangan dua puluh satu plus bersama Nayra dan Widya, seperti halnya hari ini.

“Ish, nih printer keluarnya lama banget,” kata Widya yang menunggu hasil print di meja Nayra.

“Iya printer yang di situ emang agak lama, Wid. Mending di sini aja,” jawab Rara sembari menunjuk printer yang ada di mejanya.

“Yang pelan-pelan justru lebih enak, Ra,” sahut Nayra.

“Iya, Ra. Kalau cepet keluar, kitanya ngga menikmati,” celetuk Widya.

Kedua mamah muda ini memang selalu mengaitkan setiap hal dengan sesuatu yang berbau dua puluh satu plus.

“Dasar ya kalian, lagi ngomong apa? Larinya kemana?” Rara menggelengkan kepalanya dan tersenyum.

Sontak Widya dan Nayra pun tertawa.

“Yah namanya juga, ngga itu anu,” kata Wdiya yang suka tidak jelas.

“Ngga jelas lu, ngga di kasih apa semalam?” tanya Nayra sembari menyenggol sikunya pada Widya.

“Justru karena kebanyakan ini,” sahut Widya yang membuat ketiga wanita ini kembali tertawa.

Rara hanya mnyumbang tawa, karena urusan ranjang baginya tidak ada yang spesial. Reza memang melakukannya dengan standar.

“Untung ngga ada Husna. Kalau ada semakin pusing dia dengernya,” kata Rara.

Lalu, kedua wanita itu membenarkan. Hari ini Husna izin karena sedang izin ke kampusnya untuk meregalisir ijazah sesuai permintaan yayasan, karena sebelumnya Husna melamar tidak menggunakan ijazah yang teregalisir. Sedangkan Bu Ratmi sudah pulang terlebih dahulu. Tinggalah mereka bertiga yang masih betah berada di gedung ini.

Tib-tiba seorang wanita dari bagian Tata usaha datang ke ruangan itu. “Mbak Rara, katanya di suruh ke ruang Pak Reihan.”

Sontak Nayra dan Widya pun saling bertatapan. lalu mengarah pada wajah Rara.

“Kamu ada kesalahan Ra?” tanya Widya.

Rara menggeleng. “Kayanya engga.”

“Kok tumben langsung disuruh menghadap ketua yayasan?” tanya Nayra.

Rara hanya menaikkan bahunya. “Ngga tau.” Lalu ia berdiri. “Ya udah aku ke ruangan Pak Rei dulu ya, soalnya bentar lagi aku di jemput.”

Widya dan Nayra hanya mengangguk dan melihat kepergian Rara yang tergesa-gesa.

Tok ... Tok ... Tok ...

Rara mengetuk ruangan Reihan.

“Ya masuk,” ucap Rei.

“Bapak panggil saya?” tanya Rara.

Reihan pun berdiri dan mempersilahkan Rara duduk. “Iya, Bu Cleo. Sebelumnya maaf menggangu, apa ibu sudah ingin pulang?”

Rara menggeleng dan tersenyum. “Belum kok, saya masih menunggu jemputan.”

“Oh, baiklah. Saya to the poin supaya tidak lama menggunakan waktu ibu.”

“Oke,” ucap Rara yang sudah duduk berhadapan dengan Reihan.

“Begini, saya ingin menjadikan Bu Cleo untuk ikon yayasan kita. Kemarin tim amrketing kami bingung untuk mencari model, sedangkan biaya untuk ikln memang tidak besar dan kalau menggunakan artis, budgetnya tidak memungkinkan. Jadi untuk menekan budget, saya pikir menggunakan orang dalam saja untuk menjadi modelnya.”

“Mengapa saya?” tanya Rara.

Ingin sekali Reihan menjawab karena Bu Cleo cantik, tapi rasanya itu tidak etis dan terlalu vulgar untuk ukuran mereka yang tidak begitu kenal. Mereka kenal hanya sebatas pemilik dan karyawan saja.

“Saya hanya meneruskan dari tim marketing. Mereka mengajukan nama ibu.”

Rara mengeyirkan dahinya. “Oh, gitu ya. Saya tanyakan suami saya dulu ya pak, karena saya khawatir waktu saya di rumah akan sedikit terkikis karena kegiatan ini.”

Reihan tersenyum. Ia kembali terpesona akan jawaban yang diberikan Rara, menurutnya Rara sempurna sebagai seorang istri.

“Baiklah. Oke!”

Tak lama kemudian, ponsel Rara berbunyi menampilkan sebuah pesan dari Reza yang sudah berada di halaman gedung ini.

“Maaf ya, pak. Suami saya sudah jemput.” Rara berdiri dan membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai rasa hormat.

“Baik, Bu. Terima kasih. Saya tunggu jawabannya segera.”

“Baik, Pak.” Rara tersenyum dan kembali berpamitan.

Rara keluar dari ruangan itu dan bergegas menemui sang suami. Terlihat di sana, Reza tengah duduk di bangku taman Yayasan. Pria itu pun melambaikan tangannay dengan tersenyum. Rara pun menyambut lambaian tangan itu.

Di luar, Rara terlihat sangat bahagia karena memiliki suami yang begitu mencintainya dan menerimanya apa adanya. Namun, entah mengapa rasanya akhir-akhir ini ia sedikit hampa. Entah mengapa?

****

Kruk ... Kruk ... Kruk

Bunyi perut Rara yang tidak bisa dikondisikan terdengar oleh Reza.

“Sayang, kamu laper?”

Rara mengangguk. “Iya, tadi aku males banget ke kantin.”

“Ya ampun, kenapa ngga bilang dari tadi sih.” Reza mengacak-acak rambut Rara dan Rara pun hanya menanggapinya dengan cengiran, emmbuat Reza menoleh gemas.

Keduanya masih berada di dalam mobil. Lalu Reza melihat Restoran yang menyuguhkan makanan khas itali. Kemudian berhenti di sana.

“Pizza?” tanya Rara.

Reza mengangguk. “Kamu udah lama kan ngga makan ini?”

Rara tersenyum lebar dan mengangguk cepat. “Kamu tau aja aku pengen banget makan ini.”

“Iya dong.”

Kemudian, Reza dan Rara sama-sama keluar dari mobil itu. Reza langsung menggandeng sang istri dengan melingkarkan tangannya pada pinggang itu.

Reza dan Rara cukup lama menikmati makanan khas italia di restoran ini. Bahkan fokus Rara hingaberalih pada seorang wanita yang tengah hamil besar tetapi masih saja bekerja dengan terus berdiri sebagai kasir. Terkadang wanita itu ikut membersihkan meja yang telah selesai di reservasi.

“Kak, kamu lihat wanita itu!” Rara mengajak Reza untuk melihat apa yang sedang ia perhatikan.

Reza pun menoleh ke arah wanita itu. ia sedikit mengenal wanita itu, tapi lupa. “Kenapa?” tanyanya.

“Aku kasihan dari tadi sama dia. Dia lagi hamil besar tapi harus terus berdiri dan membersihkan meja kotor.”

“Itu memang pekerjaannya, Sayang.” sahut Reza santai.

“Ya, tapi suaminya tega banget sih, ngebiarin istrinya bekerja seperti itu saat dia lagi hamil besar. kesel deh aku kalau ada cowok yang ngga tanggung jwab gitu.”

Reza menatap wajah sang istri. Tidak pernah ia melihat Rara marah. Tapi kali ini Rara memang kesal.

Selesai menikmati makanan itu, Rara dan Reza pun berdiri untuk keluar. Rara berdiri di luar sembari menunggu Reza yang tengah membayar pesanan mereka di kasir.

Wanita yang di kasir ini adalah wanita yang sempat ia dan Rara bicarakan. Reza menatap sekilas wajah kasir yang sedari tadi menunduk itu.

“Ini kembaliannya, pak,” kata si kasir.

“Terima kasih.” Reza mengambil kembalian itu dan pergi.

Ia pun keluar untuk menemui Rara.

“Oh, ya ampun Ra. Dompetku ketinggalan di kasir,” ucap Reza sembari merogoh sakunya.

“Ih, kamu. Untung ingetnya masih di sini.”

“Ya udah aku ke dalam lagi ya. Tunggu di sini sebentar,” kata Reza yang langsung masuk lagi ke dalam restoran itu.

Rara hanya mengangguk dan menunggu suaminya kembali keluar.

Cukup lama, Reza berada di dalam hingga membuat Rara hendak ingin melangkahkan kakinya ke dalam juga. Namun, saat membuka pintu restora itu, Reza pun membukanya.

“Sudah selesai?” tanya Reza.

“Ya,” Reza mengangguk.

“Kok lama?” tanya Rara lagi.

“Hmm ... iya, tadi ternyata pembayaranku juga ada yang kurang.”

“Oh.” Rara hanya membulatkan bibirnya, tidak ada kecurigaan apapun Rara pada sang suami.

1
Martin Budiningsih
crt yg luar biasa. tks
pipi gemoy
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼☕
siti nuriyatul
aq Uda baca 2x kak....tp tetep mewekk/Sob/
Surati
bagus ceritanya 👍🙏🏻
Khairul Azam
widih enak banget jd rezza
Khairul Azam
bulshit lah klo ada wanita setegar itu. sipenulis klo diposisi si rara emang bisa seperti itu.
Khairul Azam
aduh jahat banget othornya kenapa rahimnya diangkat
Agustina Dwi Andreani
Biasa
Agustina Dwi Andreani
Luar biasa
Triana Oktafiani
Keren, alur ceritanya ga membosankan, lanjut berkarya kak 👍
Risna Tanjung
gak kk, ampek nggak bisa akoh skip bab nya 😂😂🙏
rinny
dan semuanya luar biasa 👍👍👍👍
rinny
luar biasa. semua karya kak El emang the best.👍👍👍👍
aryuu
rameeee /Drool//Drool/
ryuka
Luar biasa
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sudah baca semua. mana kisah barunya, kak Elis? 🤩
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ayo buat adik lagi untuk duo Z.. 😄
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
aku kangen semuanya
Mei Saroha
sang perfeksionis ternyata kehidupan cintanya paling banyak belokan 😆
Mei Saroha
emang darah perawan sama darah dari jari sama banyaknya ya?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!