Area Dewasa
Lanjutan dari kisah Kimy dan Satria dengan berbagai kekocakannya.
Diharapkan baca seasons pertama yang menguras air mata karena cekikikan sebelum mampir ke sini.
Kelanjutan tentang cerita Satria-Kimy, tapi didominasi kisah cinta Thomas yang berupaya meraih cinta dari seorang janda cantik bernama Amora.
Akankah Thomas mampu menaklukkan hati Janda Cantik sekelas Amora??
Ataukah dia akan berpindah haluan meraih hati diriku?? 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terkuaknya Sebuah Misteri
"Sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan putri saya, Amora?" Suara terdengar melengking di telinga Thomas.
Tapi belum sempat Thomas menjawab pertanyaan yang tadi ditanyakan, pertanyaan lainnya kembali datang. "Peluk-pelukan di depan umum, gak punya rasa malu apa kamu sama orang tua? Jangan diem aja, cepet jawab, ada hubungan apa kamu dengan putri saya?" Sambil menggebrak meja yang ada di samping kolam renang.
Thomas menelan ludahnya untuk membasahi kerongkongannya yang tiba-tiba kering. "Saya suka anak Bapak, dan begitu juga anak Bapak, jadi saya mohon tolong restui hubungan kami!"
"Restu? Heh." Suaranya terdengar meremehkan. "Jangan hanya dengan bermodalkan rasa suka dan secuil cinta, kamu bisa dengan mudahnya mendapatkan restu dari kami!" bentaknya lagi. "Enak saja mau minta restu menikah. Memang punya apa kamu sampai kamu begitu percaya diri ingin menikahi anak kami?" Dengan tatapan meremehkan.
"Saya memang tak sekaya Satria, Saya hanya punya beberapa vila di daerah puncak, Tanah dan perkebunan kopi di daerah Jawa, juga Vila ini, apa—"
"Emang Vila yang kita tempatin sekarang punya dia Kak?" Kimy begitu saja memotong ucapan Thomas.
Satria yang duduk di samping Kimy hanya mengangguk tanpa suara.
"Ayo lanjut lagi, gladiresiknya!" Karena saat itu Thomas dan Kimy sedang melakukan simulasi cara menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh Rahardian malam nanti.
Dan Kimy yang saat itu sedang berperan sebagai ayahnya kembali menegakkan tubuhnya dengan wajah sangar, terlalu berlebihan sebenarnya, dan itu yang membuat Satria malas ikut menimpali kedua makhluk yang biasanya tak pernah akur itu.
"Lanjut ya!" ucapan Kimy. "Ehem. Okey, untuk urusan materi yang kamu miliki, sepertinya sudah cukup aman, meski masih di bawah standar keluarga kami." Kimy melanjutkan perannya sebagai calon ayah mertua yang matrealis. "Tapi, selain itu, apa keunggulan kamu hingga kamu begitu percaya diri untuk memperistri putri saya? Apa keunggulan kamu dibandingkan mantan suaminya?" Terlalu sinetron sih, adegan yang Kimy perankan.
"Saya yakin dengan kualitas yang saya miliki, terbukti putri bungsu anda juga pernah bilang jika burung saya lebih berkicau dibanding yang sebelumnya."
"Kapan gue ngomong gitu?" teriak Kimy sambil melemparkan bantal yang jadi sandaran duduknya. "Mana ada calon menantu yang ngejawab pertanyaan calon mertuanya kayak gitu? Minta disembelih elu mah!" Ibu hamil itu langsung sewot.
"Elu pernah ngomong gitu Ucuk, pas si Amora mewek di rumah elu. Waktu gue sama si Embek lagi musuhan." Thomas mengingatkan.
Satria yang sejak tadi hanya jadi penonton gratisan dari drama yang istri dan sahabatnya buat itu, hanya bisa menghela napasnya. "Ayah juga gak akan ngomongin harta si Onta Moy. Dia bukan orang yang matrealis, paling juga Ayah mau tau kesungguhan si Onta untuk nikahin Amora. Yakin deh paling gitu."
"Waktu elu nikah sama si Ucuk, emang elu ditanyain itu, Mbek?"
"Langsung pake gampar gue mah, gak pake tanya ini-itu, maen ancem-anceman Pak Hardi jaman itu, gak asik. Gak semulus jalan cerita cinta elu. Rintangan menuju restu gue mah terlalu ektrim, rintangannya melebihi benteng takesi." Satria mencibir Thomas, dia seperti iri dengan perjuangan Thomas untuk mendapatkan restu dari kedua mertuanya.
"Tapi kan akhirnya berbuah manis," jawab Kimy kemudian mengecup singkat bibir suaminya.
"Makan siang udah siap!" Suara lembut Amora yang mengajak mereka makan siang berhasil mengejutkan ketiganya. "Kok pada bengong, ayo cepetan. Ibu sama Tante Delena udah bikin menu makan siang yang enak-enak."
"Dari kemaren juga menu makan siang kita enak, cuma bedanya kemaren Ontanya lagi cuci mata di Eropah!" Kimy sengaja menekankan di akhir kalimatnya.
"Nemenin Emak gue holiday, enak aja lu!" Thomas langsung membalas ucapan jail Kimy.
Semua anggota keluarga sudah duduk di ruang keluarga dengan beralaskan tikar, karena banyaknya anggota keluarga, maka mereka memilih makan siang dengan tema lesehan daripada harus duduk melingkar di meja makan. Selain karena meja makan yang ada di sana berukuran kecil, tapi dengan cara seperti itu semua keluarga jadi terlihat semakin akrab tanpa terlihat perbedaan kesenjangan sosial antara majikan dan para pekerja rumah tangga yang ikut.
Aneka macam hidangan laut telah tersaji di sana, ada cumi bakar, udang galah asam manis, hingga aneka kerang laut pun tersedia, pun dengan beberapa aneka sambal yang tersaji dan aneka lalapan.
"Mau makan apa Kak?" tanya Kimy pada suaminya. Si Istri minim akhlak sepertinya perlahan sudah mulai bermetamorfosis menjadi istri soleha.
"Cumi bakar aja, pake sambel mangga," jawab Satria.
Sedangkan yang lainnya sibuk menyiapkan makanan mereka sendiri, terkecuali para wanita yang berstatus istri yang juga ikut menyiapkan makan suami mereka. Tapi tidak dengan Amora, entah karena lupa atau malu, Amora tak menawarkan lauk yang akan Thomas santap.
"Belajar jadi istri soleha kayak aku! Makan sendiri aja. Entar ilang lagi tuh orang, mewek kejer sambil ujan-ujanan kayak di sinetron azab," celetuk Kimy seperti biasanya, tanpa melewati filter mulut.
"Kapan gue kayak gitu? Ini mulut minta dicoelin sambel kayaknya!" Amora kesal sekaligus malu, pasalnya semua orang yang mendengar ucapan adiknya itu sedang berusaha menahan tawa mereka.
"Mas kamu mau apa?" Amora yang tak enak hati akhirnya berbasa-basi kepada Thomas.
"Udah," jawab Thomas memperlihatkan isi piringnya yang sudah penuh dengan nasi dan ikan bakar yang sudah diguyur oleh sambal kecap yang berisi irisan cabai, bawang dan tomat, tak lupa setumpuk lalapan pun berada di dalam piringnya.
"Elu abis liburan apa pulang kuli, Ta?" ejek Satria melihat piring Thomas yang begitu penuh.
"Ampir sebulan gue gak makan masakan rumah, pura-pura gak liat aja sih Mbek, kayak yang lain!" keluh Thomas.
Acara makan siang keluarga kali ini begitu harmonis, mereka seolah sama dalam satu keluarga, tak ada yang namanya perbedaan status sosial, karena siang itu mereka duduk di atas tikar yang sama. Bersenda gurau di sela-sela makan siang yang begitu mengasikkan itu.
"Kakek kemana Bu?" tanya Thomas yang tak melihat kehadiran Anggara.
"Lagi umroh," jawab Dina.
"Emang elu, cuci mata liat paha bule."
"Gak gitu ceritanya Pucuuuuuukkkk!!!" Geram sekali Thomas sepertinya.
"Kak, aku mau gadoin ikan bakarnya juga dong!" pinta Kimy sembari menjulurkan lidahnya kepada Thomas.
"Iya gitu, makan ikan yang banyak. Biar otak si Dedek Tobeli cerdas, karena ikan kan mengandung omega-3 alami," ucapan Satria seraya mengambil ikan bakar ukuran besar untuk istrinya.
"Nama anak lu Tobeli?" tanya Thomas yang masih belum paham mengapa Satria selalu memanggil calon bayi yang diketahui berjenis kelamin perempuan itu, Tobeli. "Baru denger gue, namanya unik. Dari bahasa apa tuh, Tobeli?"
"Enak aja!" Kimy yang sewot.
"Stroberi, Ta. Kan manis and seger," jawab Satria.
"Stroberi? Ada asem-asemnya juga dong?" Balas Dina yang sebenarnya sudah sejak lama ingin bertanya.
"Gak usah dibahas sih, aku gak suka dengernya. Jadi inget lagi," rengek Kimy.
"Curiga gue." Thomas memicingkan matanya menatap bergantian pasangan suami-istri yang level kemesumannya di atas rata-rata tersebut.
"Curiga apa loh?" tantang Satria.
"Udah sih, pada bisa diem gak?" Kimy kembali sewot.
"Jangan bilang, kalian bikin si Dedek di kebon stroberi Bu Delena!" Sebuah jawaban yang berhasil membuat Kimy tersedak. Thomas yang beberapa kali ikut mengunjungi kediaman Delena yang juga berhasil membuatnya terkagum-kagum, tau bahwa ada Ibu sahabatnya itu memiliki kebun buah stroberi yang cukup luas.
"Minum dulu!" Rahardian segera menuangkan air untuk putrinya. "Pelan-pelan makanya kalau makan!"
Sedangkan Edwin dan Delena langsung menatap penuh tanya nyaris menuduh ke arah putra tunggal mereka.
"Si Onta imajinasinya emang selalu melampaui batas, Pah, Mah." Satria memasang cengirannya.
"Ngaku lu!" Thomas terus memojokkan.
"Apaan sih? Gak, Mah, Pah. Masa iya aku ngadon di rooftop?" Satria yang semakin terpojok malah seperti semakin membuka aibnya sendiri.
"Kita dari tadi gak ada yang bahas rooftop." Delena tersenyum mengejek. "Kebun stroberi Mama ada banyak bukan di rooftop aja kok."
"Pantes aja datang mereka saung jadi reot." Edwin ikut menimpali.
Entah seperti apa wajah Kimy yang malu siang itu, semakin dia berteriak agar mereka menghentikan gunjingannya, malah semakin kencang tawa yang ditimbulkan.
...Kalau yang bingung, mereka pada bahas apa, kembali ke seasons satu ya!!! 😉...
...Inget jempolnya dulu di pencet!!!! ...
mirip bersin nya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
ampe berair mata ku ya Allah gustiiiiiiii 😄😄😄.
bingung mau nulis apa ketawa dari awal ampe ahir udah cukup 😄😄.
si bumil mode kalem 😅😅.