Dicintai Ipar Sendiri

Bandung. Setelah kekacauan di ruang sidang, Zehra Magnolia memutuskan untuk fokus sepenuhnya pada Dapur Magnolia. Ia tidak membiarkan drama Tatik mengganggu usahanya. Warungnya kembali ramai, menu Daging Asap Bumbu Rempah menjadi hits, dan Zehra mulai merencanakan ekspansi baru ke luar kota.

Namun, kedamaian di Dapur Magnolia kembali diusik oleh Tatik. Berita mengejutkan datang: Tatik berhasil kabur dari tahanan. Dorongan fanatik untuk membalaskan dendam ibunya telah membuatnya melakukan tindakan nekat.

Zehra sudah memperketat keamanan, tetapi Tatik bertindak di luar dugaan.

Sore hari, saat Dapur Magnolia penuh sesak dengan pelanggan yang menikmati hidangan, tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar.

Petasan!

Tatik berdiri di seberang jalan, melempar petasan berdaya ledak sedang ke arah teras warung. Ledakan-ledakan itu menciptakan suara bising yang memekakkan telinga dan asap tebal.

Pengunjung panik dan histeris. Mereka berteriak, mengira itu adalah serangan bom seperti yang terjadi di kantor Rezi. Mereka berlarian mencari perlindungan, menjatuhkan makanan dan minuman.

Zehra, yang sedang menghitung pemasukan di kantor belakang, segera berlari keluar. Ia melihat Tatik, yang kini mengenakan topi dan masker, tertawa dengan mata liar sebelum melarikan diri ke gang sempit.

“Tatik! Hentikan kegilaan ini!” teriak Zehra.

Karyawan Dapur Magnolia berusaha menenangkan pelanggan dan mengamankan warung, sementara beberapa orang mencoba mengejar Tatik, tetapi ia terlalu cepat.

Meskipun kerusakan fisik tidak sebesar insiden pembakaran, serangan petasan ini menghancurkan rasa aman. Beberapa pelanggan memilih untuk segera pergi, wajah mereka pucat karena ketakutan.

Zehra berdiri di tengah kekacauan, melihat sisa-sisa petasan. Ia tahu, Tatik tidak akan berhenti selama Bu Runi masih dalam masalah. Zehra harus terus hidup dalam kewaspadaan, menyadari bahwa dendam lokal ini sama berbahayanya dengan teror global Nazlian.

****

Jakarta. Keyla Ayunda, setelah kembali dari Lampung dan menenangkan diri, memutuskan untuk kembali fokus pada pekerjaannya sebagai vlogger. Ia tidak ingin menyerah pada Nazlian dan membiarkan karirnya mati.

Ia mulai membuat konten tentang self-healing dan bagaimana menghadapi kesulitan, menggunakan pengalaman pribadinya sebagai motivasi tanpa menyebutkan nama Nazlian atau Rezi. Pengikutnya menyambut baik kembalinya Keyla, dan namanya kembali bersinar.

Namun, di tengah kesibukannya, perhatian Rezi Deja yang tulus mulai meluluhkan hati Keyla Ayunda.

Rezi tidak lagi memaksa. Ia tidak lagi muncul tiba-tiba. Ia hanya mengirimkan pesan singkat yang suportif, menanyakan kabar Keyla, atau mengirimkan makanan kesukaannya saat Keyla sedang bekerja keras. Ia memastikan lingkungan di sekitar Keyla benar-benar aman dari media dan gangguan.

Rezi tidak mencoba memenangkan Keyla kembali dengan kekayaan, tetapi dengan ketekunan dan kepedulian yang konsisten.

Suatu sore, Keyla harus mewawancarai seorang ahli psikologi di sebuah studio yang cukup jauh. Tiba-tiba, hujan lebat turun. Keyla lupa membawa payung dan kesulitan mencari taksi online.

Saat ia berdiri cemas di lobi, sebuah mobil hitam mewah berhenti. Kaca mobil terbuka, dan di sana duduk Rezi.

“Aku tahu kau tidak suka aku mengawasimu, Keyla,” kata Rezi, memegang payung besar. “Tapi aku tidak akan membiarkanmu sakit karena hujan.”

Rezi berjalan ke arah Keyla, memayunginya. Ia tidak bicara tentang cinta atau Nazlian, ia hanya memastikan Keyla aman masuk ke mobilnya.

Di dalam mobil, Keyla menatap Rezi. Pria itu terlihat lelah, tetapi matanya penuh perhatian.

“Kau tidak perlu melakukan ini, Rezi,” kata Keyla pelan.

“Aku tahu. Tapi aku ingin,” jawab Rezi. “Kau berhak mendapatkan kedamaian, Keyla. Aku mungkin tidak bisa menghapus masa lalu, tapi aku bisa menjamin masa depanmu aman.”

Keyla merasa hatinya mulai luluh. Ia telah melihat sisi gelap Rezi, obsesi, dan kebohongan, tetapi ia juga melihat sisi Rezi yang paling tulus—sisi yang peduli tanpa mengharapkan balasan. Ketulusan Rezi, yang terus berjuang meskipun ditolak, mulai meruntuhkan dinding pertahanan Keyla.

“Terima kasih, Rezi,” bisik Keyla. Itu adalah kata terima kasih yang tulus, bukan paksaan.

****

Bandung. Setelah berhasil kabur dari tahanan, Tatik Rosilawati kini menjadi buronan lokal. Namun, status buronannya tidak membuatnya gentar; sebaliknya, itu memberinya keberanian yang salah untuk melanjutkan terornya terhadap Zehra Magnolia.

Tatik tidak lagi menyerang secara frontal; ia menggunakan taktik gerilya yang menyakitkan. Ia menyerang Dapur Magnolia secara beruntun, terutama saat jam sibuk. Serangan petasan besar menjadi rutinitas yang menakutkan.

Dalam satu minggu, Dapur Magnolia diserang tiga kali. Tatik selalu muncul dari gang sempit di seberang jalan, melempar petasan berdaya ledak tinggi, yang tidak hanya menimbulkan suara memekakkan telinga tetapi juga kerusakan fisik yang signifikan.

Dentuman keras itu membuat etalase warung pecah, beberapa kaca jendela retak, dan kekacauan di dalam warung tak terhindarkan. Kursi dan meja sering kali terbalik karena kepanikan pengunjung yang berhamburan menyelamatkan diri.

Dalam setiap serangan, Tatik tertawa histeris dari kejauhan sebelum menghilang ke dalam labirin jalanan. Tawa itu, tawa seorang wanita yang kehilangan akal sehatnya, menjadi soundtrack mengerikan bagi perjuangan Zehra.

“Dia gila, Mbak Zehra! Dia benar-benar gila!” rintih Nunik, saat mereka membersihkan pecahan kaca dan mengepel sisa-sisa petasan yang hangus setelah serangan ketiga.

Zehra menatap kerusakan itu dengan mata kosong. Serangan beruntun ini jauh lebih merusak daripada pembakaran pertama, karena ia menyerang moral bisnis dan kepercayaan pelanggan.

Pengunjung, yang awalnya bersimpati, kini memilih untuk tidak datang karena alasan keamanan. Mereka takut menjadi korban ledakan petasan. Antrean panjang yang dulu ada di Dapur Magnolia kini hilang.

Zehra menerima laporan keuangan dengan hati pedih. Usahanya mengalami minus pembukuan untuk pertama kalinya sejak warung itu dibuka kembali. Uang tunai habis untuk perbaikan mendadak dan penguatan keamanan, sementara pendapatan menurun drastis.

“Kita tidak bisa begini terus, Nun,” kata Zehra, menyandarkan kepalanya di meja kasir. “Kita akan bangkrut. Dia berhasil. Tatik berhasil menghancurkan bisnisku, bukan dengan sihir, tapi dengan teror.”

Zehra tahu ia harus mengambil tindakan drastis, tetapi ia juga merasakan kelelahan yang luar biasa. Ia berhasil melawan Nazlian dan Bu Runi di pengadilan, tetapi ia tidak bisa melawan teror yang tak terlihat ini.

****

Sementara Zehra berjuang untuk mempertahankan bisnisnya dari teror Tatik, di Jakarta, hati Keyla Ayunda perlahan mulai nyaman dengan Rezi.

Sejak Keyla kembali dari Lampung, Rezi menjaga janjinya. Ia tidak memaksa, tidak mengintervensi pekerjaan Keyla, dan tidak membahas Nazlian atau Ardito secara terus-menerus. Ia hanya memberikan kehadiran yang stabil dan suportif.

Rezi membantu Keyla memasang firewall baru di komputernya untuk mencegah serangan deepfake lebih lanjut. Rezi mengatur keamanan rumah Keyla tanpa diminta. Ia memastikan setiap panggilan telepon Keyla diverifikasi agar Keyla tidak lagi mendapat ancaman anonim.

Ketulusan Rezi terlihat dalam detail kecil. Ia tidak memberikan Keyla dunia; ia memberikan Keyla keamanan.

Keyla Ayunda, yang sebelumnya merasa dikelilingi oleh kehancuran dan ketakutan, kini merasa bahwa dinding pertahanannya mulai retak. Kehadiran Rezi yang tenang dan kuat menjadi penawar bagi kekacauan yang diciptakan oleh Nazlian.