Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27 Pacar Ken?
"Gue mau ke kampus sebentar, kayaknya gak bisa kalau harus nganterin Lo balik dulu," ucap Ken sambil fokus menatap jalanan.
Dia baru saja mendapatkan pesan dari teman kampusnya, jika harus datang ke kampus siang ini meski sebentar saja, sudah ditunggu sama yang lainnya. Mau tak mau, dia mengajak Luna ikut serta ke kampusnya. Untung saja mereka tadi sudah sempat makan siang setelah dari rumah pohon.
"Gue balik sendiri aja kalau gitu," sahut Luna.
Ken menggelengkan kepala, "Gak, Lo tetep sama gue. Ntar Lo bisa nungguin di kantin atau kalau mau keliling juga boleh, siapa tahu tertarik mau masuk kampus itu," tolak Ken.
Luna menghela napas, "Yaudah terserah Lo, gue mana bisa nolak," sahutnya.
Ken terkekeh, menatap ke arah Luna sebentar, sedangkan gadis itu hanya memutar bola matanya malas.
Tak lama mobil yang Ken kendarai masuk ke area kampus, memutar hingga mencapai fakultas tempat Ken kuliah. Sebelum menemui teman-temannya, Ken lebih dahulu ingin mengantar Luna ke kantin.
"Gak usah ke kantin aja deh kayaknya, gue ngerasa gak enak. Duduk dimana aja deh, yang penting bisa liat Lo, takutnya ntar Lo malah ninggalin gue lagi," jawab Luna saat Ken akan mengantarnya ke kantin.
Ken terdiam sejenak, "Oke, Lo tunggu di luar ruangan bentar gak apa-apa, kan? Gue janji gak lama," sahut Ken dan Luna menyetujuinya.
Gadis itu memilih duduk di depan ruangan yang Ken masukin. Di sana banyak lalu lalang mahasiswa hingga tempat itu nampak ramai. Tapi Luna tak mempedulikan hal itu, dia lebih memilih bermain ponsel.
"Lo calon maba ya? Gue kayaknya baru pertama lihat," ucap seseorang membuat Luna mencari sumber suara yang cukup dekat dengannya.
"Lo tanya gue?" tanya gadis itu. Di hadapannya berdiri seorang pemuda mengenakan pakaian kemeja garis berwarna abu lengan pendek dengan kancing terbuka memperlihatkan kaos putih yang dia kenakan. Rambutnya sedikit berantakan.
"Iya, cuma Lo doang yang duduk di sini," sahut pemuda itu.
"Bukan," jawab Luna singkat. Dia kembali menatap layar ponselnya, seakan ponselnya lebih menarik daripada pemuda yang bediri di hadapannya.
Pemuda itu mendengus karena sikap Luna, "Lo harus bersikap sopan sama senior! Belum aja resmi jadi mahasiswa udah songong," celetuk nya.
Luna menatap heran orang di hadapannya itu, "Lo kenapa sih? Gue bahkan gak kenal sama Lo, bisa-bisanya Lo ngatain gue songong!" tak terima akan ucapan mahasiswa di hadapannya itu.
"Lo tuh masih calon maba aja udah songong! Gue yakin Lo gak bakalan betah di sini! Lo belum tahu aja siapa gue!" tantang pemuda itu.
"Terserah, dan gue gak peduli!" sahut Luna, kesal sekali sebenarnya tapi dia memilih tak banyak komentar, karena tak mau membuat keributan.
"Sialan lo ya!"
Luna memutar bola matanya malas, "Lo itu cowok atau banci sih? Mulutnya udah kaya cewek aja! Heran gue," sahut Luna kesal.
"Apa lo bilang? Lo ngatain gue!" tak terima di katain seperti itu.
"Gue cuma nanya ya, gak ngatain," sahut Luna santai.
"Sekali lagi Lo bilang gitu, habis Lo sama gue!" ancam pemuda itu.
"Ngapain Lo ngancem cewek gue?" tiba-tiba Ken datang dan langsung menarik kerah baju pemuda itu dari belakang.
"Dia cewek Lo Bang?" tanyanya menahan rasa sakit di lehernya karena Ken menariknya cukup kuat, "sorry Bang, gue gak tahu,"
"Hm, Lo udah ganggu dia," sahut Ken.
"Maaf Bang, gue kira dia calon maba. Tolong lepasin gue Bang!" pinta pemuda itu.
"Lo berani ganggu dia, siap-siap berhadapan sama gue!" ancam Ken dan melepaskan kerah pemuda itu begitu saja sambil mendorong tubuhnya.
"Gak Bang, gue gak akan ganggu dia lagi." Setelah mengatakan hal itu, pemuda itu pun langsung pergi dari hadapan Luna dan Ken.
"Lo gak apa-apa, kan? Dia gak nyentuh Lo sama sekali, kan?" tanya Ken.
Luna menggelengkan kepala, "Gak kok, gue baik-baik aja. Cuma tuh cowok nyebelin banget, tiba-tiba nyari ribut, gak jelas banget!" jawabnya.
Ken menghela napas lega, "Dia emang suka nyari ribut, tapi dia takut sama gue, soalnya pernah gue pukulin," ucapnya dengan sangat santai.
Luna melotot mendengar ucapan Ken, "Lo sadis juga ya, gue jadi takut," ucapnya.
"Ck, gue gak bakalan mukulin cewek, apalagi cewek yang gue suka," sahut Ken tak terima, seakan dia tega memukul perempuan.
"Iya percaya deh. Tapi ini Lo udah selesai?" tanyanya.
Setelah itu Ken menganggukkan kepala dan mereka meninggalkan area kampus. Ken menepati janjinya, jika dia hanya sebentar saja di kampus.
☘︎☘︎☘︎
Luna terbangun dari tidurnya karena perutnya terasa lapar. Dia lupa jika telah melewatkan makan malam. Sore tadi, dirinya tertidur di kamar Ken yang ada di markas. Ya, Ken mengajaknya ke markas, katanya biar dia tidak kesepian, tapi dirinya justru tertidur.
Melihat jam dari ponselnya, ternyata sudah malam. Tapi karena perutnya terasa lapar, mau tak mau dia harus keluar kamar untuk mencari makanan, tak peduli meski sudah makin larut.
Gadis itu menuruni anak tangga tanpa ragu, dia yakin Ken berada di markas, sebab tak mungkin meninggalkannya begitu saja. Tapi, saat dirinya sudah sampai lantai dasar, dia justru tak menemukan keberadaan Ken di sana.
"Kalian tahu gak dimana Ken?" dia terpaksa bertanya pada mereka semua yang sepertinya tak menyadari kehadirannya.
Beberapa anak Scorpion yang sedang duduk sambil bermain game pun menoleh ke arah sumber suara.
"Lo butuh apa Lun?" tanya seseorang yang ternyata mengenal Luna.
"Lo Ndre? Kok bisa Lo di sini?" Luna mendekat ke arah teman sekelasnya itu. Tak menyangka jika akan bertemu temannya di tempat ini. Padahal dia sudah beberapa kali datang tapi baru kalo ini melihat temannya itu.
"Hm, gue kan anggota Scorpion. Bukan cuma gue doang kok, ada Ricki, sama Dimas yang sekelas sama kita," jawab temannya itu.
Luna menganggukkan kepala, "Lo tahu dimana Ken? Dia pergi ya?" tanyanya.
"Oh itu, iya Ken pergi, tapi gue gak tahu pergi kemana. Dia cuma bilang sama kita, kalau Lo bangun dan butuh sesuatu harus nyari apa yang Lo mau, Lo mau apa?" kali ini Andre yang bertanya.
Luna menghela napas, "Gue cuma laper doang sih. Di sini ada dapurnya ya, kira-kira ada mie instan gak ya? Gue mau buat mie ajalah kalau ada."
Luna tak sengaja melihat area dapur yang ada di depan sana, membuatnya melangkah lebih dahulu tanpa menunggu jawaban dari Andre, tapi tak disangka Andre justru mengikutinya dari belakang.
"Biasanya kalau mie instan banyak, soalnya Bank Satria atau Bang Ken sering makan mie instan di sini. Coba cari aja deh," jawab Andre setelah mereka sampai di dapur.
Keduanya mencari mie instan, dan ternyata ucapan Andre benar adanya. Ada dua kabinet yang berisi mie instan dengan berbagai rasa.
"Ck, apa mereka berdua makannya mie instan tiap hari?" tanya Luna, tak habis pikir jika di sana ada banyak sekali mie instan.
"Gue gak tahu juga Lun, bisa jadi sih, melihat banyaknya stok mie milik mereka," jawab Andre tak pasti.
Luna mencari bahan lain di kulkas, ternyata dia menemukan telur, sayuran, dan bahan lainnya di dalam kulkas yang ukurannya cukup besar itu.
"Lo laper gak Ndre?" tanya gadis itu.
"Lumayan sih, kenapa?"
"Gue buatin sekalian gimana? Nanti kita makan bareng sama yang lain," ujar Luna.
Andre tersenyum lalu mengangguk, "Boleh, biar gue tanya yang lain," jawabnya bersemangat. Setelah itu Andre keluar dari dapur dan bertanya pada temannya yang ada di luar. Di sana ada sekitar sepuluh orang, karena yang lain sudah pulang.
"Biar kita bantu Lun." Andre datang bersama seseorang yang tidak dia kenal.
"Boleh,"
Mereka bertiga mulai memasak mie, lebih dahulu mengiris beberapa bahan mentah. Disela-sela itu mereka isi dengan obrolan ringan.
"Cewek tuh kayaknya emang hobi masak ya. Gak Lo gak adeknya Bang Ken, kalau di sini suka banget buat makanan," celetuk teman Andre.
"Adeknya Ken pernah ke sini?" Luna cukup terkejut, dia bahkan menghentikan aktivitasnya demi menatap pemuda yang sedang mengupas mie itu.
"Beberapa kali dia datang, kayaknya yang ngisi kulkas juga dia," jawab pemuda itu.
"Ayla ya?" tanya Luna memastikan.
Kali ini Andre yang menjawab, "Iya, siapa lagi adeknya Bang Ken," jawabnya.
Luna hanya menganggukkan kepala saja.
"Lo kok bisa pacaran sama Bang Ken Lun? Padahal semua orang tahu dari dulu Lo suka jail tuh sama Ayla, gue ngerasa aneh aja," tanya Andre penasaran.
Luna meloto mendengar pertanyaan teman sekelasnya itu, "Gue sama Ken gak pacaran ya, jangan ngomong sembarangan!" sahut gadis itu.
"Gak boleh gitu Lun, pacar sendiri gak diakuin," sahut cowok satunya.
"Serius, kita cuma temen doang ya!" sahut Luna tak terima.
"Tapi Bang Ken bilang ke kita semua kalau Lo pacarnya," kini Andre yang menimpali.
"Ck, gak usah percaya ucapan Ken, dia mengada-ngada," sahut Luna.
"Mungkin sekarang belom jadi pacar tapi akan suatu saat," sahut cowok yang satunya.
"Terserah kalian lah," sahut Luna pasrah.
Mereka bertiga melanjutkan kegiatan masing-masing, hingga beberapa saat setelahnya mie yang mereka masak pun jadi. Sesuai saran dari Andre, mereka membagi mie menjadi beberapa mangkok sesuai dengan orang yang ada di sana, setelah itu semuanya menikmati mie buatan Luna dan dua anggota Scorpion tersebut.
Ada yang kembali duduk di luar dengan membawa mienya, ada juga yang memilih makan di meja makan bersama Luna dan dua cowok tadi.
"Cuci piringnya kalau udah selesai makan, gak usah ngerepotin orang lain!" seru cowok yang tadi membantu Luna masak.
"Siap Bang!" sahut mereka.
"Taroh aja di wastafel, biar gue yang nyuci entar," ucap Luna yang masih menikmati mie instan miliknya yang tinggal beberapa suap lagi.
"Gak usah Lun, biar mereka sendiri. Kalau Bang Ken tahu, kita bakal kena masalah," sahut Andre membuat Luna menghela napas.
Selesai makan malam yang sudah terlalu larut itu, Luna memilih ikut bergabung dengan mereka semua sambil menunggu Ken kembali, sebab pemuda itu mengatakan akan mengantarkannya ke apartemen. Ken sengaja menyuruh Luna tinggal disana sebelum menemukan kosan yang cocok dan Luna setuju asal tidak tinggal bersama Ken.
Tak lama terdengar suara motor yang cukup ramai, Luna yakin jika yang datang Ken dan lainnya.
Benar saja, setelah itu terdengar pintu terbuka dan menampakkan wajah Ken lebih dahulu, disusul yang lainnya. Tapi Luna justru gagal fokus dengan penampilan mereka. Wajah mereka semua terlihat tidak baik-baik saja, seperti baru saja tawuran atau apalah itu.
"Kalian kenapa wajahnya babak belur gitu?" hanya Luna yang berani bertanya meski yang lainnya cukup penasaran. Gadis itu bahkan sudah beranjak dari duduknya dan siap menghampiri Ken, tapi Ken memberi aba-aba supaya dia tetap di sana.
Andre yang sejak tadi duduk di sebelah Luna, memilih menyingkir dari sana sebelum terkena masalah.
Ken duduk di sofa tepat sebelah Luna yang tadi ditempati Andre, dia menarik pelan tangan Luna supaya duduk kembali.
"Ini kalian semua kenapa? Kalian buat masalah terus di gebukin warga?" tebak Luna yang tidak benar sama sekali.
"Duduk dulu, ntar gue jelasin," sahut Ken.
Lua menghela napas lalu kembali duduk. "Ada obat luka gak di sini? Biar gue obatin tuh luka," ucapnya menatap ngeri pada wajah Ken. Padahal wajah Ken terbilang tidak terlalu parah dibandingkan yang lain.
"Gak usah, besok juga sembuh," tolak Ken, karena biasanya saat terluka memang mereka jarang mengobati.
"Kalau Lo gak mau di obatin, gue balik aja kalau gitu." Baru saja Luna akan beranjak dari duduknya, Ken lebih dahulu menahan pergelangan tangan gadis itu. Ken memang harus diancam dahulu supaya nurut.
"Yaudah iya, gue mau di obatin," ujar Ken membuat Luna mengurungkan niatnya.
"Cieee!" tiba-tiba sorakan terdengar dari semua yang menyaksikan perdebatan kecil mereka berdua.
"Kenapa sih?" protes Luna.
Mereka semua terbahak, tak ada yang menjawab pertanyaan Luna.
gak bener nih teman teman nya Luna