NovelToon NovelToon
Heroes

Heroes

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi
Popularitas:48.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.

Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chaos

Suasana santai di antara mereka berubah ketika terdengar suara mobil dengan kecepatan tinggi mendekati mereka. Tak berselang lama, terdengar suara tembakan. Beberapa menit kemudian mobil yang dikendarai Shalom, salah satu tentara Oscuro melintas di depan Agam dan Liam. Namun mobil berjalan oleng hingga akhirnya menabrak bebatuan yang tak jauh dari tempat Agam dan Liam duduk.

Bergegas Agam dan Liam mendekati mobil. Di belakang mereka, sekitar lima puluh meter, nampak dua kendaraan menyusul sambil menembakkan senjata.

“Lucia, apa yang terjadi?” tanya Agam begitu sampai di dekat mobil.

“Kami dicegat saat sedang mengambil logistik. Tolong Fellipe, dia terkena tusukan.”

Liam langsung memeriksa keadaan Fellipe. Lucia mengangkat tangannya yang sedang menutup luka tusuk Fellipe dengan kain.

“Dia harus segera dioperasi. Tapi tidak mungkin membawanya masuk melalui tangga,” ujar Liam.

“Bisakah kamu menjaganya dulu? Aku akan membuka jalan untuk kalian.”

“Hati-hati.”

“Shalom, apa kamu masih bisa menahan mereka?”

“Ya, pergilah.”

Agam segera berlari menuju pintu masuk. Dengan cepat dia menuruni anak tangga. Sementara Shalom dan Lucia sebisa mungkin menghadang pasukan teroris yang tengah mengejar mereka.

“Liam, bawalah Fellipe lebih dulu. Aku dan Shalom akan menahan mereka di sini.”

“Baiklah.”

Liam segera naik ke atas mobil. Shalom dan Lucia segera bersembunyi dibalik bebatuan. Liam segera memasukkan gigi. Lebih dulu dia memundurkan mobil, baru kemudian menjalankannya. Walau tidak tahu arah yang dituju, namun dia menunju arah yang ditunjuk oleh Agam. Kepalanya menoleh pada Fellipe yang hampir kehilangan kesadarannya.

“Fellipe! Dengar suara ku! kamu tidak boleh tidur!!”

Tak ada jawaban dari Fellipe. Hanya suara erangan saja yang terdengar. Pria itu berusaha mempertahankan kesadarannya.

Sementara itu, Agam yang sudah sampai di markas langsung menekan alarm yang ada di tembok dekat tangga. Dia berlari turun sambil berlari. Semua anggota Oscuro yang mendengar suara alarm langsung keluar, termasuk Ortega dan Immanuelle.

“Ada apa?” tanya Immanuelle.

“Cek cctv!” teriak Agam sambil terus berlari.

Ilsa dan Max bergegas berlari mengikuti Agam. Begitu juga beberapa orang lainnya. Sambil mengambil persenjataan, Agam menerangkan apa yang terjadi.

“Aku akan menyiapkan mobil.”

“Buka pintu di bagian Selatan!” titah Agam.

Hugo yang mendengar teriakan Agam segera berlari untuk membuka pintu bagian selatan. Max yang sudah sampai di garasi bagian selatan, dengan cepat menyiapkan kendaraan. Agam dan Ilsa yang sudah mengambil persenjataan segera berlari menuju garasi selatan. Keduanya langsung naik ke atas mobil, di belakang Hugo menyusul. Max langsung tancap gas.

Ketika mobil yang dikendarai Max keluar dari markas, nampak mobil yang dikendarai Liam mendekat. Agam melambaikan tangannya, meminta pria itu untuk terus maju. Mobil yang dikendarai Liam sedikit melayang ketika roda ban menabrak sebuah batu yang cukup besar. Namun begitu dia berhasil membuat mobil mendarat dengan selamat. Pria itu terus melajukan mobil menuju jalan turunan yang ada di depannya.

Sementara itu, Lucia dan Shalom masih terus berjibaku melawan dua puluh anggota teroris yang terus memborbardir mereka dengan peluru. Shalom menyandarkan punggungnya ke bebatuan di belakangnya. Nafasnya nampak tersengal. Lucia yang berada di sampingnya menyadari keadaan rekannya.

“Shalom, kamu tidak apa-apa?”

Tidak ada jawaban dari Shalom. Pria itu melepaskan tangannya dari bagian samping perutnya. Telapak tangan sudah dilumuri oleh darah.

“Sh*t, kamu tertembak.”

“Aku tidak apa-apa.”

Lucia melepas kemeja yang dikenakannya, lalu membebatkannya ke luka tembak Shalom. Lengan wanita itu juga terluka, terkena serempetan peluru. Keadaan keduanya semakin terdesak saja.

Di saat genting, Agam datang bersama Ilsa, Max dan Hugo. Serangan teroris berhasil dilawan oleh keempat orang tersebut. Max menghentikan kendaraannya di dekat Lucia dan Shalom.

“Kalian baik-baik saja?” tanya Max.

“Shalom terluka.”

“Aku akan membawa Shalom ke markas. Kalian bertahan dulu di sini, bantuan akan segera datang.”

Hugo membantu Shalom naik ke atas mobil. Setelah menaikkan Shalom, Max langsung memutar mobil dan kembali ke pintu masuk selatan. Agam, Hugo, Ilsa dan Lucia terus membalas tembakan para teroris.

Kembali ke markas, Liam langsung membawa Fellipe ke ruang operasi. Aisyah, Jalal dan Julian. Ketiganya langsung menyiapkan peralatan. Tak lama kemudian Bella, Sanchez dan Jun Ho bergabung.

“Max melaporkan Shalom juga tertembak. Dia sedang dibawa ke sini.”

“Oke, kalau begitu kita harus bekerja cepat. Julian.”

Tahu apa yang harus dilakukan, Julian langsung memberikan obat bius pada Fellipe. Setelah pria itu tidak sadarkan diri, Liam pun bersiap mengoperasi.

“Aku akan membantu mu,” ujar Sanchez.

“Aku juga bisa membantu,” Bella melihat pada Aisyah dengan tatapan sinis.

Tak mau terjadi perdebatan yang tidak perlu, Liam mempersilahkan kedua orang itu untuk membantu. Pria itu melihat pada Jalal dan Aisyah.

“Kalian lihat keadaan Shalom. Jalal, lakukan apa yang harus kamu lakukan. Kamu harus tetap menjaganya hidup sampai aku selesai dengan Fellipe.”

“Baik, dok.”

Keduanya segera keluar dari ruang operasi. Proses operasi pun segera dimulai. Liam membedah perut Fellipe. Darah seketika kembali keluar dan membuat kondisi pria itu drop. Monitor terus mengeluarkan suara. Dengan cekatan Bella dan Jun Ho membantu menuangkan saline dan menyedot cairan keluar. Sementara Liam dengan tenang mencari sumber luka.

“Fellipe terus kehilangan darah, dokter,” peringat Julian.

Tidak ada tanggapan dari Liam. Dia sudah menemukan sumber luka. Dengan cepat dia menjahit luka tersebut. Sanchez menatap takjub cara menjahit Liam yang begitu cepat.

“Sanchez, kamu tangani jaringan di sebelah kiri,” ujar Liam sambil meneruskan jahitannya.

Untuk sesaat Sanchez malah melamun, tak mendengarkan apa yang dikatakan Liam.

“SANCHEZ!!”

“Ba.. baik dok.”

Dengan cepat Sanchez memeriksa jaringan di sebelah kiri. Akhirnya dia berhasil menemukan jaringan lain yang rusak. Liam melihat pada jaringan itu sebentar.

“Kamu harus berhati-hati. Jangan sampai mengenai jaringan di dekatnya.”

Tangan Sanchez nampak bergetar. Pria itu menarik nafas panjang, berusaha terus memfokuskan pikirannya. Pelan-pelan dia menyingkirkan jaringan yang rusak. Namun tanpa sengaja, ujung pisau mengenai jaringan di dekatnya dan membuat pendarahan kembali terjadi.

“Maafkan aku,” jawab Sanchez gugup.

“Fokus, Sanchez! Hentikan pendarahannya!”

Sebisa mungkin Sanchez melakukan apa yang diperintahkan Liam, namun pria itu terlalu gugup. Monitor kembali berbunyi. Jun Ho dengan cepat mengganti kantung darah yang sudah kosong. Dia merem*s kantung darah agar cepat masuk ke dalam tubuh Fellipe.

Liam mempercepat jahitannya. Setelah menyelesaikannya jahitannya, pria itu segera berpindah ke posisi Sanchez.

“MOVE!!”

Dengan cepat Sanchez langsung menyingkir. Dia mencari-cari jaringan yang terkena sayatan pisau Sanchez.

“Kemari! Sumbat bocoran darah dengan jari mu!” teriak Liam pada Sanchez.

Dengan cepat pria itu melakukan apa yang diperintahkan. Bella yang merasa tegang, segera memberikan jarum dan benang setelah mendapat teriakan Liam. Dengan jari Sanchez masih menempel pada jaringan yang terluka, Liam menjahit sekelilingnya.

“Angkat jari mu!”

Pelan-pelan Sanchez mengangkat jarinya. Jaringan yang robek sudah berhasil dijahit. Kondisi Fellipe kembali stabil. Pekerjaan mereka masih belum selesai. Liam masih memeriksa organ lain, khawatir ada luka lain yang tidak diketahui.

Di tanah Bir Tawil, adu tembakan masih terus terjadi. agam mengambil granat lalu melemparkan ke arah mobil para teroris. Suara ledakan langsung terdengar diiringi teriakan para teroris yang terluka. Hugo melakukan hal sama. Dia melemparkan granat ke mobil kedua.

Kondisi beberapa teroris yang terkena granat nampak sudah terkapar tak berdaya. Beberapa di antaranya langsung bersembunyi di antara bebatuan. Agam meminta yang lain langsung bergerak mendekati para teroris.

Dua buah tembakan dilepaskan Agam ketika melihat seorang teroris hendak menembaknya. Tubuh teroris itu langsung ambruk setelah terkena dua tembakan. Salah seorang rekannya mendekati Agam dan hendak menghajarnya dengan ujung senapan miliknya.

Dengan cepat Agam menghindar. Pria itu menarik senapan seraya memukul wajah teroris menggunakan ujung sikunya. Tubuh sang teroris terjengkang ke belakang. Belum sempat bangun, sebuah tendangan mendarat di wajahnya. Pria itu jatuh tersungkur dan langsung kehilangan kesadarannya.

Melihat teman-temannya sudah ditaklukkan, lima teroris yang tersisa bermaksud melarikan diri. Namun di saat bersamaan Ortega bersama Jerry dan dua puluh anggota Oscuro muncul. Mereka memberondong kelima teroris tersebut hingga meregang nyawa.

“Teroris sialan! Sepertinya mereka belum jera juga.”

“Kamu harus menghabisi mereka sampai ke akarnya, Ortega,” ujar Agam.

“Ya kamu benar.”

“Di sini masih ada yang hidup. Minta dia menunjukkan di mana markas mereka.”

Agam mengambil botol air kemudian menyiramkan ke wajah teroris yang tadi dibuatnya pingsan. Seketika pria itu terjaga. Dia langsung mengangkat kedua tangannya begitu melihat sudah dikeliling banyak tentara Oscuro.

“Siapa pimpinan mu?” tanya Ortega.

“Kofi.”

“Di mana dia?”

“Dia berada di markas.”

“Antar kami ke markas mu kalau kamu masih mau hidup.”

“Baiklah.”

Tak punya pilihan, teroris tersebut mengiyakan saja apa yang diminta Ortega. Misi kali ini dipercayakan pada Jerry dan Ilsa. Kedua puluh tentara Oscuro ditambah Hugo dan Ilsa segera berjalan menuju markas teroris.

Ortega menghubungi Immanuelle, meminta pria itu membukakan pintu masuk yang tadi Agam gunakan untuk bersantai. Agam membantu Lucia yang terluka di bagian lengan dan kakinya. Tentara wanita itu berjalan sedikit pincang.

“Kaki mu baik-baik saja?”

“Ya. Tadi terluka saat menolong Fellipe.”

“Barang-barang yang kalian ambil mana?” tanya Ortega.

“Berhasil direbut teroris. Sorry, Bos.”

“Tidak apa. Kita akan mendapatkannya lagi.”

Agam membantu Lucia menuruni anak tangga. Kemudian dia mempersilakan Ortega masuk lebih dulu. baru kemudian dia menyusul.

Sementara itu, Max yang sudah berhasil membawa Shalom kembali ke markas segera menurunkan pria itu dari mobil. Dia sudah ditunggu Jalal dan Aisyah. Setelah Shalom dinaikkan ke atas brankar, dengan cepat Jalal dan Aisyah membawanya ke ruang tindakan. Berhubung hanya ada satu ruang operasi di markas ini, Shalom terpaksa dibawa ke ruang tindakan dulu.

Ryan yang ada di sana langsung membantu menangani Shalom. Darah sudah cukup banyak keluar dari luka tembak di perut Shalom. Dengan cekatan Aisyah memasangkan cairan infusan ke tangan Shalom.

“Siapa nama mu?” tanya Aisyah.

“Shalom.”

“Oke Shalom, apa golongan darah mu?”

“B.”

Bergegas wanita itu menuju lemari pendingin yang menyimpan banyak kantung darah. Dia mencari golongan darah B, mengambilnya sebanyak tiga kantung kemudian kembali dengan cepat ke dekat brankar. Wanita itu segera melakukan transfusi pada Shalom.

“Kita harus melakukan CT untuk melihat di mana letak pelurunya,” ujar Ryan.

“Dia bisa kehabisan darah kalau harus CT sekarang,” jawab Jalal.

“Lalu bagaimana?”

Jalal terdiam sejenak. Berusaha memikirkan langkah terbaik untuk pasien di depannya.

“C’mon Jalal. Dia sudah semakin kehabisan darah.”

“Aku akan membedahnya dulu, menghentikan pendarahan, baru lakukan CT.”

Tanpa diminta Aisyah langsung menyiapkan peralatan yang dibutuhkan Jalal. Ketika hendak mulai membedah, Shalom mulai kesulitan bernafas.

“Shalom kesulitan bernafas. Kita harus melakukan intubasi,” seru Ryan.

Aisyah kembali menyiapkan alat yang dibutuhkan. Wanita itu kemudian menyiapkan obat bius untuk Shalom. Ketika hendak menyuntik, tiba-tiba Lavi masuk ke ruang tindakan. Dia baru saja mendengar kalau sahabatnya Shalom tertembak.

“Apa yang kamu lakukan?!” teriak Lavi ketika melihat Aisyah hendak menyuntik Shalom.

***

Besok aku libur🤗

Oh ya, terima kasih buat kalian ngikutin karya ini tanpa nabung bab. Alhamdulillah karya ini sudah dikontrak neng entun🥰

1
Dwi Agustina
Kl bisa si Lavi dibius jg😡
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
ih si Levong ganggu aja..
Rini Haryati
alhamdulillah
dewi rofiqoh
Jangan Macam-macam lavi! Klo kamu mengganggu aisyah, keselamatan sahabatmu dipertaruhkan!
choowie
ya jelas menolong shalom lah
Marya Dina
alhamdulillah🤲🤲🤲
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Alhamdulillah, selamat ya Mak.. ikut senang aku🥰
≛⃝⃕|ℙ$°Siti Hindun§𝆺𝅥⃝©☆⃝𝗧ꋬꋊ
Mau bunuh Shalom, puas/Curse/
Ria alia
Alhamdulillah slmt ya maak
C lavi ngan ngagangu wae deuh 🥴
amma'na Nurul
haduuuhhh.. yg ada Lavi malahan jadi penghambat penanganan buat shalom ujung²,y nanti Aisyah yg di salahin kalau si shalom keburu meninggoy...
Carlina Carlina
sudah pasti karya author mah d acc smua ,smua jarya nya bermutu,berpitensi tinggi bukan sekedar bacaaan biasa tpi menambah ilmu dan wawasan bgi pembaca nya👍👍👍💪💪💪🥰🥰😘😘😘😘
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
Alhamdulillah ya .. sukses selalu Bun 🤗
Carlina Carlina
si lavi nih pengacauuy😡😡
Carlina Carlina
pada kagum han cara krja team baru nya oscuro,sanchez aja terbengong"liat kinerja luam sakin hebat nta,maja jngn pd songong,sombong kehalian mu d bw merka😏😏
Dinar Keke
Minggat to Vi, marai kisroh. nyawa lo itu dan kamu akan mementingkan pribadi kamu atas negara asal Aisyah. Dan kamu akan menyesal dengan sendirinya.
Sanchez terpukau dengan Dr Liam sampai hilang fokusnya😂😂😂😂
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
hadeuh didor aja tuh si lavi😤malah menghalangi orang yang mo nolong.Klo ketahuan Ortega bisa2 kamu dihukum
choowie
diih
choowie
duuh...kena juga😔
choowie
duuh
ardiani rosanti
hadeuh bab ini tahan napas sangat🥺🥺
lavi lama² tak cubit juga ginjalmu ahhhh
org MW diobatin malah marah² 😡😡
biarin Ais habis ini Dy yg malu sendiri.
Alhamdulillah sudah dikontrak si entun, sukses selalu kak Icha 🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!